Serangan Penyakit Tanaman Meningkat

- Editor

Senin, 9 April 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tren peningkatan suhu global dan variabilitas iklim mengancam produksi aneka tanaman pangan, terutama padi dan hortikultura. Serangan penyakit dan hama pada tanaman bertambah. Untuk itu, perlu pendampingan lebih intensif pada petani menghadapi dampak perubahan iklim.

“Pengaruh perubahan iklim pada tanaman terutama dari kenaikan suhu dan perubahan pola curah hujan. Hal yang jarang diperhatikan ialah tren peningkatan penyakit dan hama meski frekuensi beberapa penyakit menurun,” kata Ketua Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Suryo Wiyono, di Bogor, Jumat (6/4/2018).

Peningkatan serangan hama dan penyakit terjadi pada tanaman padi, seperti blas akibat jamur Pyricularia grisea dan busuk daun bakteri. Peningkatan serangan hama wereng coklat dipicu perubahan pola hujan. “Ledakan hama wereng coklat terjadi saat curah hujan dan kelembaban tinggi,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ledakan hama wereng coklat terjadi saat curah hujan dan kelembaban tinggi

Wereng coklat dikhawatirkan kembali meledak tahun ini. “Tahun lalu sekitar 500.000 hektar lahan padi terdampak. Tahun ini dikhawatirkan kembali terjadi jika tak ada perubahan penanganan,” kata dia.

Suhu meningkat
Peningkatan serangan virus teridentifikasi pada tanaman hortikultura seperti cabai dan kacang panjang. Peningkatan suhu mengakibatkan serangga pembawa virus lebih aktif.

Sementara sejumlah penyakit tanaman teridentifikasi menurun antara lain, busuk daun pada kentang dan karat daun pada kopi. Hal itu disebabkan terjadi peningkatan suhu.

–Cabai Rawit Tetap Mahal Meski Terserang Hama – Atang (73) memeriksa tanaman cabai rawit di lahan pertaniannya di Wangunharja, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, yang kualitasnya kurang memuaskan, Jumat (6/1/2017). Meski tanaman cabai rawit di sejumlah lahan pertanian cabai di tempat ini terserang hama daun dan perusak batang, namun panen cabai rawit ini dibeli tinggi oleh tengkulak dengan harga Rp 80.000 per kilogram. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho

Laporan riset terbaru dari Jianjun Yin dalam jurnal Geophysical Research Letters (2018), suhu permukaan Bumi rata-rata naik 0,9 derajat celsius tahun 1900-2013. Lonjakan suhu tertinggi terjadi tiga tahun terakhir yang naik 0,24 derajat atau naik lebih dari 25 persen dari penambahan suhu sejak 1900.

Guru Besar Departemen Antropologi Universitas Indonesia Yunita Triwardani Winarto memaparkan, kenaikan suhu 1 derajat celsius malam hari, saat padi mengisi bulir dan pemasakan, menekan produktivitas 10 persen. Penurunan pun terjadi pada jagung. “Kerentanan sektor pangan di Indonesia pada dampak perubahan iklim amat tinggi. Sebab, pendampingan petani kurang,” kata Yunita yang turut mendampingi petani di sejumlah daerah.

Kerentanan sektor pangan di Indonesia pada dampak perubahan iklim amat tinggi. Sebab, pendampingan petani kurang

Menurut Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB Tania June, petani Indonesia harus dikenalkan pada konsep Cilmate Smart Agriculture atau pertanian cerdas iklim agar ada sinergi antara peningkatan pendapatan dari lahannya serta adaptasi dan mitigasi atau pengurangan dampak buruk perubahan iklim. Salah satunya, efektivitas sekolah lapang iklim ditingkatkan lewat pendampingan petani dalam penerapan strategi adaptasi perubahan iklim.

Sejumlah strategi pencapaian Climate Smart Agriculture untuk adaptasi perubahan iklim meliputi memerluas area irigasi dan sistem pengelolaan distribusi air. Strategi lain adalah, meningkatkan kecerdasan petani melalui sekolah lapang iklim lebih effektif, pengembangan sistem peringatan dini untuk banjir dan kekeringan, serta tersedianya varietas baru yang tahan iklim ekstrem.

Langkah lain yang juga penting adalah gerakan hemat air dengan metode pendugaan kebutuhan air yang tepat dan sistem pemanenan air, manajemen pengendalian penyakit tanaman berbasis iklim, perubahan waktu tanam dan pola tanam sesuai perubahan pola iklim lokal, dan diversifikasi tanaman.

Adapun pupuk yang digunakan disarankan organik. Setelah langkah teknis ini, hal yang juga amat penting adalah tersedianya asuransi iklim dan peningkatan jaringan dan informasi pasar serta akses terhadap dana bagi petani.

Sumber: Kompas, 9 April 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB