KLHK Pasang Empat Plasma ”Nanobubble” di Kali Sentiong

- Editor

Rabu, 15 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memasang empat plasma nanobubble untuk mengatasi bau tak sedap di Kali Sentiong di dekat Wisma Atlet Asian Games. Berdasarkan hasil survei dan contoh kualitas air menunjukkan bahwa kualitas air di lokasi tersebut sangat buruk.

Sebelumnya, tim Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memasang dua plasma nanobubble di Kali Sentiong. Satu alat bisa menghasilkan 22 meter kubik nanobubble per jam. Cakupan radius per alat bisa mencapai 20 meter.

”Saat ini sudah ada enam alat. Kami harapkan dalam beberapa hari ini bau tak sedap sudah tidak tercium lagi, khususnya di area wisma atlet,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK MR Karliansyah seusai pemasangan plasma nanobuble di Kali Sentiong di Jakarta Utara, Sabtu (11/8/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Karliansyah mengatakan, plasma nanobubble berfungsi untuk menghasilkan ozon (O3) dan oksigen (O2). Ozon berfungsi untuk membunuh bakteri, sedangkan oksigen untuk meningkatkan kadar oksigen di perairan.

FAJAR RAMADHAN UNTUK KOMPAS–Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan MR Karliansyah (kiri) serta Pelaksana Harian Direktur Pengendalian Pencemaran Air KLHK Budi kurniawan (kanan) meninjau Plasma Nanobubble di Kali Sentiong, Jakarta Utara, Sabtu (11/8/2018).

”Dengan dipenuhinya kadar oksigen yang cukup, bakteri bisa hidup dan terurai sehingga bisa memakan limbah. Jika itu terjadi, bau tak sedap akan hilang dan air juga bisa menjadi bersih,” katanya.

Menurut Karliansyah, selama ini bakteri yang terdapat pada Kali Sentiong tidak bisa terurai atau mati. Hal itu karena kandungan oksigen dalam air sangat buruk ditambah adanya sedimentasi pada dasar kali yang menyebabkan warna kali menjadi hitam.

Pelaksana Harian Direktur Pengendalian Pencemaran Air Ditjen PPKL KLHK Budi Kurniawan mengatakan, tingkat konsentrasi oksigen terlarut dalam air di Kali Sentiong hanya sekitar 0,05 miligram per air. ”Kami ambil contoh dari tiga titik, yaitu hulu, tengah, dan hilir. Dengan kandungan tersebut, sangat tidak mungkin biota bisa hidup,” katanya.

Karliansyah mengatakan, untuk bisa mengatasi pencemaran air di Kali Sentiong lebih optimal, idealnya dibutuhkan 20 alat plasma nanobubble. ”Masalahnya, proses pengadaan alatnya butuh waktu lama. Padahal, waktu pelaksanaan Asian Games sudah dekat. Beberapa kontingen sudah berdatangan. Sementara baru bisa kami tambahkan empat alat,” ujarnya.

Cara kerja
Budi mengatakan, cara kerja plasma nanobubble adalah menangkap oksigen melalui udara lalu menguraikannya ke dalam air menjadi oksigen dan ozon. Fungsi ozon adalah untuk menguraikan bakteri-bakteri anaerob yang menyebabkan bau tak sedap. Berdasarkan uji laboratorium yang dilakukan, oksigen dari nanobubble bisa bertahan hingga 30 hari dalam air.

”Sehingga dengan ozon bau tak sedap bisa cepat hilang. Oksigen dan ozon tersebut nantinya berbentuk nanobubble dan dikeluarkan ke dasar air sehingga bisa sampai ke sendimen,” kata Budi.

Menurut Budi, plasma nanobubble pernah digunakan untuk mengatasi pencemaran air di Kali Cipinang. Dalam waktu sekitar satu bulan, kandungan oksigen dalam air tersebut bisa meningkat cukup signifikan.

”Tadinya konsentrasi oksigen terlarut dalam air hanya 0,5 miligram per air. Setelah dipasang alat, konsentrasinya meningkat menjadi 4 miligram per air,” kata Budi.

Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI Anto Tri Sugiarto menambahkan, saat ini plasma nanobubble sudah dipatenkan oleh LIPI, tetapi belum diproduksi secara massal.

”Harga produksi per alat sekitar Rp 50 juta karena merupakan hasil penelitian jadi masih diproduksi satu per satu. Jika diproduksi massal, mungkin bisa lebih terjangkau harganya,” katanya. (FAJAR RAMADHAN)–YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 11 Agustus 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB