Sebelum kenal tulisan, manusia lebih dulu mengenal pengukuran. Namun, perkembangan zaman, kepentingan ekonomi dan industri membuat kebutuhan akan pengukuran yang akurat dengan ketidakpastian kecil terus meningkat.
Jumat (16/11/2018), negara-negara penandatangan Konvensi Meter dalam Konferensi Umum Takaran dan Ukuran (CGPM) di Versailles, Perancis, menyetujui perubahan definisi 1 kilogram dalam standar Sistem Internasional Satuan (SI).
REUTERS/BENOIT TESSIER–Replika purwarupa kilogram internasional yang diambil Biro Internasional Takaran dan Ukuran (BIPM) di Sevres, dekat Paris, Perancis, Rabu (14/11/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selama ini, 1 kilogram dalam Sistem SI didefinisikan sebagai massa (bukan berat) sebuah ingot atau logam cair yang telah dibentuk dan disimpan secara khusus. Master standar massa 1 kilogram yang dinamai ‘Le Grand K’ itu terbuat dari 90 persen platinum dan 10 persen iridium serta dibuat tahun 1889.
Selain master standar 1 kilogram yang disimpan Biro Internasional Takaran dan Ukuran (BIPM) di Paris, Perancis, sejumlah salinan standar dikirim untuk disimpan di berbagai negara. Seiring waktu, massa sejumlah salinan itu umumnya justru bertambah terhadap massa master standar.
“Berkurang atau bertambahnya massa salinan standar 1 kilogram itu bisa dipengaruhi oksidasi, temperatur, atau goresan hingga memengaruhi massanya,” kata Deputi Jasa Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mego Pinandito di Jakarta, Minggu (18/11/2018) yang baru kembali dari CGPM.
Berkurang atau bertambahnya massa salinan standar 1 kilogram itu bisa dipengaruhi oksidasi, temperatur, atau goresan hingga memengaruhi massanya.
Pada 1992, salinan standar Nomor 39 yang dikirim ke Jepang pada 1894 dan diserahkan ke Korea Selatan pada 1958 punya massa 665 mikrogram lebih rendah dibanding Le Grand K. Sedang massa salinan Nomor 23 yang ada di Finlandia sejak 1890 justru lebih tinggi 132 mikrogram dari master standar.
Perbedaan dalam tingkat sepersejuta gram atau sepermiliar kilogram itu memang sangat kecil, sulit dibedakan masyarakat awam. Namun bagi ilmuwan dan praktisi industri tertentu, beda sangat kecil itu memperbesar ketidakpastian pengukuran. Karena itu, sejak 2005, ahli pengukuran dan kalibrasi di seluruh dunia berusaha mendefinisikan ulang standar 1 kilogram.
“Kilogram jadi satuan terakhir yang didefinisikan dari suatu artefak atau benda fisik,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian Metrologi LIPI yang juga hadir di CGPM, Ghufron Zaid. Selama ini, satuan dalam sistem SI lainnya sudah ditetapkan berdasarkan beberapa konstanta fisika.
Konstanta fisika
Sciencealert.com menyebut definisi 1 kilogram yang terbaru pun kini ditautkan dengan beberapa konstanta fisika, seperti konstanta Planck, kecepatan cahaya dan resonansi atom sesium (Cs). Satuan dari konstanta Planck adalah kgm²/s atau kilogram meter kuadrat per detik. Jadi, definisi 1 kilogram ditentutan dari definisi 1 meter dan 1 detik.
Saat ini, 1 meter didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya di ruang hampa selama 1 per 299.792.458 detik. Sedang 1 detik adalah waktu yang dibutuhkan atom sesium untuk bergetar 9.192.631.770 kali. Jadi, 1 kilogram akan diperoleh dengan menggunakan ukuran meter dan detik untuk mendapat konstanta Planck sebesar 6,626069 x 10 pangkat minus 34.
AP PHOTO/CHRISTOPHE ENA–Kepala Biro Internasional Ukuran dan Takaran (BIPM) Martin JT Milton memegang replika purwarupa standar 1 kilogram di Sevres, dekat Paris, Perancis, Rabu (17/10/2018). Silinder logam seukuran bola golf itu kini tidak akan digunakan sebagai standar ukuran massa 1 kilogram. Konferensi Umum Takaran dan Ukuran pada Jumat (16/11/2018) telah menyepakati perubahan standar 1 kilogram yang didasarkan pada sejumlah konstanta fisika.
Definisi baru 1 kilogram itu memang rumit. Namun, masyarakat tak perlu khawatir atau bingung dengan perubahan itu. Ukuran 1 kilogram beras, mangga, atau emas tetap sama seperti yang dipakai di pasar tradisional ataupun pasar swalayan saat ini.
Perubahan itu berpengaruh besar bagi ilmuwan, khususnya ahli metrologi atau ilmuwan lain yang bekerja dalam ukuran mikro atau nano dan butuh presisi pengukuran tinggi, seperti ahli nanomaterial, biologi, bioteknologi, dan elektronika.
“Indonesia sebagai negara besar seharusnya juga memiliki alat untuk mengukur massa sesuai definisi yang baru,” kata Mego. Terlebih, kemajuan sains dan teknologi makin menuntut kesalahan pengukuran dalam tingkat 0,00000001 saja.
Definisi baru itu akan mulai diberlakukan pada peringatan Hari Metrologi Dunia, 20 Mei 2019. Karena itu, negara-negara masih punya waktu untuk menyosialisasikan dan menyiapkan diri penggunaan definisi baru 1 kilogram tersebut.–M ZAID WAHYUDI
Sumber: Kompas, 19 November 2018