Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta menandatangani kerja sama dengan sejumlah lembaga pendidikan tinggi ternama di Thailand. Kerja sama ini untuk mendorong riset dan pengembangan peran pendidikan tinggi di tengah masyarakat.
Kerja sama tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman antara Universitas Islam Indonesia (UII) dengan Burapha University; UII dengan The Halal Science Center, Chulalongkorn University di Chonburi dan Bangkok, Thailand, Selasa (20/2). Sebelumnya, Senin (19/2), UII juga menandatangani nota kesepahaman dengan King Prajadhipok’s Intitute dan Santichon Islamic School, Bangkok.
Naskah nota kesepahaman ditandatangani Rektor UII Nandang Sutrisno dengan masing-masing pimpinan lembaga tersebut di masing-masing kampus, yaitu dengan Sekretaris Jenderal King Prajadhipok’s Intitute Woothisarn Tanchai, Ketua Program Internasional Burapha University Kumutinee Worasuwan, dan Direktur The Halal Science Center, Chulalongkorn University Winai Dahlan, dan Presiden Santichon Islamic School Prasert Mussari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Nandang mengatakan, internasionalisasi pendidikan saat ini telah membawa peluang sekaligus tantangan. Perguruan tinggi memiliki kesempatan lebih luas untuk menjalin kerja sama dengan institusi terkemuka dari berbagai belahan dunia.
KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA–Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Nandang Sutrisno (kiri) dan Ketua Program Internasional Burapha University Kumutinee Worasuwan menunjukan naskah nota kesepahaman yang baru saja ditandatangani kedua pihak di kampus Burapha University, Chonburi, Thailand, Selasa (20/2).
“Salah satu upaya untuk meningkatkan kerja sama antara akademisi global adalah melalui pengembangan program akademik yang kreatif dan prakarsa penelitian yang dapat membawa keunggulan bagi masyarakat kita,” katanya di Bangkok.
Karena itu, UII aktif menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi dari berbagai negara, termasuk dengan perguruan tinggi di Thailand. Kerja sama yang dijalin tidak hanya akan meningkatkan kualitas kerja sama akademis antar universitas, namun juga akna meningkatkan hubungan budaya dan pemahaman antar bangsa. Kerja sama UII mencakup banyak bidang. Kerja sama dengan King Prajadhipok’s Intitute, misalnya, mencakup penelitian kolaboratif dan komparatif kedua lembaga.
Kerja sama yang dijalin tidak hanya akan meningkatkan kualitas kerja sama akademis antar universitas, namun juga akna meningkatkan hubungan budaya dan pemahaman antar bangsa.
KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA–Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Nandang Sutrisno (kedua dari kanan) dan Direktur The Halal Science Center, Chulalongkorn University Winai Dahlan (kann) mengunjungi laboratorium The Halal Science Center di kampus Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand, Selasa (20/2). Nandang dan Dahlan telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama antara UII dan The Halal Science Center, Chulalongkorn University.
Direktur Pemasaran, Kerjasama dan Alumni UII Hangga Fathana menambahkan, UII dengan KPI telah bersepakat melakukan riset bersama tentang resolusi konflik dan studi perdamaian dengan studi kasus di Indonesia dan Thailand. Selain itu, penelitian dalam bidang otonomi daerah, kebijakan ekonomi pusat dan lokal di kedua negara.
“Kami melihat ada kesamaan Thailand dengan Indonesia, hal itu sebagai potensi untuk membangun sinergi di bidang penelitian,” katanya.
Riset halal
Hangga mengatakan, kerja sama The Halal Science Center, Chulalongkorn University, merupakan perpanjangan kerja sama yang telah mulai dijalin tiga tahun yang lalu. Sebagai negara dengan penduduk muslim yang minoritas, Thailand justru sudah lama memiliki lembaga yang fokus pada riset bidang makanan dan produk halal yakni The Halal Science Center, Chulalongkorn University.
“UII terisnipirasi dari The Halal Science Center, mereka memadukan antara science dengan nilai-nilai Islam,” katanya.
Hangga mengatakan, UII telah memiliki lembaga pusat studi Halalan Thoyyiban Research and Education (HTREND). Namun, lembaga ini masih sangat kecil dibandingkan The Halal Science Center di Chulalongkorn University yang didukung penuh pemerintah Thailand dan menjadi rujukan penelitian produk-produk halal di Thailand. Karena itu, UII ingin banyak belajar dari The Halal Science Center, Chulalongkorn University.
Menurut Hangga lembaga riset halal seperti itu penting dimiliki Indonesia. Hal ini untuk mendukung potensi ekspor produk-produk halal Indonesia ke berbagai negara. Ini sebagai pengembangan peran perguruan tinggi.
“Kita belum punya fokus perhatian produk halal sebagai potensi untuk diekspor bersaing dengan produk Thailand dan Malysia,” katanya.
UII juga memperpanjang kerja sama dengan Burapha University di bidang penelitian dan publikasi, pengembangan program akademik bersama, dan dukungan kegiatan belajar jarak jauh serta penyelengaran program penelitian bersama dan pertukaran mahasiswa. Kumutinee Worasuwan berharap kerja sama dengan UII nanti dapat terus dikembangkan di berbagai bidang, tidak hanya pertukaran mahasiswa dan penelitian.
Menurut Hangga, UII saat ini memiliki sekitar 170 kerja sama luar negeri dengan berbagai negara, 20 di antaranya berbagai lembaga di Thailand.
Winai Dahlan mengatakan, The Halal Science Center, Chulalongkorn University awalnya didirikan tahun 1994 dengan hanya memiliki sebuah ruangan kecil. Pihaknya akhirnya bisa meyakinkan pemerintah Thailand terkait pentingnya memiliki lembaga The Halal Science Center untuk mendorong ekspor produk-produk halal ke berbagai negara-negara di dunia.
“Ingat produk halal itu bukan hanya untuk masyarakat muslim,” katanya.
ERWIN EDHI PRASETYA DARI THAILAND
Sumber: Kompas, 21 Februari 2018