Novi Amilia, model cantik kelahiran 1987, menabrak tujuh orang di Taman Sari, Jakarta. Saat menyetir, ia hanya mengenakan BH dan celana dalam. Ia mengaku sebelumnya mendengar bisikan gaib yang menyuruhnya membuka baju. Diduga, ia depresi karena masalah keluarga. (SM, 15 Oktober 2012)
MENURUT WHO (2012), depresi mengenai lebih dari 350 juta penduduk di seluruh dunia. Bahkan, estimasi WHO, di tahun 2020 depresi akan menjadi penyakit nomor dua tertinggi setelah penyakit jantung-pembuluh darah.
Berdasarkan Riskesdas 2007, angka rata-rata nasional gangguan mental emosional (cemas-depresi) penduduk berusia 15 tahun adalah 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk. Ironisnya, kurang dari 10% orang dan masalah kesehatan jiwa terlayani di fasilitas kesehatan. Perhitungan ini berdasarkan utilisasi layanan kesehatan jiwa di tingkat primer, sekunder, dan tersier. Kesenjangan pengobatan diprediksikan melebihi 90%.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Usia 15-24 tahun rentan menderita depresi, namun lebih sering terjadi pada wanita berusia 20-40 tahun, penduduk kota, di negara maju, individu yang bercerai dibandingkan dengan yang menikah/lajang. Risiko bunuh diri meningkat 20x lipat pada penderita depresi dibandingkan bukan penderita.
Penyebab
Depresi disebabkan multifaktor, misalnya: tekanan psikososial begitu berat dimana orang tersebut tidak mampu mengatasinya. Penurunan kadar neurotransmitter (perantara komunikasi antarsel saraf, seperti: dopamin, norepinefrin, gamma-aminobutyric acid/ GABA, dan serotonin), menurunnya kadar triptofan (pembentuk serotonin), gangguan hormon (meningkatnya hormon pelepas kortikotropin). Peningkatan aktivitas asetilkolin dan substansi P juga berimplikasi terhadap terjadinya depresi.
Fenomena neurogenesis, yakni generasi sistem saraf fungsional dari neural stem cells di otak bagian hippocampus, terutama di area dentate gyrus, juga berkontribusi pada depresi.
Faktor risiko depresi, keluarga ada yang menderita depresi, kepribadian introvert (tertutup), mudah cemas, hipersensitif, ketergantungan pada orang lain, berbagai penyakit saraf (misalnya: Parkinson, stroke). Berbagai zat-obat, seperti: reserpine, penghambat beta, penyalahgunaan zat (kokain, amfetamin, narkotik, alkohol) juga memengaruhi munculnya depresi.
Uniknya, lebih dari 80% penderita menyatakan tidak menyukai dirinya sendiri, disamping disertai 4M, yaitu: merasa gagal, merasa kurang, merasa tersingkir, dan merasa kehilangan. Singkatnya, depresi bercirikan: gangguan mood (suasana hati-alam perasaan), anhedonia (sulit merasa bahagia), energi berkurang sehingga mudah lelah.
Pada kasus Novi Amilia, ada kecenderungan ia menderita episode depresif berat dengan gejala psikotik karena memenuhi persyaratan: ada stresor problematika keluarga, afek depresif, hilang minat dan kegembiraan, konsentrasi dan perhatian berkurang, perbuatan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, disertai dengan halusinasi auditoris, yaitu adanya suara atau bisikan gaib yang menyuruhnya membuka baju.
Solusi
Psikoterapi, seperti: terapi kognitif (latihan keterampilan, berbagi pengalaman tentang kesuksesan), terapi perilaku (latihan mengontrol diri), terapi kelompok, psikoterapi psikodinamik, terapi suportif, konseling, terapi perilaku kognitif, problem-solving therapy. Untuk depresi ringan/sedang, digunakan Computerised Cognitive Behaviour Therapy (CCBT).
Farmakoterapi, yaitu dengan obat antidepresi. Dokter/psikiater akan memilihkan obat sesuai indikasi dari golongan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor), selective serotonin and norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI), antidepresan atipikal, antidepresan trisiklik, antidepresan tetrasiklik, atau golongan MAOI (monoamine oxidase inhibitor). Target terapeutik terbaru depresi adalah galanin dan reseptor CRF1 (corticotropin releasing factor type 1). Kombinasi psikoterapi-farmakoterapi memercepat penyembuhan depresi.
Obat terbaru adalah agomelatine. Agomelatine memperbaiki tidur dan sistem sirkadian, aman untuk tubuh, tidak memengaruhi fungsi seksual. Dosis cukup sekali sehari, diberikan di malam hari. Agomelatine tidak direkomendasikan untuk usia di bawah 18 tahun dan berhati-hati bila digunakan pada lanjut usia (= 66 tahun). Efek sampingnya: sakit kepala, mual, pening, mulut kering, mencret, sulit tidur, mengantuk, sulit BAB, lelah, nyeri perut bagian atas. Sayang, harganya relatif mahal. Semua obat depresi bisa diperoleh dengan resep dokter.
Herbal penakluk depresi; daun bunga Crocus sativus, Bacopa monniera Wettst, minyak esensial Croton zehntneri, Hypericum perforatum. Akupunktur belum terbukti efektif mengatasi depresi.
Untuk pencegahan, diperlukan pendekatan psikoreligi, psikososial, psikofarmakologis. Kombinasi multiintervensi di sekolah, pondok pesantren, kampus yang berfokus pada keterampilan kognitif, coping, sosial, dan terapi menulis juga efektif mencegah depresi. (11)
Dito Anurogo, dokter pemerhati kesehatan jiwa, tinggal di Semarang
—————-
Depresi Dapat Dicegah
DEPRESI bukan berarti “gila”. Depresi itu dapat diturunkan (heritable), tapi bukan berarti penyakit keturunan. Ada obat yang memicu depresi, yaitu: reserpin, obat antihipertensi. Wanita gemuk cenderung lebih mudah depresi.
Urutan terapi tambahan fase akut Major Depressive Episode pada MDD: lithium, agen antipsikotik atipikal, lamotrigine, hormon tiroid. Penegakan diagnosis depresi saat ini berpedoman pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV), International Classification of Diseases (ICD-10), Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).
Terapi Alternatif
Sebenarnya ada terapi alternatif sebagai solusi depresi, misalnya: Lithium augmentation (sebagai mood stabilizers dan antimanic agent) untuk depresi resistant, depresi bipolar akut, dan beberapa depresi unipolar, juga mencegah kambuhnya mania, minimum 7 hari hingga tercapai kadar serum lebih 0,5 mEq/L. Zat antikejang (anticonvulsant), lamotrigine, mengurangi aktivitas glutamatergic, dipakai untuk MDD, terapi sekaligus mencegah depressive relapse pada gangguan bipolar.
Divalproex atau valproate dapat mencegah berulangnya depresi bipolar. Stimulan sistem saraf pusat, contohnya: dextroamphetamine, methylphenidate. Hormon tiroid, untuk memodulasi (mengatur) efek antidepresan, misalnya: Liothyronine (T3). Antipsikotik atipikal (sulpiride, clozapine, olanzapine, quetiapine, risperidone, ziprasidone, dan aripiprazole) dapat dipertimbangkan untuk terapi depresi mayor resistant dan depresi bipolar. Latihan fisik (exercise therapy) bermanfaat untuk depresi ringan dan sedang.
Jika fasilitas memadai, disertai indikasi yang sesuai, maka dapat dipertimbangkan terapi nonfarmakologis (bukan obat), seperti: electroconvulsive therapy (ECT), terapi sinar, transcranial magnetic stimulation, stimulasi nervus vagus. Terapi kejang listrik (ECT) dapat direkomendasikan jika obat tak berhasil, ada kondisi yang mengancam jiwa, seperti: usaha bunuh diri atau menolak makan. ECT juga dapat dipertimbangkan untuk terapi akut depresi berat dan sedang untuk manfaat terapeutik jangka pendek, terapi depresi psikotik, dan depresi resistant.
jika diberi obat golongan MAOI, maka perlu membatasi makanan dengan kandungan tyramine tinggi, seperti: kecap, acar, hati sapi dan ayam, keju, daging dan ikan yang diawetkan atau diberi obat, telur ikan, buah yang terlalu matang, kismis, alpukat, yogurt, zat/bahan pelunak daging, krim asam, pasta udang. Hal ini untuk mencegah terjadinya krisis hipertensi. Hindari konsumsi bir dan anggur. Penggunaan semua obat antidepresi haruslah dalam pengawasan dokter, selama 2 – 6 minggu.
Pencegahan
Hiasilah hati dan bentengilah diri dengan doa, iman, dan takwa. Rajinlah beribadah dalam arti luas. Luangkanlah waktu untuk: tertawa, mendengarkan musik, membaca, masing-masing minimal 5-10 menit setiap hari. Milikilah: gaya hidup sehat dan seimbang, sahabat dan buku harian sebagai tempat berbagi/curhat, rencana untuk masa depan.
Segeralah berkonsultasi ke dokter jika merasa depresi, jangan mengobati sendiri. Mohonlah juga “pencerahan” dari ulama atau pembimbing spiritual Anda.
Tes screening, seperti: Physician Depression Questionaire (PDQ-9) dan Mood Disorder Questionnaire (MDQ) dapat digunakan di pelayanan kesehatan primer. Secara praktis, ada dua pertanyaan untuk screening :
1. Selama sebulan yang lalu, seringkah Anda merasa down (murung), tertekan, sedih, putus asa, atau tak punya harapan lagi?
2. Selama sebulan yang lalu, seringkah Anda merasa (terganggu dengan) memiliki sedikit minat, perhatian, atau kesenangan dalam melakukan berbagai hal? Penggunaan instrumen screening secara rutin untuk identifikasi depresi tidak direkomendasikan.(Dito Anurogo-11)
Sumber: Suara Merdeka, 24 oktober 2012