Pilek memang tidak mematikan dan tergolong sebagai penyakit ringan. Namun, jika dialami dalam waktu yang lama, bisa mengurangi produktivitas seseorang.
Umumnya, orang dewasa akan mengalami pilek sebanyak 2-5 kali tiap tahun, sementara anak-anak mengalami 7-10 kali setiap tahun. Pilek sebagai gejala salesma atau common cold serta influenza biasanya akan sembuh setelah lima hari tanpa obat.
Meski begitu, karena gejalanya cukup mengganggu, seperti demam, batuk, sulit menelan, dan bersin, tidak sedikit orang yang memilih mengonsumsi antibiotik. Padahal, konsumsi antibiotik sebenarnya tidak dianjurkan karena penyakit ini disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Salesma lebih sering disebabkan oleh Rhinovirus, sementara Influenza bisa disebabkan oleh virus Influenza A, B, dan C.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO (DKA)–Seorang bayi menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sedang diperiksa. Biasanya gejala ISPA yaitu batuk, pilek, dan sesak napas.
“Lebih dari 30 persen orang yang mengalami pilek langsung mengonsumsi antibiotik. Sebenarnya, antibiotik tidak berpengaruh pada penyakit yang disebabkan oleh virus dan justru bisa menimbulkan resistensi antibiotik,” kata Bambang Supriyatno, Ahli Respirologi Anak yang juga Ketua Konsil Kedokteran Indonesia dalam wawancara dengan Kompas di sela-sela Kongres Dokter Spesialis Anak Asia Pasifik Ke-16 atau The 16th Asia Pacific Congress of Pediatrics 2018 di Nusa Dua, Bali, Senin (27/8/2018).
Lebih dari 30 persen orang yang pilek langsung mengonsumsi antibiotik. Sebenarnya, antibiotik tidak berpengaruh pada penyakit yang disebabkan oleh virus dan justru bisa menimbulkan resistensi antibiotik
Namun, jika gejala pilek yang dialami disebabkan oleh bakteri, peran antibiotik baru diperlukan, misalnya pada orang yang terinfeksi pneumonia bakterialis. Untuk itu, gejala pilek yang berlangsung lebih dari lima hari disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
AR/BB–Seorang peneliti sedang menganalisis virus H1N1 atau flu babi.
Para ilmuwan dari pelbagai pusat penelitian di dunia terus meneliti agar dapat menemukan obat baru serta cara untuk menghambat perkembangbiakan virus.
Melalui penelitian Ronald Eccles, Direktur Common Cold Centre di Cardiff University, Inggris, kandungan Iota-karaginan dalam rumput laut merah dapat dimanfaatkan untuk meringankan gejala pilek. Setidaknya, jika biasanya orang baru sembuh selama 4-5 hari, dengan bantuan pengobatan ini bisa sembuh selama 2 hari.
Kandungan Iota-karaginan dalam rumput laut merah dapat dimanfaatkan untuk meringankan gejala pilek.
Penelitian ini dilakukan dengan menformulasikan kandungan Iota-karaginan dengan larutan garam (NaCl). Cairan tersebut kemudian diaplikasikan dengan menyemprotkan melalui rongga hidung (intranasal) secara langsung.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Ronald Eccles
Berdasarkan uji klinis yang telah dilakukan, Ronald menyimpulkan, pengobatan dengan menyemprotkan larutan Iota-karaginan ke rongga hidung dapat mengurangi gejala pilek dan flu. Pengobatan ini akan efektif jika diberikan dalam jangka waktu dua hari setelah gejala muncul.
Secara teknis, kandungan Iota-karaginan akan membentuk lapisan pelindung pada permukaan lapisan hidung. Kemudian, kandungan ini akan mengikat virus serta menghambat penyebaraan dan penggandaan (mutasi) virus dalam tubuh. Secara klinis, virus akan dihilangkan melalui lendir hidung.
“Apabila digambarkan, muatan positif dari virus akan diikat oleh muatan negatif dari karaginan. Dengan begitu penyebarannya akan dihambat sehingga tidak sampai menyerang sel di dalam tubuh yang bisa berdampak pada komplikasi penyakit yang lebih parah,” kata Ronald.
Selama ini, karaginan biasanya dimanfaatkan oleh industri pangan. Dari hasil penelitian pun Ronald menyakinkan bahwa karaginan aman dikonsumsi, termasuk anak-anak karena mengandung bahan alami dan tidak memiliki efek sistemik pada tubuh.
Ronald berpendapat, kandungan Iota-karaginan bisa menjadi penemuan yang inovatif untuk pengobatan di masa depan. Selain efektif untuk mengurangi gejala pilek dan flu, saat ini Ronald dan tim sedang mengembangkan kandungan ini sebagai pengobatan penyakit mata ringan.
“Mungkin kalau untuk mata aplikasinya tidak disemprotkan tetapi seperti obat tetes. Tapi sekarang masih dalam proses penelitian,” ujarnya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH–Satu dari 120 atlet Indonesia untuk Asian Games Jakarta-Palembang 2018 diberikan vaksin influenza di Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Senin (16/7/2018).
Salesma dan influenza
Tekait influenza atau flu, sebagian orang sering sulit membedakannya dengan batuk pilek biasa atau salesma. Secara umum, gejala salsesma biasanya adalah tenggorokan gatal, pilek, dan bersin yang lebih sering daripada flu. Sementara pada penderita flu, selain gejala seperti salesma, mengalami demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot serta sendi. Pada influenza, komplikasi yang bisa terjadi seperti pneumonia, gagal ginjal, hingga mengancam jiwa.
Virus dari kedua penyakit ini dapat ditularkan melalui tetesan cairan saat batuk atau bersin ataupun melalui kontak langsung, seperti melalui sentuhan. Penularannya terjadi saat 1-2 hari gejala muncul.
Penderita penyakit salesma dan flu, disarankan untuk lebih memperbanyak istirahat, konsumsi air putih, dan konsumsi makanan bergizi. Apabila muncul gejala demam bisa mengonsumsi obat penurun panas. Sementara untuk meringankan gejala batuk bisa mengonsumsi obat khusus batuk atau mengonsumsi minuman hangat.–DEONISIA ARLINTA
Sumber: Kompas, 7 September 2018