Perusahaan teknologi Microsoft berkomitmen memperluas pangsa pasar bisnis layanan berbasis sistem komputasi awan hingga ke negara berkembang, seperti Indonesia. Komitmen ini sejalan dengan tren transformasi digital yang tengah meruak.
Presiden Direktur Microsoft Indonesia Haris Izmee, dalam temu media akhir tahun, Rabu (12/12/2018), di Jakarta, menyebut tahun 2019 sebagai tahun bisnis layanan sistem komputasi awan (cloud). Saat ini, Microsoft telah mempunyai ratusan bentuk layanan jasa yang digerakkan dengan cloud.
Dengan komitmen seperti itu, ada kemungkinan terjadi lebih banyak pengembangan bentuk layanan jasa rilis pada tahun mendatang. Microsoft akan memperkuat pemasaran cloud bersama mitra-mitra mereka di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejak tahun 2014, Microsoft mulai melangkah ke bisnis cloud. Mengutip laporan keuangan pada tahun fiskal periode Juli 2017-Juni 2018, Microsoft membukukan pendapatan 110,4 miliar dollar AS dan pendapatan operasional 35,1 miliar dollar AS. Tahun fiskal Microsoft selalu dimulai Juli.
KOMPAS/MEDIANA–Presiden Direktur Microsoft Indonesia Haris Izmee
Pendapatan bisnis cloud komersial mencapai lebih dari 23 miliar dollar AS. Nilai ini melebihi target yang Microsoft pada awal tahun fiskal 2018, yakni sebesar 20 miliar dollar AS.
Secara lebih spesifik, pendapatan produk intelligent cloud tercatat 9,6 miliar dollar AS atau naik 23 persen dibanding setahun sebelumnya. Penerimaan dari produk server dan jasa cloud tumbuh 26 persen, sedangkan layanan khusus segmen perusahaan naik delapan persen daripada tahun fiskal 2017.
Menutip The Guardian pada 19 Juli 2018, CEO Microsoft Satya Nadella mengklaim, investasi Microsoft ke bisnis intelligent cloud membuahkan hasil. Microsoft akan terus memperluas jangkauan pemasaran produk itu ke pasar besar ataupun berkembang dengan inovasi yang berbeda-beda.
National Technology Officer Microsoft Indonesia Tony Seno menegaskan, fokus bisnis cloud Microsoft adalah jasa perangkat lunak dan platform yang dijalankan menggunakan sistem cloud. Fokus ini membedakan bisnis cloud Microsoft dengan penyedia lainnya, seperti Alibaba dan Amazon.
“Segmen pasar utama kami adalah perusahaan, terutama skala besar,” kata dia.
Contoh pelanggan yaitu Garuda Indonesia. Adopsi cloud dipakai maskapai penerbangan plat merah ini untuk mengoptimalkan operasional laman penjualan daring.
International Data Corporation (IDC) Indonesia dalam laporan riset Februari 2018 menyebutkan, pengeluaran perusahaan untuk adopsi layanan berbasis sistem cloud diperkirakan akan mencapai 266 juta dollar AS pada 2021. Beberapa keuntungan pemanfaatkan cloud untuk kinerja perusahaan antara lain, pengolahan data bervolume besar lebih mudah, lebih aman dari ancaman kejahatan siber, dan mempunyai beragam fitur digital.
Modern Workplace Business Group Lead Microsoft Indonesia, Wahjudi Purnama menyebut Microsoft Kaizala akan segera dirilis di Indonesia pada triwulan pertama 2019. Kaizala merupakan aplikasi mobile yang didesain untuk meningkatkan komunikasi di lingkup perusahaan dan digerakkan menggunakan platform cloud. Aplikasi ini diisi dengan fitur percakapan.
“Kami juga mendesain fitur pilihan-pilihan aksi, seperti jajak pendapat, survei pekerjaan, dan pelatihan. Fitur tersebut berjalan bersamaan dengan fitur fungsi utama yaitu percakapan. Perusahaan dapat menghubungkan Kaizala dengan sistem operasional lainnya,” kata dia.
Menurut Wahjudi, pola bekerja kini bergeser. Sejumlah perusahaan membebaskan pekerjanya bekerja menggunakan perangkat pribadi. Bagi karyawan yang tidak mempunyai komputer, mereka memilih mengandalkan ponsel pintar. Pada saat bersamaan, perusahaan menuntut produktivitas bekerja tinggi, kolaboratif, dan selalu komunikatif. Alasan-alasan tersebut melatarbelakangi Microsoft mengembangkan Kaizala.–MEDIANA
Sumber: Kompas, 13 Desember 2018