Penelitian di Swedia dan Amerika Serikat menemukan bahwa ada hubungan antara perilaku prososial dan egois dengan pendapatan dan jumlah anak. Hasil penelitian menunjukkan orang yang prososial atau dermawan memiliki jumlah anak lebih banyak dan pendapatan lebih tinggi daripada orang egois.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS (HRS)–Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti, pengusaha Dato’ Sri Tahir, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno (dari kiri ke kanan) berfoto bersama setelah penandatanganan nota kesepahaman program Filantropi untuk Pemberdayaan Umat di UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (1/3/2018). Program itu melibatkan Tahir Foundation, Muhammadiyah, dan UGM.
Penelitian berjudul ”Kemurahan Hati Terbayar: Orang Egois Memiliki Lebih Sedikit Anak dan Mendapatkan Lebih Sedikit Uang” itu dimuat dalam Journal of Personality and Social Psychology yang juga dipublikasikan sciencedaily.com pada 17 Oktober 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penelitian dilakukan di Eropa dan Amerika Serikat oleh tim peneliti dari Universitas South Carolina, AS, dan Universitas Stockholm, Swedia. Penelitian didasarkan pada analisis empat studi utama di AS dan Eropa.
Dalam abstrak disebutkan bahwa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa menjadi prososial atau lainnya daripada egois memiliki konsekuensi positif untuk kesejahteraan psikologis, kesehatan fisik, dan hubungan. Peneliti memeriksa konsekuensi kedua perilaku tersebut terhadap pendapatan individu dan jumlah anak karena ini adalah hal paling penting dalam teori yang menekankan kekuatan kepentingan diri sendiri, yaitu ekonomi dan pemikiran evolusioner.
DB–Bintang bola basket LeBron James, sambil menggendong putrinya Zhuri, menerima penghargaan karena aktivitas filantropi atau kedermawanan di acara New York Fashion Week, 4 September 2018.
Peneliti menemukan bahwa individu prososial cenderung memiliki lebih banyak anak dan pendapatan yang lebih tinggi daripada individu yang egois.
”Hasilnya jelas dalam data di Amerika dan Eropa. Orang yang paling tidak egois memiliki anak yang paling banyak dan yang tidak egois menerima gaji tertinggi. Kami juga menemukan hasil ini dari waktu ke waktu bahwa orang-orang yang paling dermawan di satu titik pada waktunya memiliki kenaikan gaji terbesar ketika peneliti mengunjungi mereka di kemudian hari,” kata Kimmo Eriksson, peneliti Pusat Evolusi Budaya di Universitas Stockholm, Swedia.
Hasil penelitian ini membantah teori sebelumnya bahwa orang yang egois berhasil mendapatkan lebih banyak uang melalui keegoisan mereka, seperti yang disarankan dalam penelitian sebelumnya.
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI–Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memeriksa mobil dapur keliling milik lembaga filantropi Dompet Dhuafa di Kampung Akuarium, Rabu (30/5/2018).
Dalam penelitian terpisah, tim peneliti memeriksa harapan orang-orang biasa untuk melihat apakah harapan mereka selaras dengan data tim peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang-orang pada umumnya memiliki harapan yang benar bahwa orang yang egois memiliki lebih sedikit anak, tetapi secara keliru percaya bahwa orang yang egois akan menghasilkan lebih banyak uang.
”Sangat menyenangkan melihat kemurahan hati yang begitu sering terbayar dalam jangka panjang,” kata Pontus Strimling, seorang peneliti lainnya.
SUGIYANTO–Dana Kemanusiaan Kompas menyerahkan bantuan untuk korban gempa, Sabtu (11/8/2018) di Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Bantuan yang diserahkan berupa terpal, air mineral, beras, telur, ikan asin, minyak goreng, abon, dan perlengkapan mandi.
Para peneliti percaya bahwa hubungan sosial yang lebih baik dapat menjadi kunci keberhasilan masyarakat yang bermurah hati dari perspektif ekonomi. Namun, penelitian masa depan harus menggali lebih dalam alasan mengapa orang yang murah hati mendapatkan lebih banyak, dan melihat apakah hubungan antara tidak mementingkan diri sendiri, gaji yang lebih tinggi, dan lebih banyak anak juga ada di bagian lain dunia.
”Tentu saja bisa diperdebatkan bagaimana (orang yang) tidak egois itu benar-benar memiliki lebih banyak anak,” kata Brent Simpson dari Universitas South Carolina.–SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 18 Oktober 2018