Tim mahasiswa Indonesia menjadi salah satu finalis yang melangkah ke kompetisi Imagine Cup 2018 tingkat dunia setelah lolos di tingkat Asia Pasifik.
Semula ada 15 tim mahasiswa yang ikut kompetisi Imagine Cup 2018 di tingkat Asia Pasifik. Namun, setelah diseleksi lagi, hanya ada tujuh tim mahasiswa yang lolos ke tingkat dunia, termasuk tim mahasiswa Indonesia.
Para finalis dunia menawarkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung bidang pertanian. Ada pula yang menawarkan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran anak berkebutuhan khusus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam tim BeeHives akan melanjutkan perjalanan inovasi mereka ke level selanjutnya di final dunia Imagine Cup di Seattle, Amerika Serikat, pada Juli 2018.
Final dunia ini akan mempertemukan lebih dari 50 tim pelajar dari seluruh dunia. Semua akan berjuang memperebutkan hadiah utama hingga 100.000 dollar AS atau setara Rp 1,3 miliar, peluang mengikuti program bimbingan dengan CEO Microsoft Satya Nadella, serta mendapatkan dukungan dan persetujuan Azure untuk membawa produk solusi mereka ke pasar.
Tim BeeHives Drone dari University of Manchester asal Indonesia diumumkan sebagai salah satu tim yang akan berlaga dalam final dunia Imagine Cup 2018 di Seattle.
–Para mahasiswa Indonesia yang tergabung di tim BeeHives melaju ke final dunia Imagine Cup 2018 di Amerika Serikat pada Juli 2018. Mereka ikut kompetisi dengan menawarkan inovasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Hari ini Microsoft juga mengumumkan tim PINE dari Malaysia sebagai pemenang final regional Asia Pasifik Imagine Cup, mengalahkan 14 tim dari sejumlah negara. Enam tim lainnya juga dipilih untuk melanjutkan perjalanan mereka dalam final dunia Imagine Cup 2018 pada Juli mendatang.
Tim PINE merancang sebuah perangkat genggam penginderaan yang dapat membantu petani nanas secara efisien dan efektif dalam mengevaluasi tingkat kematangan sebelum panen dan dengan cara yang tidak mengganggu.
Itu karena metode tradisional yang saat ini digunakan menentukan kematangan menggunakan refraktometer, yang mengarahkan buah ke analisis destruktif.
Solusi tim PINE bertujuan untuk meminimalkan pemborosan dan membantu petani nanas memaksimalkan persentase panen yang dibawa ke pasar untuk diekspor.
Direktur Utama Microsoft Indonesia Haris Izmee di Jakarta, Jumat (6/4/2018), menyambut gembira tim BeeHives Drone dari Indonesia dapat menjadi salah satu finalis dari Asia Pasifik yang akan berlaga di final dunia Imagine Cup 2018.
”Mereka telah menciptakan solusi inovatif dengan teknologi drone mereka. Kami sangat bersemangat untuk melihat bagaimana tim ini mempersiapkan diri mereka untuk menuju final dunia. Namun, yang terpenting, bagaimana mereka akan berkolaborasi dengan Microsoft dan pihak lainnya untuk meningkatkan teknologi ciptaan mereka dan merevolusi pertanian di Indonesia,” kata Haris.
Tim BeeHives dari Indonesia menciptakan Beehive Drones Agriculture. Teknologi ini bertujuan untuk menerapkan teknologi drone berbasis internet of things (IoT) sebagai pendekatan baru untuk memecahkan salah satu masalah terbesar di dunia, yaitu peningkatan permintaan akan makanan.
Sistem pesawat tanpa awak yang koperatif dikembangkan dan dapat diakses melalui aplikasi mobile untuk membawa detail akurasi pertanian ke tangan petani. Sistem ini dirancang untuk melakukan analisis dan tugas pertanian, serta kemudahan penggunaan drone melalui situs web dan aplikasi mobile.
Dalam ajang final Asia Pasifik ini juga diumumkan tiga pemenang utama, yakni tim PINE asal Malaysia, yang merancang sebuah perangkat genggam penginderaan yang dapat membantu petani nanas secara efisien dan efektif dalam mengevaluasi tingkat kematangan sebelum panen, menjadi juara pertama.
Juara kedua dimenangkan oleh tim BeeConnex dari Thailand. Tim ini hadir dengan ide Smart Hive, yakni menawarkan sebuah perangkat IoT yang memungkinkan peternak lebah untuk memindai dan memonitor kesehatan sebuah sarang lebah.
Perangkat ini juga mampu memberi informasi bagi para peternak lebah ketika ada potensi masalah yang terdeteksi di dalam sarang lebah.
Adapun juara ketiga, yakni Tim 7x dari Singapura, menciptakan ProCubex. Teknologi ini menawarkan sebuah kubus pembelajaran pintar yang interaktif dirancang sebagai alat bantu awal bagi anak penyandang disleksia.
Kubus itu akan menghasilkan sebuah perencanaan pembelajaran secara pintar bagi anak disleksia, memicu stimulus panca indera dan juga bagian dari otak yang berfungsi untuk pembelajaran bahasa.
Adapun 15 tim finalis yang berpartisipasi pada final regional berasal dari sembilan negara, termasuk Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Nepal, Fillipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Tim-tim tersebut dipilih dari final tingkat lokal yang diselenggarakan di setiap negara tersebut awal tahun ini.
Dave Miller, Commercial Software Engineering Lead, Microsoft Asia Pacific, mengatakan, Imagine Cup 2018 selalu berusaha menjadi sarana bagi para pelajar untuk mewujudkan mimpi mereka menjadi kenyataan kewirausahaan.
”Setiap tahunnya kami mendapat kesempatan untuk menyaksikan ide-ide hebat dari inovator-inovator muda yang bekerja keras untuk memecahkan tantangan-tantangan besar dengan solusi yang pintar dan efektif. Kami hadir untuk membantu mereka mengambil langkah awal mencapai tujuan-tujuan mereka. Kami sangat bersemangat untuk menyaksikan bagaimana ide-ide mereka akan mengubah masa depan di mana kita hidup,” kata Dave.
Sementara salah satu panel, Michael Teoh Su Lim, Founder Thriving Talents, mengatakan, kompetisi tahun ini menghadirkan banyak proyek yang luar biasa oleh pelajar-pelajar berbakat yang memiliki keinginan kuat untuk menjawab isu-isu di dunia nyata yang dihadapi negara-negara di region ini pada saat ini.
”Kami gembira dengan semangat dan dalamnya inovasi yang kami telah lihat tahun ini dan optimis bahwa inovasi-inovasi itu akan membuat perbedaan pada masa depan digital kita,” kata Michael yang juga merupakan alumni Imagine Cup.–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 7 April 2018