Generasi muda diajak untuk semakin menerapkan budaya riset dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan budaya riset bisa dilakukan secara sederhana, misalnya berpikir kreatif, peka terhadap permasalahan lingkungan, dan mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan solusi yang inovatif.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan budaya riset adalah melalui kegiatan Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN). Kegiatan yang diinisiasi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini dilaksanakan pada 9-15 Juli 2018 di Purbalingga, Jawa Tengah.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Salah satu instruktur Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) XVII membekali para peserta teori tentang metodologi penelitian dan penulisan hasil penelitian sebelum mereka terjun langsung di lapangan, Senin (9/7/2018), di Purbalingga, Jawa Tengah. PIRN XVII berlangsung hingga Minggu (15/7/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, melalui PIRN diharapkan dapat membentuk generasi muda Indonesia yang berkarakter, cerdas, kritis, inovatif, dan peduli terhadap kemajuan bangsa. “PIRN ini salah satu langkah konkret yang kita tujukan untuk meningkatkan minat riset di kalangan generasi muda. Kita tidak hanya ingin mereka jadi periset saja, tetapi lebih kepada menumbuhkan cara berpikir yang kreatif dan inovatif,” katanya di sela-sela pembukaan PIRN ke-17 di Purbalingga, Senin (9/7/2018).
PIRN ini salah satu langkah konkret yang kita tujukan untuk meningkatkan minat riset di kalangan generasi muda.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Laksana Tri Handoko
Kegiatan ini diikuti 442 siswa setingkat SMP dan SMA serta 157 guru dari 32 provinsi. Para peserta PIRN akan belajar untuk merancang sebuah penelitian, mendalami metodologi penelitian, menyusun karya tulis ilmiah yang benar hingga menjadi sebuah laporan penelitian yang menarik.
Handoko menuturkan, penelitian lapangan yang akan dijalankan oleh peserta akan disesuaikan dengan karakteristik sumber daya alam maupun lingkungan sosial di daerah Kabupaten Purbalingga. Kegiatan penelitian dibagi menjadi beberapa titik dan obyek yang sesuai dengan tema penelitian peserta.
Proses penelitian dapat berupa interaksi dengan masyarakat sekitar, pengamatan kondisi dan geografis alam, kondisi lingkungan sosial masyarakat, maupun proses pembuatan alat yang dapat mempermudah kehidupan.
“Saat ini budaya meneliti di kalangan remaja Indonesia bukanlah sesuatu yang aneh di telinga mereka. Tanpa disadari, kegiatan penelitian telah berkembang di sekolah-sekolah, meneliti telah menjadi sebuah kebutuhan bagi remaja dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mereka pelajari terhadap masalah-masalah di lingkungan sekitar,” kata Handoko.
Pelaksana Tugas Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi berharap, melalui kegiatan ini, potensi daerah Purbalingga bisa lebih dikembangkan sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, potensi putra daerah di bidang iptek bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya manusia untuk mengisi pembangunan daerah di masa mendatang.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Dyah Hayuning Pratiwi
“Setelah PIRN ini akan ada lokakarya yang intinya untuk menginvestarisasi masalah yang ada di Purbalingga kemudian ditindaklanjuti dengan pengembangan riset yang tepat. Pemerintah Purbalingga dibantu LIPI akan mencari solusi berbasis iptek yang sesuai dengan potensi daerah,” ujarnya.
Menambah ilmu
Sejumlah peserta mengaku senang karena bisa berpartisipasi dalam PIRN ini. “Senang bisa menjadi salah satu perwakilan dari Kalimantan Barat. Saya berharap lewat kegiatan ini, saya bisa menambah teman, menambah ilmu, serta semakin berguna bagi sekolah dan kemajuan daerah,” kata Irsyad (14), siswa SMP N 1 Upas Air, Ketapang, Kalimantan Barat yang bercita-cita menjadi insinyur pesawat terbang.
Saya berharap lewat kegiatan ini, saya bisa menambah teman, menambah ilmu, serta semakin berguna bagi sekolah dan kemajuan daerah.
Hal senada disampaikan Alya Khaiun Nisa (14) dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. “Bangga bisa ikut acara ini karena bisa nambah pengalaman dan teman,” tutur siswi kelas IX SMP Global Islamic Boarding School Banjarmasin yang bercita-cita menjadi dokter tersebut.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Pemberian materi terkait metodologi penelitian yang bisa digunakan oleh para peserta Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) XVII di Purbalingga, Senin (9/7/2018).
Nabila Aulia (17), perserta dari SMA N 12 Bekasi, Jawa Barat berharap, ia dapat mengimplikasikan materi yang didapat dari perkemahan ilmiah ini. Sebagai siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, penelitian ilmiah sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan budaya di lingkungannya. Misalnya, terkait masalah lahan kosong untuk tempat bermain anak di daerahnya.
Pratiwi menambahkan, pengalaman budaya penelitian di Indonesia perlu terus-menerus digalakkan dan diharapkan dapat terus memotivasi anak-anak. “Dengan semakin populernya kegiatan penelitian di dunia pendidikan maka akan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan andal ke depannya untuk bisa memecahkan segala permasalahan dan persoalan bangsa,” kata Pratiwi.–DEONISIA ARLINTA/MEGANDIKA WICAKSONO
Sumber: Kompas, 10 Juli 2018