Sejumlah program dan pelatihan berbasis pendidikan digital yang menguatkan para guru digulirkan. Kesempatan pelatihan dikembangkan di berbagai daerah dengan melahirkan pelatih dari kalangan guru agar transformasi pendidikan digital bisa disiapkan secara merata.
Ketua umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat Muhammad Ramli Rahim yang dihubungi dari Jakarta, Minggu (8’7/2019), mengatakan IGI sudah mengantisipasi perkembangan pendidikan digital sejak kelahirannya 2009 lalu. “Kami semakin mengembangkan pendidikan berbasis digital,” kata Ramli.
Sejumlah program dan pelatihan berbasis pendidikan digital yang menguatkan para guru digulirkan. Ada program Sagusatab yakni satu guru satu tablet sebagai upaya untuk melahirkan paperless school. Lalu dikembangkan menjadi menemu baling (menulis dengan mulut, membaca dengan telinga) yang memudahkan guru dan siswa membuat tulisan dan juga membaca.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ramli menambahkan, sekarang banyak yang makin maju misalnya “memeriksa Lembar Jawaban Kerja semudah selfie” ini diberi nama kanal sagumanisan (satu guru satu guru mahir penilaian berbasis android). “Nah, dalam proses belajar dibuat variatif berbasis digital,” ujar Ramli.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Pendidikan digital mulai dikembangkan dalam pembelajaran. Pelatihan bagi guru juga dilkukan. Salah satubterlihat kegiatan pembeljaran digital di SMart Lerning Center PGRI di Jakarta.
Ada pelatihan dengan sagusamik (satu guru satu komik), sagusavid (satu guru satu video pembelajaran), sagusavres (satu guru satu video presentase). Selain itu, IGI mengembangan belajar jarak jauh dengan model video conference melalui Sadar (sarasehan dalam jaringan) lalu ada sidaring (silaturahmi dalam jaringan), lalu ada maluku belajar yang juga berbasis jaringan.
“Berbeda dengan kemendikbud yang terpusat di P4TK dan hanya menyentuh sedikit guru, IGI memilih langsung ke kabupaten-kabupaten termasuk yang pelosok,” jelas Ramli.
Ramli menambahkan salah satu cara membuat guru siap menuju masa depan adalah melahirkan pelatih-pelatih hebat dari kalangan guru. ” Jangan bergantung pada hal-hal di luar guru termasuk pelatih dari Kemdikbud, karena yang menjalani proses lapangan adalah para guru. Mereka juga yang menghadapi perubahan teknologi,” ujar Ramli.
Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekom), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gogot Suharwoto mengatakan para guru menjadi salah satu fokus terjadinya transformasi pendidikan digital. Namun, masih banyak guru yang belum siap karena belum yakin dengan dampak pemanfaatan TIK dalam peningkatan mutu pembelajaran maupun tidak tahu cara memanfaatkannya.
Gogot mengatakan konten untuk pembelajaran digital banyak tersedia. Kemdikbud melalui Rumah Belajar menyediakan materi pembelajaran digital mulai dari buku seputar digital, laboratorium maya, dan materi belajar interaktif lainnya. “Pemanfaatannya masih belum optimal. Baru sekitr 30 persen dari total jumlah sekolah. Karena itu, transformasi pendidikan digital perlu disiapkan,” kata Gogot.–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 9 Juli 2018