Beras kencur dari Kota Solo, Jawa Tengah, yang diekspor ke luar negeri pada tahun 1966 itu diberi nama old solo wine. Si pembuat, R Soetono, juga meramu apa yang disebut echo wine, whiskey beras kencur, dan sirup beras kencur. Bahan utamanya tetap sama dengan beras kencur made in kampung, yaitu beras (Oryza sativa), kencur (Kaempferia galanga), dan bahan lain, seperti jahe, asam kawak, biji kedaung, garam, dan gula merah.
Menyusul old solo wine, pada 1968 beras kencur mendapat persetujuan untuk dikonsumsi penumpang pesawat Pan Am. Minuman itu oleh produsennya, PD Karya Asri, dibuat bening dan dikemas dalam kendi keramik. Di Hotel Indonesia ketika itu, beras kencur bening juga menjadi bagian dari hidangan koktail bagi tamu hotel.
Sementara di kampung-kampung, beras kencur menjadi minuman dari dan untuk rakyat. Ia dibuat manual dengan alat tradisional untuk konsumen terbatas. Alat manual itu berupa pipisan dan gandik yang terbuat dari batu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
–Penjual jamu keliling naik sepeda di Jalan Veteran, Kediri, Jawa Timur.
Pipisan berupa landasan berukuran panjang sekitar 40 sentimeter dan lebar 30 sentimeter. Gandik adalah alat penggiling berbentuk silinder. Di tas pipisan itu bahan jamu digilas dengan gandik. Dari jamu produk rumahan itu lalu beras kencur dijajakan sebagai bagian dari jamu yang dijajakan ibu-ibu keliling kampung. Orang menyebutnya jamu gendong. Dalam gendongan itu ada juga cabai puyang, temu lawak, dan kunir asam.
Dalam skala usaha besar, di Jateng, jamu telah menjadi industri yang menghidupi ribuan warga. Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional mencatat, ada lebih dari 1.000 industri jamu di seluruh Indonesia dan sebagian besar berada di Jateng. Dari jumlah itu, sekitar 100 perusahaan tergolong industri besar. Tahun lalu omzet industri jamu ditargetkan mencapai Rp 8 triliun per tahun atau sekitar 10 persen dari omzet produk industri farmasi, yang sekitar Rp 80 triliun per tahun.
Begitulah jamu, termasuk beras kencur, selain menyehatkan juga menjadi sumber rezeki. Seperti lagu ”Jamu” dari Waldjinah: ”Beras kencur awak kojur bisa mujur-beras kencur badan sial (hancur) menjadi mujur….” (XAR)
SUmber: Kompas, 15 Maret 2018
—————–
KOMPAS, 15 MARET 1966: Ekspor Beras Kencur
Minuman beras kencur dari Surakarta, Jawa Tengah, tak hanya digemari masyarakat dalam negeri, tetapi juga mulai digemari masyarakat luar negeri, seperti Jepang, Jerman, dan Filipina. Minuman berbahan dasar beras (Oryza sativa) dan kencur (Kaempferia galanga) itu diekspor ke negara tersebut dan dikenal dengan nama old solo wine.
Sumber: Kompas, 15 Maret 2018