Ruang Antarbintang Dipenuhi Minyak Kotor dan Beracun

- Editor

Jumat, 29 Juni 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Meski terlihat gelap, kosong dan dingin, ruang antarbintang sejatinya berisi kabut tipis yang mengandung molekul seperti minyak atau lemak. Karena berupa minyak, maka material itu bersifat lengket. Kondisi itu membuat kaca depan pesawat penjelajah antariksa masa depan akan mendapat lapisan lengket berminyak saat melewati ruang antarbintang.

“Lapisan lengket itu terdiri atas debu, lemak dan silikat seperti pasir,” kata Tim W Schimdt dari Sekolah Kimia Universitas New South Wales, Sydney, Australia seperti dikutip theguardian.com, Rabu (27/6/2018).

Lapisan berlemak ini sebenarnya juga ada di sekitar Matahari. Namun, angin Matahari menyapunya hingga lapisan minyak itu terdepak keluar dari Tata Surya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Unsur utama dalam komponen minyak atau lemak itu adalah karbon. Namun hingga kini, belum diketahui pasti berapa banyak jumlah karbon yang melayang di ruang antarbintang.

Para ilmuwan berharap, mampu menemukan karbon itu dalam bentuk murni atau terikat dengan hidrogen yang membentuk senyawa mirip minyak yang dinamakan karbon alifatik atau gas naftalena yang menjadi komponen utama kapur barus.

APOD.NASA.GOV/MICHAEL GOH–Galaksi Bimasakti yang dipotret di atas Taman Nasional Nambung Australia Barat.

Untuk mengetahui jumlah dan kondisi karbon yang ada di ruang antarbintang di galaksi Bimasakti, tim ilmuwan Turki dan Australia yang dipimpin Burcu Günay dari Departemen Astronomi dan Ilmu Antariksa Universitas Ege, Bornova, Turki melakukan pemodelan di laboratorium.

Pemodelan di laboratorium untuk menjelaskan bagaimana minyak karbon itu terbentuk dari aliran materi karbon yang dihasilkan bintang karbon atau bintang yang bahan bakar utamanya adalah karbon.

Dari pemodelan itu diketahui bawah dalam setiap 1 juta atom hidrogen terdapat 100 atom karbon berminyak. “Lemak ini kotor, diduga beracun dan hanya terbentuk di ruang antarbintang dan laboratorium kami,” tambah Schmidt yang terlibat dalam penelitian.

Studi itu yang dipublikasikan di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, Senin (18/6/2018) itu menunjukkan ada 10 miliar triliun triliun ton minyak di Bimasakti. Jumlah minyak itu cukup untuk membuat 40 triliun triliun triliun paket mentega di Bumi.

Dengan data jumlah minyak atau karbon tersebut, ilmuwan memiliki pengetahuan untuk menentukan jumlah total karbon di ruang antarbintang yang dibutuhkan untuk menjadi bahan bakar pembentukan bintang, planet, maupun membentuk kehidupan.

“Riset ini bagian dari upaya memahami siklus karbon. Karbon dibuat di dalam bintang, keluar dan menembus ruang antarbintang, masuk dalam sistem keplanetan baru, hingga akhirnya membentuk kehidupan,” tambah Schmidt.

Ke depan, tim berencana untuk menentukan kelimpahan karbon dalam bentuk gas naftalena. Dengan mengetahui jumlah masing-masing jenis karbon dalam debu antarbintang secara pasti, para peneliti ingin mengetahui seberapa banyak unsur tersebut harus tersedia untuk membentuk kehidupan.

Dosen senior astronomi Universitas Terbuka Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian Helen Fraser mengungkapkan, meski jumlah karbon di ruang antarbintang diketahui, namun studi itu belum mampu menjawab pertanyaan besar dalam astronomi, yaitu bagaimana debu antarbintang terbentuk, berevolusi dan hancur.

Namun, studi itu bisa menjelaskan bahwa molekul karbon mirip minyak yang ada di antariksa lebih banyak dari perkiraan sebelumnya. Konsekuensinya, jumlah yang besar itu memengaruhi bagaimana butir-butir debu itu saling menempel dan membentuk planet atau menjadi benih yang membentuk kehidupan di permukaan planet.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 29 Juni 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB