Etika Psikologi Mendesak Ditegakkan

- Editor

Kamis, 26 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pembelajaran psikologi hanya berkembang dengan fokus kepada aspek empiris dan teknis. Psikolog pun menjadikan analisis permasalahan pasien lebih kepada permukaan dibandingkan menggali emosi dan rohani secara mendalam. Pendekatan berbasis etika dinilai perlu diterapkan kembali di dalam pembelajaran dan penanganan kasus psikologi.

Hal itu menjadi inti pada acara bedah buku berjudul Etika Psikologi: Menilik Nurani Psikolog Indonesia di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Rabu (25/7/2018). Buku ditulis oleh dosen psikologi Nani Nurrachman Sutojo dan Lidia Laksana Hidajat. “Terjadi kekurangan komunikasi antara ilmu pengetahuan psikologi dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan yang dilakukan selama ini sangat teknis dan minim konteks,” tutur Nani.

Ia mengemukakan, kebanyakan pembelajaran dan penekanan kasus menekankan kepada cara sebuah permasalahan bisa terjadi. Padahal, semestinya, psikolog berupaya mengungkapkan alasan dan makna sebuah permasalahan sehingga bisa menimpa seorang individu. Selama ini psikologi belum banyak fokus kepada pengenalan bangsa tempat ilmu tersebut diterapkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut dia, sampai saat ini belum banyak pembahasan mengenai indikator pencapaian kode etik dalam psikologi. Psikolog hendaknya bersikap adil dan peduli. Jika tidak, psikologi malah akan mendatangkan kerugian daripada menemukan jalan keluar.

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Dosen psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Eunike Tyas Suci (berbaju merah) memoderatori bedah buku Etika Psikologi: Menilik Psikolog Indonesia.

“Contoh kasus kekerasan terhadap warga binaan di penjara Guantanamo (Kuba) dan Abu Ghraib (Irak) merupakan bukti ilmu psikologi yang digunakan tanpa mengedepankan etika, yang terjadi adalah kekerasan,” tutur Nani.

Salah satu penanggap buku, dosen filsafat Unika Atma Jaya Alexander Seran menjelaskan, manusia merupakan perwujudan jasmani dan rohani. Dalam aspek rohani, manusia merupakan refleksi dari budaya, lingkungan, dan pengalaman hidup. Ia mengemukakan pentingnya bagi psikolog untuk memahami pengaruh tersebut terhadap kepribadian seseorang.

“Psikolog tidak bisa menilai permasalahan seseorang hanya melalui kehidupan pribadi ataupun pengalaman hidup. Akan tetapi, juga mendalami budaya dan lingkungan tempat individu itu dibesarkan. Segala keputusan dan perbuatan seseorang tidak bisa terlepas dari latar belakang itu,” paparnya.

Dalam hal ini, psikolog harus memiliki pandangan yang netral karena nilai bersifat relatif dan tidak bisa menjadi acuan murni. Psikolog sejatinya mengupas segala atribut pasien satu per satu hingga ia menemukan inti permasalahan. Untuk mencapai hal tersebut, seorang psikolog dintuntut mempunyai kemampuan untuk berefleksi.

“Kemampuan refleksi ini yang akan menjernihkan komunikasi. Alasannya karena tidak semua pasien datang menemui psikolog dengan sukarela. Ada kemungkinan pasien mendistorsi cerita mengenai permasalahan yang mereka alami. Di samping itu, psikolog juga harus berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam pengendalian narasi sesuai kemauan pribadinya,” ujar Alexander. Jika itu terjadi maka psikolog harus memutuskan jalan keluar berdasarkan penilaian subyektif. Bukan berdasarkan analisa permasalahan secara obyektif.

Pembahas lain, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Johana Endang Prawitasari menegaskan, etika merupakan pembeda psikolog dengan masyarakat awam. Psikolog tidak langsung memberi nasihat sekadar berdasar curahan hati pasien. Ada penyelidikan mendalam terhadap segala aspek kehidupan pasien yang direfleksikan berdasarkan ilmu psikologi.–LARASWATI ARIADNE ANWAR

Sumber: Kompas, 26 Juli 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB