Pemerintah mendorong peneliti dan inovator untuk mengimplementasikan hasil risetnya dalam bidang industri. Perubahan dunia bisnis di era revolusi industri jika direspon dengan inovasi secara tepat membawa keuntungaan yang dapat memberi sumbangsih positif bagi perekonomian Indonesia. Hal ini diyakini dapat meningkatkan daya saing negara di era revolusi industri 4.0.
“Kehadiran saya di sini untuk menyaksikan karya-karya besar anda yang mengubah ketidakmungkinan menjadi kenyataan, kesulitan menjadi kemudahan. Karena ini yang yang akan bawah Indonesia maju,” kata Presiden Joko Widodo, saat membuka Indonesia Science Expo (ISE), pada Kamis (1/11/2018), di Tangerang Selatan, Banten.
STEFANUS ATO UNTUK KOMPAS–Pengunjung melihat karya hasil riset siswa-siswa sekolah menegah atas, pada Indonesia Science Expo 2018, Kamis (1/11/2018), di Tangerang Selatan, Banten. Kegiatan ini berlangsung dari 1-4 Oktober 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Era revolusi industri 4.0 mempengaruhi dunia bisnis secara keseluruhan. Hal ini ditandai dengan perubahan budaya masyarakat dari belanja konvensional ke belanja dalam jaringan (daring). Perubahan ini diharapkan dapat dimanfaatkan para peneliti untuk melahirkan inovasi yang dapat digunakan di bidang industri.
“Siapa sangka (ada) perusahan ritel dengan omzet terbesar di dunia, tetapi tidak mempunyai tokoh, yaitu Alibaba. Siapa sangka (ada) penyedia akomodasi, yang tidak punya hotel dan properti, yaitu AirBnB. Inilah perubahan yang harus kita tahu,” kata Jokowi.
STEFANUS ATO UNTUK KOMPAS–Presiden Jokowi menyapa pengunjung Indonesia Science Expo, usai membuka acara tersebut.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menambahkan, hasil penelitian di bidang sains dan teknologi harus terus dikembangkan dengan melibatkan pihak swasta terutama yang bergerak di bidang industri. Tujuannya agar karya yang dihasilkan peneliti dapat bernilai ekonomi.
“Jadi riset-riset tidak cukup dipublikasikan saja, tetapi harus ada aspek industrinya”, tuturnya.
Sosialisilasi
ISE 2018 merupakan ajang untuk menampilkan karya anak bangsa yang ikut berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Tema yang diusung dalam pameran ISE ke-3 ini adalah “Celebrating Science, and Innovation”.
Inovasi dan riset yang ditampilkan dalam ISE adalah pameran berbagai invensi dari kementerian dan lembaga negara, perguruan tinggi, LIPI, dan industri. Ada pula konferensi ilmiah, workshop, talkshow, science show, youth science and innovation fair (YSIF), science movie, dan science art, yang akan berlangsung dari 1-4 Oktober.
STEFANUS ATO UNTUK KOMPAS–Laksana Tri Handoko
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, penyelenggaraan ISE bertujuan memperkenalkan pada publik kegunaan hasil riset peneliti Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. “Kami berharap hasil-hasil riset yang ditampilkan di ISE dapat dimanfaatkan dalam pembuatan landasan kebijakan pemerintah sehingga bisa berkontribusi bagi peningkatan daya saing bangsa di tingkat dunia”, ucapnya.
Menuju energi baru
Sebagai bentuk dukungan terhadap pembangunan berkelanjutan (SDGs), LIPPI memamerkan salah satu inovasi teknologi Briket Biobatubara. Teknologi ini merupakan inovasi di bidang energi baru untuk mengurangi penggunaan energi dari fosil.
Teknisi Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Bandung Chandra Irawan mengatakan, Briket Biobatubara dihasilkan dari campuran batu bara kualitas rendah dan biomassa. Hasil campuran itu menghasilkan material padat yang berfungsi sebagai bahan bakar untuk menggerakan mesin produksi tekstil, tempe dan tahu, mesin pemanas kandang ayam, serta mesin pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
“Teknologi ini berperan menggantikan bahan bakar padat seperti batu bara. Ini juga solusi mengurangi persoalan sampah di Indonesia, karena salah bahan dasar pembuatannya dari sampah,” katanya.
STEFANUS ATO UNTUK KOMPAS–Chandra Irawan
Keunggulan lain dari inovasi ini, yaitu emisi hasil pembakaran Briket Biobatubara tidak mencemari udara. Selain karena menggunakan batu bara dengan kalori rendah, ada pula bakteri tertentu yang bermanfaat membunuh sisa gas beracun atau belerang yang tersisa dalam kandungan batubara.
“Teknologi ini sudah dilirik sebagian pemerintah daerah. Ada juga pabrik tekstil yang siap untuk pakai,” katanya.
Inovasi teknologi itu diklaim mengurangi biaya pengeluaran pabrik mengunakan bahan bakar padat sebesar 20 persen. “Suatu saat batu bara sudah tidak digunakan lagi, inovasi yang akan kami lakukan adalah memanfaatkan sampah 100 persen untuk menghasilkan biomassa. Inovasi ini hanya transisi menuju energi terbarukan,” tuturnya. (STEFANUS ATO)–YOVITA ARIKA
Sumber: Kompas, 2 November 2018