Perkembangan usaha rintisan atau startup berbasis daring terus berkembang. Hal itu dipengaruhi oleh perkembangan pengguna internet di Indonesia.
Berdasarkan data DailySocial.id, pada 2017 terdapat 230 usaha rintisan di Indonesia. Bahkan, empat di antaranya menjadi startup unicorns atau mencapai valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS. Keempat usaha rintisan tersebut adalah Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.
Indonesia merupakan pasar internet terbesar di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
CEO DailySocial.id Rama Mamuaya mengatakan, perkembangan tersebut dipengaruhi pertumbuhan internet di Indonesia. ”Indonesia merupakan pasar internet terbesar di Asia Tenggara,” kata Rama dalam rilis laporan startup 2017 di Jakarta, Kamis (8/2).
PRAYOGI DWI SULISTYO UNTUK KOMPAS–Rama Mamuaya
Berdasarkan data InternetWorldStats, terdapat 177,9 juta pengguna telepon seluler di Indonesia. Adapun pengguna internet berjumlah 132,7 juta, dengan 130 juta aktif menggunakan media sosial. Tiga media sosial yang aktif digunakan adalah Whatsapp Messenger, Facebook, dan Instagram.
Sementara itu, uang virtual, e-dagang, dan media merupakan tiga industri teratas yang berkembang di Indonesia. Rama mengatakan, perkembangan uang virtual di Indonesia akibat dominasi Go-Jek dalam menguasai ekonomi digital.
PRAYOGI DWI SULISTYO UNTUK KOMPAS–Perkembangan e-dagang berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha rintisan (startup) di Indonesia. Pelaku usaha kecil menengah dapat menjalankan bisnisnya di mana saja tanpa terbatas ruang dan waktu.
Menurut Rama, dominasi tersebut terjadi karena Go-Jek menawarkan harga yang murah dan kemudahan. Hal tersebut yang dicari investor dan 54,55 persen investor startup yang berada di Indonesia.
CMO GDP Venture Danny Wirianto menyebutkan, sebagai investor, dirinya akan mencari produk yang mampu menciptakan keuntungan, hemat biaya dan waktu, serta dikenal masyarakat secara luas. Hal itu ada pada Go-Jek sehingga dapat berkembang dengan cepat. Ia berharap, di Indonesia muncul usaha rintisan lain yang mampu melakukan keempat hal tersebut.
PRAYOGI DWI SULISTYO UNTUK KOMPAS–Danny Wirianto
Menurut Danny, permasalahan pengembang usaha rintisan saat ini ialah belum adanya inovasi baru yang mampu memberikan terobosan baru dan sesuai dengan perkembangan tren yang ada di masyarakat.
”Sebagian besar startup di Indonesia masih bergerak di industri yang sama, padahal investor mencari pengembang yang memberikan terobosan baru,” lanjut Danny.
Sebagian besar startup di Indonesia masih bergerak di industri yang sama, padahal investor mencari pengembang yang memberikan terobosan baru.
E-dagang
Salah satu faktor yang membuat usaha rintisan di Indonesia berkembang pesat ialah pertumbuhan e-dagang. Rama mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh e-dagang.
Danny menilai, situasi tersebut menjadi peluang bagus untuk mengembangkan perekonomian di Indonesia. Melalui perkembangan internet, akan ada usaha kecil dan menengah (UKM) baru yang bermunculan.
Hal tersebut dapat menjadi solusi untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Namun, sebagian besar UKM yang memanfaatkan teknologi digital masih bergerak di industri yang sedang tren.
Danny berharap ada UKM baru yang memberikan inovasi berbeda, misalnya industri pertanian berbasis teknologi.
Perkembangan e-dagang tersebut memengaruhi pertumbuhan aplikasi belanja di Indonesia, yaitu Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak. Shopee paling agresif pada tahun 2017 sehingga mampu menduduki peringkat kedua di sebagian besar negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Salah satu keunggulan yang ditawarkan aplikasi belanja ialah memberikan kemudahan dan biaya yang murah. Hal itu diakui pelaku usaha yang memanfaatkan aplikasi belanja dan media sosial, salah satunya Natalia Citra (28).
Ia mulai merintis berjualan pakaian perempuan menggunakan media sosial pada tahun 2014. Natalia tidak perlu membuka toko atau membeli barang dagangan terlebih dahulu.
”Saya cukup membuat akun, mencari supplier yang dapat dipercaya, dan memiliki persediaan barang sesuai dengan permintaan pembeli,” kata Natalia.
PRAYOGI DWI SULISTYO UNTUK KOMPAS–Natalia Citra (28) dapat menjalankan bisnis ketan durian dan pakaian perempuan di apartemennya dengan memanfaatkan usaha rintisan yang berkembang di Indonesia.
Pada 2017, Natalia mulai merambah industri lain, yaitu kuliner. Ia menjual ketan durian dengan merek Tandurjkt. Natalia menjalankan kedua bisnisnya tersebut di apartemennya, mulai dari produksi hingga distribusi, tanpa harus membuka toko. Dalam sebulan, ia dapat memperoleh keuntungan dari berjualan pakaian perempuan dan ketan durian hingga Rp 5 juta.
Nisa (24), perintis Tandurjkt, mengatakan, pesatnya pertumbuhan internet di Indonesia membantu perkembangan bisnis yang dirintisnya sejak tahun 2014 itu. Ia dapat menjalankan bisnisnya sambil tetap bekerja sebagai karyawan swasta. (DD08)
Sumber: Kompas, 9 Februari 2018