Mencacah Plastik, Mengatasi Sampah

- Editor

Rabu, 26 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Laporan Ocean Atlas 2017 menempatkan Indonesia di posisi kedua negara terburuk setelah China dalam hal pengelolaan sampah plastik. Ancaman sampah plastik, terutama di laut yang sudah terbukti menimbulkan korban pada mahluk hidup di laut, kini jadi perhatian serius. Namun, membangun kesadaran bersama untuk mengurangi sampah plastik tidaklah mudah.

Keseharian masyarakat masih sangat bergantung pada plastik. Akibatnya, produksi plastik, khususnya plastik kresek terus meningkat. Sampah plastik kresek pun menjadi tinggi. Padahal, plastik tidak mudah untuk dihancurkan secara alami.

Untuk menjawab permasalahan sampah plastik kresek, tim peneliti dari Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada membuat mesin pencacah plastik kresek. Untuk menghasilkan invensi mesin pencacah plastik kresek ini, tim diketuai Muslim Mahardika yang juga melibatkan dosen lainnya yakni R Rachmat A Sriwijaya dan Nizam (Dekan Fakultas Teknik).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Muslim, sebenarnya pembuatan mesin pencacah plastik kresek ini di Departemen Teknik Mesin bukanlah masuk dalam kategori teknologi advance. Karena itu, desain mesin pencacah plastik kresek bisa cepat dibuat. Tak heran, jika mesin pencacah plastik di pasaran juga sudah ada.

DOKUMENTASI PT BARATA INDONESIA–Mesin pencacah plastik kresek dari Universitas Gadjah Mada. Sampah plastik kresek dicacah sesuai kebutuhan yang salah satunya untuk campuran aspal. Mesin ini diproduksi PT Barata Indonesia.

Namun, tetap ada peluang untuk mengembangkan keunggulan dalam mengolah sampah plastik menjadi produk yang bernilai tambah. Termasuk pula berdampak pada pengurangan sampah plastik yang cukup signifikan.

Muslim mengatakan mesin pencacah plastik kresek belum dikembangkan. Selama ini sampah plastik yang dianggap punya nilai jual umumnya sampah plastik botol atau gelas. Adapun tas kresek belum dilirik.

Padahal, plastik kresek dapat dimanfaatkan untuk campuran aspal. Permintaaan cacahan plastik kresek pun meningkat dan berpeluang untuk memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat, seperti pemulung, pengepul, hingga para ibu PKK.

Muslim mengatakan bentuk mesin pencacah plastik kresek sebenarnya mirip dengan yang sudah dikenal di pasaran. Namun, dengan penghitungan yang memanfaatkan ilmu di teknik mesin, keunggulan diciptakan untuk tiga hal yakni di pisau, susunan pisau, dan kemiringan pisau.

“Mesin pencacah plastik kresek ini dibuat karena ada permintaan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang butuh bahan plastik untuk campuran aspal. Jadi, mesin ini bisa menghasilkan hasil cacahan plastik kresek yang bisa dipakai untuk campuran aspal jalan, yang ukurannya 4 milimeter x 4 milimeter,” kata Muslim.

Mesin ini bisa menghasilkan hasil cacahan plastik kresek yang bisa dipakai untuk campuran aspal jalan.

Salah satu badan usaha milik negara, PT Barata Indonesia, membeli paten mesin pencacah plastik kresek dari UGM untuk dapat memproduksi secara massal. Mesin-mesin ini dibagikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kepada pemerintah daerah dan masyarakat di berbagai daerah. Tujuannya agar plastik kresek dapat dicacah sesuai ukuran 4 milimeter, yang dibutuhkan untuk campuran aspal.

DOKUMENTASI PT BARATA INDONESIA–Mesin pencacah plastik kresek dari Universitas Gadjah Mada.

Berdasarkan informasi di laman resmi Kementerian PUPR, pada April 2018, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga menyerahkan mesin pencacah plastik kresek kepada kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat. Pemanfaatan sampah plastik kresek ini untuk mendukung penerapan teknologi aspal plastik dan mendukung pengurangan sampah di kawasan strategis pariwisata nasional.

Danis menjelaskan, uji coba campuran plastik untuk aspal jalan sudah dilakukan dan dinilai berhasil yakni di Jakarta, Makassar, Bekasi, Denpasar, Jalan Tol Tangerang – Merak, dan Surabaya. Hasilnya stabilitas aspal lebih tinggi, lebih kokoh, dan tidak beracun. Harga cacahan plastik dibeli bervariasi yakni Rp 2.000 – Rp 4.000 per kilogram. Porsi plastik sekitar 6 persen dari jumlah aspal. Untuk 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter dan ketebalan 4 sentimeter, diperlukan sekitar 4 ton sampah plastik

Bisa Disesuaikan
Keunggulan dari mesin pencacah plastik kresek ini yakni ukuran hasil cacahan bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Ukuran cacahan di mesin ini dapat disetel dari 1 mm – 14 mm. Untuk kebutuhan campuran aspal, lebih disukai ukuran 4 mm. Sementara mesin pencacah plastik yang ada di pasaran biasanya menghasilkan ukuran berdimensi + 0,5 centimeter.

Keunggulan lain yang juga menarik yakni mesin pencacah plastik kresek diklaim hemat energi. Daya motor yang dipakai yakni 2 – 5 HP. Di pasaran umumnya memakai 10 HP. Untuk 1 HP setara 725 watt.

DOKUMENTASI PT BARATA INDONESIA–Hasil cacahan sampah plastik kresek memakai mesin pencacah plastik kresek dari Universitas Gadjah Mada. Hasil cacahan dapat disesuaikan kebutuhan.

Ada tiga tipe mesin yang disediakan, sesuai kapasitas cacahan sampah plastik yang diinginkan. Penyesuaian dilakukan pada pisau dan motor listriknya. Keunggulan lainnya set pisau statis dan dinamis dalam mesin dapat diasah jika sudah tumpul. Dengan demikian, pisau tidak perlu diganti.

Untuk individu atau kelompok PKK yang hendak menjalankan bank sampah, ada mesin yang menghasilkan 10-20 kg/jam. Lalu, kapasitas 20-30 kg/jam, dan kapasitas 40-50 kg/jam. Mesin ini bisa dimanfaatkan pemulung dan pengepul sampah.

“Kami mendapat info, seperti di Kulonprogo, mesin diberi ke ibu-ibu PKK yang bisa mengelola plastik kresek di lingkungan warga. Gulungan besar plastik juga bisa dimasukkan. Ada yang mencuci dulu sampah plastik, ada yang tidak perlu dicuci. Jadi, mudah memanfaatkannya. Ternyata, sampah plastik kresek juga sekarang punya nilai tambah ekonomi,” ujar Muslim.

Muslim menjelaskan, mesin pencacah plastik kresek ini untuk menghasilkan hasil cacahan yang berukuran kecil guna meningkatkan nilai ekonomis cacahan plastik kresek tersebut.

Untuk mencapai tujuan itu, mesin pencacah plastik yang memiliki pisau statis (static blade) berjumlah satu set dirangkai, terdiri dari 2-6 buah pisau sesuai kapasitasnya. Lalu, ada juga pisau dinamis (dynamic blade) berjumlah dua set, di mana setiap satu set terdiri dari 4-6 buah pisau sesuai kapasitasnya.

Muslim menjelaskan, susunan masing-masing pisau dinamis terletak dalam satu poros, setiap gigi pisau pada set 1 dan 2 tidak terletak pada satu garis. Susuana pisau dinamis mempunyai kemiringan 0-5 derajat terhadap sumbu poros.

Mesin untuk mencacah plastik kresek ini, memiliki susuanan penyaring berlubang (filter mesh) yang mempunyai lubang yang dapat diatur ukurannya dan disesuaikan dengan kebutuhan dimensi hasil akhir cacahan. Pada tempat masuk kresek (input hopper) terdapat alat pendorong supaya plastik lebih mudah untuk terdorong menuju pisau statis dan dinamis.

Ukuran panjang mesin pencacah plastik kresek sekitar satu meter, dengan tinggi sekitar 1,7 meter dan lebar sekitar satu meter. Kecepatan putar antara 400-1.000 rpm. Daya motor yang dipakai 2 – 5 HP. Kapasitas mesin pencacah plastik kresek untuk 10-50 kg/jam.

“Dengan memanfaatkan komponen yang ada di pasaran lokal, diharapkan peralatan dari hasil invensi ini mampu diproduksi di dalam negeri. Dengan demikian, perawatan dan perbaikan peralatan menjadi lebih mudah dan ekonomis,” kata Muslim.

Mengatasi sampah plastik kresek menjadi bernilai eknomis diharapkan dapat mendorong partisipasi berbagai pihak untuk mengatasi sampah.Pemerintah memiliki target untuk mengatasi masalah sampah plastik hingga 70 persen pada tahun 2025.

Laporan Ocean Atlas 2017 menunjukkan, dalam satu tahun, Indonesia memproduksi sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik 3,22 juta metrik ton. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 0,48 juta metrik ton hingga 1,29 juta metrik ton di antaranya terbuang ke laut.

Kebanyakan sampah plastik di laut berubah menjadi mikroplastik, plastik berukuran sangat kecil (kurang dari 5 milimeter) yang langsung menyatu dengan air. Untuk plastik laut mencerna butuh waktu 500 tahun. Dengan pemanfatan teknologi seperti mesin sampah plastik kresek, pengelolaan sampah plastik di Indonesia diharapkan membaik.–ESTER LINCE NAPITUPULU

Sumber: Kompas, 24 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 26 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB