Buku bisa digantikan dengan teknologi, tetapi peran guru tidak bisa digantikan, bahkan harus diperkuat. Di era sekarang, guru harus mampu memanfaatkan teknologi digital untuk mendesain pembelajaran yang kreatif.
Kemampuan para guru untuk mendidik di era pembelajaran digital perlu disiapkan dengan memperkuat pedagogi siber pada diri guru. Guru yang lebih banyak berperan sebagai fasilitator harus mampu memanfaatan teknologi digital yang ada untuk mendesain pembelajaran kreatif yang memampukan siswa aktif dan berpikir kritis.
Ketua Divisi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Smart Learning Center Richardus Eko Indrajit di sela-sela seminar nasional dan pengukuhan Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS) PGRI di Jakarta, Sabtu (7/4/2018), mengatakan, para guru harus mulai dibiasakan untuk merasakan pembelajaran digital yang terus berkembang. Sebab, penggunaan teknologi dalam pembelajaran berguna untuk memfasilitasi pembelajaran yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Ketua Divisi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Richardus Eko Indrajit menjelaskan pentingnya memperkuat pedagogi siber bagi guru di era pembelajaran digital. PGRI membentuk Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS) untuk memperkuat guru di bidang yang sama.
“Buku bisa digantikan dengan teknologi. Konten pembelajaran sudah tersedia di internet. Namun, tetap ada peran guru yang tidak bisa digantikan. Di sinilah, kita harus memperkuat guru sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk dapat memafatkan sumber belajar yang beragam tersebut. Guru juga jadi motivator dan inspirator,” kata Eko.
Eko mengatakan, banyak guru yang mendengarkan dan membayangkan yang namanya smart classroom (menggunakan semua konten interaktif yang menarik secara visual dalam pengajaran).
“Masih terbatas guru yang mengalami langsung, yang tahu bagaimana memanfaatkan belajar digital, pembelajaran kreatif dengan teknologi. Karena itu, pelatihan guru harus sudah mengarah ke sana. Hal inilah yang akan difasilitasi lewat PGRI Smart Learning Center untuk peningkatan mutu guru Indonesia di era pembelajaran digital,” kata Eko.
–Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Unifah Rosyidi (kiri) berdiskusi menjelaskan PGRi Smart Learning Center bagi guru. Terlihat desain smart classroom di PGRI untuk pelatihan guru di era pembelajaran digital.
Di Gedung Guru PGRI di Jakarta, PGRI Smart Learning Center dihadirkan di lantai tiga. Ada ruang yang didesain sebagai smart class dengan meneyediakan fasilitas papan tulis pintar (smartboard) yang berisi beragam cara pemeblajaran digital, ruang teater belajar digital, hingga ruang untuk pembentukan karakter guru. Kehadiran PGRI Smart Learning Center ini berkolaborasidengan banyak pihak dengan pendekatan public private patnership.
Lebih lanjut Eko menjelaskan, di era sekarang, siswa sudah banyak mengetahui pembelajaran lewat internet terlebih dahulu, baru sekolah. “Jangan sampai guru gagap menghadapi kondisi siswa yang lebih banyak tahu content pembelajaran yang didapat dari internet. Lalu, guru bingung mau ngapain. Karena itu, kemampuan guru sebagai fasilitator harus diperkuat. Guru dapat mengarahkan pembelajaran lebih banyak pada diskusi, memecahkan masalah, hingga melakukan proyek yang merangsang siswa berpikir kritis,” kata Eko.
Keterbatasan teknologi digital di daerah, ujar Eko, dapat diatasi. Kondisi Indonesia yang heterogen dengan masalah yang heterogen harus diatasi dengan solusi yang heterogen pula. Pemanfaatan telepon genggam.telepon pintar bisa dioptimalkan. Asal, sumber belajar digital, seperti 3.000 buku digital yang sudah dimiliki pemerintah, disiapkan dalam flashdisk atau kartu eksternal di telepon genggam.
“Selama ini ada strategi yang tidak tepat. Guru dan siswa di daerah yang sulit akses internet disuruh mendownload buku digital. Harusnya diatasi dengan solusi disiapkan dalam flashdisk atau di kartu eksternal telepon pintar sehingga lebih mudah diakses,” kata Eko.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi menunjukkan ruang teater untuk pelatihan pembelajaran digital para guru se-Indonesia di Gefung Guru DKI Jakarta. Fasilitas ini bagian dari PGRI Smart Learning Center.
Di Gedung Guru PGRI di Jakarta, PGRI Smart Learning Center dihadirkan di lantai tiga. Ada ruang yang didesain sebagai smart class dengan menyediakan fasilitas papan tulis pintar (smartboard) yang berisi beragam cara pembelajaran digital, ruang teater belajar digital, hingga ruang untuk pembentukan karakter guru. Kehadiran PGRI Smart Learning Center ini berkolaborasi dengan banyak pihak dengan pendekatan public private patnership.
Kemampuan diperkuat
Lebih lanjut Eko mengatakan, di era sekarang, siswa sudah banyak mengetahui pembelajaran lewat internet terlebih dahulu, baru sekolah. “Jangan sampai guru gagap menghadapi kondisi siswa yang lebih banyak tahu konten pembelajaran yang didapat dari internet. Lalu, guru bingung mau ngapain. Karena itu, kemampuan guru sebagai fasilitator harus diperkuat. Guru dapat mengarahkan pembelajaran lebih banyak pada diskusi, memecahkan masalah, hingga melakukan proyek yang merangsang siswa berpikir kritis,” kata Eko.
Keterbatasan teknologi digital di daerah, ujar Eko, dapat diatasi. Kondisi Indonesia yang heterogen dengan masalah yang heterogen harus diatasi dengan solusi yang heterogen pula.
Pemanfaatan telepon genggam, telepon pintar bisa dioptimalkan. Asalkan, kata Eko, sumber belajar digital, seperti 3.000 buku digital yang sudah dimiliki pemerintah, disiapkan dalam flashdisk atau kartu eksternal di telepon genggam.
“Selama ini ada strategi yang tidak tepat. Guru dan siswa di daerah yang sulit akses internet disuruh men-download (mengunduh) buku digital. Harusnya diatasi dengan solusi disiapkan dalam flashdisk atau di kartu eksternal telepon pintar sehingga lebih mudah diakses,” kata Eko.
Menurut Eko, saat ini sudah disediakan 25 modul pelatihan dan penelitian bagi guru untuk memperkuat pedagogi siber di era pembelajaran digital. Para guru akan mendapatkan kesempatan untuk merasakan suasana pembelajaran dalam smart classroom yang awalnya disediakan di Gedung Guru di Jakarta. Setelah itu, secara bertahap dikembangkan di daerah-daerah.
Lokomotif perubahan
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan PGRI Unifah Rosyidi mengatakan, guru harus menjadi lokomotif perubahan di negara ini. “Tuntutan pembelajaran di abad ini sudah jauh berbeda. Kami ingin mentransformasi penyiapan guru secara revolusioner, dengan menyediakan pusat pelatihan yang sarat penguatan pembelajaran digital untuk guru dan sekolah,” kata Unifah.
Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bambang Winarji, mengatakan, guru harus terus mengembangkan profesionalisme. Pembentukan APKS diharapkan untuk meperkuat kinerja guru di sekolah.
“Para guru juga dapat saling berbagi praktik untuk guru lain. Dengan berhimpun guru yang sama dalam APKS diharapkan juga memperbanyak munculnya karya inovasi guru dalam pembelajaran,” katanya.–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 9 April 2018