Isu pemanasan global dan perubahan iklim mendorong dilakukannya penghematan energi listrik, salah satunya dengan menerapkan konsep bangunan hijau. Namun, penerapan konsep itu juga harus didukung dengan perilaku ramah lingkungan oleh para pengguna bangunan.
Sektor bangunan menyumbang dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan. Menurut data dari US Green Building Council (USGBC), sektor ini menghabiskan 12 persen penggunaan air dan 70 persen penggunaan energi listrik di seluruh dunia.
Selain itu, sektor bangunan juga menghasilkan 30 persen emisi greenhouse gas (GHG) dan memproduksi 65 persen limbah di dunia. Data ini menunjukkan bahwa sektor bangunan harus mempertimbangkan konsep bangunan hijau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS–Eksterior gedung Sinar Mas Land Plaza yang menerapkan konsep bangunan hijau di Tangerang. Bangunan ini mendapat penghargaan ASEAN Energy Award pada 2014. Foto diambil Rabu (25/7/02018).
Krisis Energi Bisa Direduksi dengan Bangunan Hijau
Secara sederhana, bangunan hijau atau green building adalah bangunan yang ramah lingkungan. Bangunan hijau mengutamakan efisiensi energi, baik energi listrik, air, maupun sampah selama bangunan beroperasi. Efisiensi tersebut diwujudkan melalui desain pada bangunan.
Direktur Sinar Mas Land Ignesjz Kemalawarta mengatakan, ada dua hal yang melatarbelakangi pentingnya penerapan bangunan hijau. Pertama, jumlah karbon di bumi yang berlebihan akibat dari sektor industri, pembangunan, transportasi, dan lainnya. Kedua, energi listrik dan air semakin langka karena jumlah penduduk tidak sebanding dengan sumber daya yang tersedia.
”Sebenarnya semua kota dan semua industri harus menerapkan green building karena dunia ini sudah dilanda global warming. Ini urgensi kita bersama,” kata Ignesjz saat ditemui di Tangerang, Rabu (25/7/2018).
Efek pemanasan global dapat direduksi dengan penerapan bangunan hijau. Ignesjz mengatakan, bangunan hijau dapat menghemat sumber daya yang digunakan dalam pengoperasian bangunan. Bangunan hijau juga dapat mereduksi emisi karbon yang dihasilkan oleh suatu bangunan.
Bangunan hijau dapat menghemat sumber daya yang digunakan dalam pengoperasian bangunan. Bangunan hijau juga dapat mereduksi emisi karbon yang dihasilkan oleh suatu bangunan.
Penerapan bangunan hijau diterapkan oleh Sinar Mas Land dengan membangun BSD Green Office Park (GOP) yang berlokasi di Kecamatan Cisauk, Tangerang. GOP berdiri di atas lahan seluas 25 hektar dan sudah memperoleh sertifikasi bangunan hijau dari Building and Construction Authority (BCA) yang berbasis di Singapura, yaitu Green Mark Gold Award. Selain itu, GOP juga memperoleh penghargaan dari Asia Pacific Property Award.
SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS–Suasana bangunan Apple Institute yang berada di kawasan Green Office Park, Tangerang, Rabu (25/7/2018).
”Pada awal bangunan Sinar Mas Land Plaza beroperasi, energi listrik yang dapat dihemat sebanyak 30 persen per lantai. Itu bila dibandingkan dengan konsumsi energi pada bangunan biasa. Sekarang, persentase penghematan energi bangunan ini adalah sekitar 8 persen hingga 30 persen per lantai,” kata Ignesjz.
Menurut data yang dihimpun dari Green Building Council Indonesia, bangunan hijau berdampak pada penghematan energi listrik, air, dan pengurangan emisi karbon di Indonesia. Bangunan hijau dapat mengurangi 136.077.461 kilowatt jam listrik per tahun, 1.220.545 meter kubik air per tahun, dan 121.244 ton karbon dioksida per tahun.
Ignesjz menambahkan, performa bangunan hijau juga harus disertai dengan perilaku hemat energi, khususnya oleh para pengguna bangunan. Jika tidak, konsep ramah lingkungan yang ingin dicapai tidak akan maksimal.
”Harus ada kesadaran dari orang-orangnya untuk hemat energi juga. Di sini kami menerapkan green habit, yaitu gerakan ramah lingkungan. Contohnya mematikan air dan lampu jika sudah tidak dipakai, menggunakan tangga daripada lift untuk menghemat listrik, dan sebagainya. Gerakannya sudah kami mulai terapkan untuk mendukung konsep green building,” kata Ignesjz.
Harus ada kesadaran untuk melakukan gerakan hemat energi juga. Di sini kami menerapkan green habit, yaitu gerakan ramah lingkungan. Contohnya mematikan air dan lampu jika sudah tidak dipakai, menggunakan tangga daripada lift untuk menghemat listrik.
Menurut pengamatan Kompas, perilaku ramah lingkungan sudah mulai diterapkan di gedung Sinar Mas Land Plaza, Tangerang. Grafis yang mendukung orang-orang untuk menghemat energi diletakkan di sejumlah tempat, seperti di tangga, lift, ataupun pintu. Sejumlah orang terlihat menaati gerakan hemat energi tersebut, salah satunya dengan menggunakan tangga.
SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS–Contoh grafis yang digunakan dalam gerakan green habit di Gedung Sinar Mas Land Plaza, Tangerang, Rabu (25/7/2018). Green habit berfungsi untuk mengoptimalkan performa dari bangunan hijau untuk mengurangi pemakaian energi listrik.
Environment Enhancement and Sustainable Development Officer Sinar Mas Land Hermiza Yeni Agvira mengatakan, green habit dilakukan dengan beragam cara untuk menarik minat orang-orang, salah satunya dengan kompetisi.
”Bangunan ini (Sinar Mas Land Plaza) punya dua sayap. Masing-masing sayap di setiap lantai nanti akan dinilai penggunaan energi listriknya. Siapa yang penggunaan listriknya paling kecil, dialah yang menang. Ini untuk merangsang partisipasi orang-orang,” kata Hermiza.
SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS–Partisi digunakan di gedung Sinar Mas Plaza, Tangerang, Rabu (25/7/2018). Partisi ini berfungsi untuk membelokkan angin agar dapat masuk ke dalam ruangan sehingga pemakaian pendingin ruangan dapat dikurangi. Partisi dibuat miring beberapa derajat agar dapat melindungi ruangan dari tempias air hujan.
Penerapan
Penerapan bangunan hijau dapat dilakukan dengan pendekatan arsitektural. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kaca ganda atau double-glass pada jendela. Kaca ini dapat meneruskan cahaya ke dalam ruangan tanpa menghantarkan panas. Selain itu, meletakkan elemen air dan tanaman pada bangunan juga dapat mereduksi panas dan mengalirkan udara di dalam ruangan.
”Green building punya momok mahal di masyarakat, padahal tidak selalu begitu. Konsep bangunan hijau itu kembali ke kaidah-kaidah desain yang sudah ada. Contohnya, penerapan jendela besar pada arsitektur zaman Belanda untuk sirkulasi udara,” kata Hermiza Yeni Agvira.
Penerapan konsep bangunan hijau juga diterapkan di kawasan GOP. Semua bangunan di kawasan ini harus menaati sejumlah aturan dan harus memenuhi kualifikasi sebagai bangunan hijau karena GOP adalah kawasan bersertifikasi hijau. Salah satu contoh aturan tersebut adalah tinggi bangunan yang tidak boleh melebihi lima lantai.
Luas kawasan GOP 25 hektar. Lebih dari 40 persennya merupakan lahan hijau, termasuk dengan danau buatan yang ada di sini. Bangunan juga tidak boleh melebihi lima lantai agar aliran angin di kawasan ini terjaga. Kawasan ini sudah kami simulasikan iklimnya
”Luas kawasan GOP 25 hektar. Lebih dari 40 persennya merupakan lahan hijau, termasuk dengan danau buatan yang ada di sini. Bangunan juga tidak boleh melebihi lima lantai agar aliran angin di kawasan ini terjaga. Kawasan ini sudah kami simulasikan iklimnya,” kata Hermiza.
SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS–Skylight di gedung Sinar Mas Plaza, Tangerang, Rabu (25/7/2018). Skylight dapat meneruskan sinar matahari ke dalam ruangan untuk mengurangi pemakaian lampu.
Prospek masa depan
Managing Director President Office Sinar Mas Land Dhony Rahajoe mengatakan, perkembangan bangunan hijau di Indonesia bisa dikatakan cukup baik. Perkembangan ini dilihat dari adanya sejumlah penerapan bangunan hijau pada sejumlah bangunan yang tersertifikasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Menurut data dari Green Building Council Indonesia, di Jakarta terdapat 22 bangunan hijau terbangun yang bersertifikat.
”Masyarakat Indonesia sudah harus mulai memikirkan pembangunan yang tak hanya untuk masa kini, tapi juga untuk masa depan. Pengeluaran energi bangunan juga harus diperhitungkan. Jika sebuah bangunan bisa selesai dalam waktu satu sampai dua tahun, biaya pengoperasiannya pasti membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun. Hal itu lantas akan memakan banyak energi,” kata Dhony.
Masyarakat Indonesia sudah harus mulai memikirkan pembangunan yang tak hanya untuk masa kini, tapi juga untuk masa depan. Pengeluaran energi bangunan juga harus diperhitungkan
Ignesjz mengatakan, prospek bangunan hijau di Indonesia harus disertai dengan edukasi. Hal ini dikatakan karena momok bangunan hijau yang masih mahal di mata masyarakat.
”Supaya bangunan hijau bisa diterapkan bersama, dibutuhkan tiga hal. Pertama, inisiatif dari para pemilik gedung. Kedua, peraturan daerah tentang bangunan hijau. Ketiga, insentif dari pemerintah terhadap pemilik bangunan hijau,” kata Ignesjz. (SEKAR GANDHAWANGI)–ADHI KUSUMAPUTRA
Sumber: Kompas, 26 Juli 2018