Siswa kelas XII SMA/SMK berprestasi punya kesempatan masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2018. Namun sekolah meminta siswa yang memilih jalur prestasi ini konsisten untuk mengambil program studi pilihan jika diterima.
Pada Rabu (7/3), terdata siswa yang mendaftar hanya sebanyak 586.154 orang. Padahal, dari data Panitia Pusat SNMPTN 2018, tercatat jumlah siswa yang boleh mendaftar sampai 1.033.320 orang. Tahun ini, hanya sekitar 57 persen siswa yang menjajal peluang bebas tes masuk PTN dan gratis ini.
Ketua Panitia Pusat SNMPTN 2018 Ravik Karsidi mengatakan, seleksi siswa dinilai berdasarkan prestasi akademik (nilai rapor) dan prestasi nonakademik selama tiga tahun pendidikan di SMA/SMK sederajat. Tahun 2018 ini, tercatat 85 PTN yang membuka pendaftaran bagi siswa jalur bebas tes tersebut. Pengumuman hasil SNMPTN ini dijadwalkan 17 April 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Ketua Panitia Pusat Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri Ravik Karsidi (kedua dari kiri) dan Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemristek dan Dikti Intan Ahmad (ketiga dari kiri) memberikan keterangan pers tentang pelaksanaan Seleksi Nasional Masuk perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Jakarta, Jumat (9/2/2018). Pendaftaran jalur bebas tes tersebut ditutup hari Rabu (7/3), dengan menghimpun 586.154 siswa peminat.
Menurut Ravik, jalur SNMPTN ini merupakan peluang bagi siswa yang punya prestasi baik selama di sekolah untuk bisa masuk ke PTN pilihan. Karena itu, siswa diminta memanfaatkan betul kesempatan untuk kuliah jika diterima.
Komitmen
Guru Bimbingan Konseling SMAN 21 Jakarta Esther Damanik mengatakan, sekitar 50 persen siswa terbaik, sesuai ketentuan sekolah akreditasi A, ikut SNMPTN. “Semua siswa memanfaatkan dan ikut mendaftar. Kami minta mereka berkomitmen akan ambil SNMPTN jika diterima. Sebab, kalau tidak diambil, sekolah kena sanksi. Konsekuensinya, untuk angkatan berikutnya tidak boleh pilih universitas dan jurusan tersebut,” kata Esther.
Kepala SMA Thamrin Jakarta, Warnoto mengatakan, sebenarnya ada 38 siswa yang berhak ikut SNMPTN, namun enam orang tidak memanfaatkan. Ada yang dari awal tidak mau ikut SNMPTN karena lebih yakin berpeluang lewat jalur tes atau Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Ada juga yang khawatir, kalau-kalau diterima dan ternyata berubah pikiran, hingga berdampak pada adik kelas,” kata Warnoto.
Kepala SMK Wisudha Karya Kudus, Jawa Tengah, Fakhrudin, siswa di sekolah ini memang diarahkan untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja di dunia usaha/industri. Namun, tetap ada siswa yang berminta ikut SNMPTN. Tiap tahun sekitar 10 siswa.
Ina Liem, Infopreneur dari Jurusanku.com mengatakan persepsi soal SNMPTN saat ini dianggap “diskriminatif”. Hanya sekolah-sekolah tertentu yang bisa mendapat jatah. Sekolah yang punya peluang diterima tergantung juga dari kakak kelas. Jika banyak yang lolos, tapi tidak mengambil jatah tersebut, maka tahun depan dapat berisiko bagi sekolah tersebut. “Berarti nasib adik kelas ditentukan kakak kelas. Selain itu, tidak transparan juga tentang nilai-nilai pendaftar yang diterima,” kata Ina.
Menurut Ina, keragaman mutu sekolah di wilayah Indonesia yang begitu luas, juga sulit untuk membuat nilai rapor ditanstandarkan. (ELN)–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 8 Maret 2018