Kebutuhan ahli olah data pada era digital diprediksi meningkat. Hal ini karena terdapat kelimpahan data pada era digital yang perlu diolah agar dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
“Sekarang era digital, hingga tahun 2020 diprediksi dunia membutuhkan 2,7 juta ahli olah data,” kata Victor Gunawan, Direktur Pengembangan Bisnis PHI (Putera Handal Indotama) Integration, pada acara Halal Bihalal Universitas Multimedia Nusantara (UMN), di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan, Jumat (13/7/2018).
Perilaku konsumen
Menurut Victor, keberadaan elektronik dagang menghasilkan data perilaku konsumen yang terekam pada penyedia aplikasi. Data tersebut apabila diolah dengan baik dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Misalnya aplikasi ojek daring, dapat terlihat daerah yang paling banyak dilalui orang, data rute tersebut diolah dan bisa dijual ke suatu perusahaan, selanjutnya perusahaan tersebut membuat iklan produknya di rute tersebut untuk tujuan pemasaran,” jelas Victor.
–Andrey Andoko, Wakil Rektor Universitas Multimedia Nusantara (kedua dari kiri) memberi penjelasan tentang pengolahan data pada acara Halal Bihalal, di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan, Jumat (13/7/2018).
“Data-data yang melimpah jumlahnya akan membentuk big data atau data dalam set besar. Data perlu diolah agar tidak sia-sia dan bisa menjadi informasi strategis,” kata Andrey Andoko, Wakil Rektor UMN. Andrey menambahkan kelimpahan data tersebut tidak dibarengi dengan adanya ahli olah data. Menanggapi fenomena tersebut, UMN membuka peminatan analisis data besar (big data analytic) pada program studi sistem informasi.
“Selain membuat peminatan big data analytic, kami juga membuat program belajar big data yang bernama DQLab, harapannya dapat mencetak ahli-ahli olah data,” kata Wira Munggana, Dosen Program Studi Sistem Informasi UMN. DQLab merupakan hasil kerja sama antara Skystar Ventures dari UMN dan konsultan pengolahan data PHI Integrations.
“Saat ini masih banyak mahasiswa yang belum menyadari bahwa profesi ahli olah data itu banyak dibutuhkan, kami ingin menjadi inisiator dan harapannya nanti Indonesia memiliki banyak ahli olah data,” kata Wira. Menurut Wira, hal ini sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo yaitu menjadikan Indonesia sebagai kekuatan elektronik dagang terbesar di Asia Tenggara tahun 2020.
“Semua korporasi sudah membutuhkan ahli olah data, perusahaan elektronik dagang hingga perbankan. Banyak yang butuh, oleh sebab itu selain mahasiswa kami juga menyasar anak SMA yang baru lulus,” kata Wira.
Terdapat tiga tahap dalam pengolahan data yaitu penggalian data, pengelompokan data, dan visualisasi data. Visualisasi data memudahkan pengambilan keputusan untuk membaca data.
Menurut Feris Thia, Pendiri PHI Integrations, dasar yang dibutuhkan untuk menjadi ahli olah data adalah kemampuan analisis dan kecakapan dalam penggunaan aplikasi Microsoft Excel.
“Sekarang ini data sudah menjadi harta karun, sangat berharga dan mahal, data yang banyak serta acak perlu diolah supaya bermakna,” ujar Andrey.(Dionisia Gusda Primadita Putri)–NASRULLAH NARA
Sumber: Kompas, 14 Juli 2018