Letupan gas beracun masih berpotensi terjadi di Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur. Tim dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi terus melakukan pemantauan untuk meminimalkan dampak embusan gas beracun terhadap kehidupan manusia.
Kepala Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani mengatakan, potensi terjadinya embusan gas beracun ada karena saat ini masih musim hujan. Gunung Ijen merupakan gunung api yang memiliki danau kawah dan aktif mengeluarkan gas, seperti belerang dan karbon dioksida.
Gas yang bersuhu tinggi ini terkumpul di bawah. Namun, karena hujan dan mendinginkan bagian atas permukaan gas, terjadi perbedaan temperatur. Campuran air dan gas ini terkonveksi dan memicu letupan gas. Hal itu merupakan fenomena wajar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Berdasarkan pantauan, aliran gas mengarah ke barat atau mengikuti aliran Sungai Pahit sehingga terhirup oleh warga yang tinggal di permukiman sekitarnya,” kata Kasbani, Senin (26/3/2018).
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO–Kawah Ijen mengeluarkan asap dari produksi belerang alami.
PVMBG terus memantau aktivitas vulkanik Gunung Ijen, baik menggunakan metode seismik yang mampu mendeteksi gempa, metode multigas, maupun pengukuran suhu dan gas. Hasil pantauan belum menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Ijen.
Selain itu, konsentrasi gas beracun di daerah terdampak juga sudah normal. Namun, masyarakat diimbau waspada, tidak mendaki ke puncak dalam kondisi cuaca mendung dan hujan, apalagi malam hari.
Seperti diberitakan, 200 warga di Desa Watucapil dan Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, dievakuasi akibat letupan gas beracun dari kawah Gunung Ijen, Kamis. Bahkan, 27 orang dari dua desa yang berjarak 7 kilometer dari kawah itu dilarikan ke Puskesmas Sempol.–RUNIK SRI ASTUTI
Sumber: Kompas, 26 Maret 2018