Seleksi Perguruan Tinggi Dibuat Lebih Adil

- Editor

Sabtu, 28 April 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penilaian hasil ujian tulis seleksi masuk perguruan tinggi negeri tahun 2018 diubah. Tujuannya, agar lebih mampu menyeleksi calon mahasiswa dengan potensi akademik lebih baik.

Calon mahasiswa kini dapat diukur melalui mutu soal yang dijawabnya secara benar. Akan tampak apakah jawabannya benar karena memang mampu mengerjakan soal atau karena kebetulan menebak dengan benar.

Ketua Panitia Pusat Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018 Ravik Karsidi, yang dihubungi dari Jakarta, Jumat (27/4/2018), mengatakan, mulai tahun ini penilaian skor SBMPTN tidak lagi dengan cara konvensional atau dengan sistem ”hadiah” dan ”hukuman”. Pada pola lama, jawaban benar diberi skor +4, jawaban salah diberi skor -1, dan jawaban salah diberi skor 0.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Peluang untuk menebak-nebak jawaban pilihan ganda selama ini jadi lebih besar. Peserta cenderung menyiasatinya untuk mendapat skor tinggi, seperti yang umumnya diajarkan di tempat bimbingan belajar,” kata Ravik yang juga Rektor Universitas Sebelas Maret.

Menurut Ravik, perubahan penilaian dilakukan setelah tim melakukan kajian. Sistem penilaian baru yang diterapkan tahun ini menggunakan teori respons butir (item response theory/IRT).

Skor ujian tidak semata diukur dari total jawaban benar, tetapi juga dilihat dari kemampuan menjawab soal sulit yang dinilai dari keseluruhan jawaban benar peserta. ”Jadi, meski awalnya skor sama, nanti setelah dianalisis, peserta yang lebih mampu menjawab secara benar soal yang sulit skornya lebih tinggi,” ujar Ravik.

Perlu lebih adil
Bambang Sumintono, dosen bidang kebijakan pendidikan dan peneliti asesmen pendidikan di Universitas Malaya, Malaysia, mengatakan, seleksi masuk ke perguruan tinggi negeri perlu lebih adil dalam memilih calon mahasiswa baru. Tidak cukup hanya mendapatkan calon mahasiswa yang punya skor tinggi.

”Perlu juga dilihat pola responsnya terhadap soal, dari tingkat mudah hingga sulit, yang sesuai dan konsisten,” ucapnya.

Dengan IRT, kata Bambang, makna skor peserta jadi lebih berkualitas. Deteksi abilitas calon mahasiswa secara kognitif yang konsisten dapat dilakukan untuk mengetahui apakah dia cocok dengan program studi yang dipilih atau tidak. Hal ini dapat menurunkan angka putus kuliah atau drop out karena salah memilih jurusan atau asal-asalan memilih jurusan.

Menurut Bambang, peserta yang banyak menjawab benar dapat diketahui menjawab soal secara konsisten atau tidak. Jika mampu menjawab benar di banyak soal sulit, tetapi yang soal biasa salah, bisa jadi karena ceroboh.
Sebaliknya, jika bisa menjawab soal sulit, tetapi skor rendah, bisa jadi karena tebak-tebakan. Kemampuan dia bisa diartikan di bawah tingkat kesulitan soal.

”Calon mahasiswa seperti ini kalau dipaksakan masuk ke kedokteran, misalnya, kerjanya bisa sembrono sehingga diagnosis pada pasien keliru,” kata Bambang.

Bambang menuturkan, karena jumlah penduduk yang besar, Indonesia memiliki potensi orang pintar yang banyak. Namun, pemetaan kemampuan peserta tes tertinggal karena alat analisis yang digunakan sudah ketinggalan zaman.

Menurut Bambang, analisis soal dalam pendekatan IRT belum banyak dipahami, termasuk oleh bimbingan belajar yang diserbu siswa untuk bisa menembus perguruan tinggi negeri. Selama ini, siswa lebih diajarkan untuk mencari jawaban benar sebanyak mungkin.

”Silakan saja mengajarkan cara apa pun untuk menghadapi SBMPTN. Namun, yang jadi pertimbangan bukan sekadar skor yang tinggi, melainkan kesesuaian jurusan dan konsistensi abilitas kognitif. Jadi, pola seleksinya akan lebih tepat dan adil dalam memotret kemampuan tes,” papar Bambang.

Bambang berharap, pemerintah dan panitia dapat memberikan akses terhadap data dan proses tes serta penilaian IRT. Hal ini untuk memberikan masukan akuntabilitas dan transparansi.

Tes kemampuan dan potensi akademik (TKPA) terdiri dari mata uji Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, TPA Verbal, TPA Numerikal, dan TPA Figural (gambar).

Ravik menyebutkan, hingga Jumat pukul 19.30, peserta SBMPTN yang sudah mencetak kartu berjumlah 843.958 orang. Tahun ini, tes dilakukan berbasis kertas dan komputer (Android).

Peserta yang berbasis desktop 25.170 orang dan Android 1.000 orang. Adapun yang ikut uji keterampilan 54.067 orang. Ujian tulis dilakukan pada 8 Mei dan pengumuman 3 Juli.

Tes meliputi kemampuan dan potensi akademik, terdiri dari mata uji Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, TPA Verbal, TPA Numerikal, dan TPA Figural. Juga ada tes kemampuan dasar sains dan teknologi, terdiri dari mata uji Matematika IPA, Biologi, Kimia, dan Fisika. Ada pula tes kemampuan dasar sosial dan humaniora, terdiri dari mata uji Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi.–ESTER LINCE NAPITUPULU

Sumber: kompas, 28 April 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB