Batik Fraktal

- Editor

Rabu, 19 September 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PERKEMBANGAN teknologi batik dalam dasawarsa belakangan ini menunjukkan lompatan cukup menggembirakan, ditandai dengan munculnya inovasi baru, yakni batik fisika atau batik fraktal. Membatik tidak lagi terpaku pada pola kerja manual-tradisional yang mengandalkan tenaga manusia, tetapi sudah mengarah pada tren pemanfaatan perangkat digital.  Hanya dengan beberapa klik, maka tersusunlah pola batik yang unik dan menarik.

Batik fraktal menyajikan langkah-langkah eksploratif  dalam mengawinkan budaya dan teknologi untuk menghasilkan karya batik modern yang lebih canggih tanpa mematikan batik tradisional.

Seperti dijelaskan dalam  www.batikfractal.com, corak batik fraktal  dibuat menggunakan rumus-rumus matematika dengan bantuan komputer. Prinsip kerjanya adalah mengukur keteraturan motif batik yang hendak dimodifikasi dengan alat yang disebut dimensi fraktal. Pola-pola batik tradisional dipetakan secara matematis kemudian diterjemahkan ke dalam perangkat lunak sehingga melahirkan pola-pola batik yang baru secara digital. Hasilnya disebut DNA batik. Motif batik tersebut ditransformasikan dalam rumus matematika fraktal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rumus tersebut kemudian dimodifikasi dengan mengubah parameter-parameternya sehingga menghasilkan rumus yang lebih kompleks, kemudian diolah dengan program batik, sebuah aplikasi berbasis open source software. Mula-mula gambar  batik diolah sedemikian rupa dan dibuat distribusi frekuensinya, kemudian dimensinya dihitung dan dibuat fraktalnya. Hasilnya, dari satu rumusan pola batik dapat menghasilkan lebih dari satu motif desain batik yang berbeda.

Metode ini hanya untuk mendapatkan motif batik. Sementara proses berikutnya sama dengan pembuatan batik tradisional. Metode ini tetap mempertimbangkan sisi-sisi pelestarian dan pengembangan budaya.

Pemanfaatan batik fraktal dipelopori sejumlah alumni Insitut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung di Pixel People Project dan Bandung Fe Institute pada 2007. Bermula dari obrolan beberapa alumni ITB, yakni Yun Hariadi, Muhammad Lukman, serta Nancy Margaried Panjaitan, mengenai desain batik yang memiliki pola matematis sehingga membentuk pola yang geometris. Mereka mencoba membangun sebuah software berdasarkan pola matematis dengan meriset 300 pola batik Indonesia.

Menurut Nancy, fraktal sendiri merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang berfokus pada pengulangan, dimensi, literasi, dan pecahan. Semua motif batik pasti mengandung unsur ini dan bisa digunakan untuk memberdayakan pembatik tradisional.

Ada sekitar 200 pembatik di berbagai daerah, seperti Pekalongan, Yogyakarta, Cirebon, Pamulang, hingga Jawa Timur yang digandeng Batik Fraktal.  Sekarang sudah ratusan pola yang dibuat batik fraktal melalui software-nya, sejak berdiri pada 2009. Kain tradisional Indonesia lainnya seperti tenun, songket ataupun ikat juga memiliki pola geometris dan berpotensi untuk bisa diproduksi dengan bantuan teknologi.

Tim peneliti dari Bandung Fe Institute, Hokky Situngkir yang telah menulis buku ”Fisika Batik” ini  menjelaskan, para pembatik dapat semakin mengembangkan pola-pola dasar batik agar lebih hebat. Dalam proses pembuatan bukunya, Hokky menggunakan teknologi komputer untuk meniru cara berfikir batik sehingga dapat menggenerasi motif-motif batik agar tampak lebih baru. (Kawe Shamudra, penulis lepas , tinggal di Batang-24)

Sumber: Suara Merdeka, 10 September 2012

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB