Tujuh belas karya dari komunitas teknologi informasi dan komunikasi Indonesia masuk nominasi tahunan Anugerah World Summit on the Information Society Prizes tahun 2018. Nominasi tersebut diharapkan dapat mengangkat rasa percaya diri bangsa untuk bersaing di tingkat internasional dan menjadi ajang untuk berbagi ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi.
WSIS Prizes adalah kontes internasional untuk mengevaluasi individual, pemerintahan, komunitas masyarakat, lembaga, institusi penelitian, dan swasta mengimplementasikan strategi pengembangan TIK dalam membangun bangsa. Kontes diselenggarakan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 2012.
Indonesia masuk ke dalam 8 kategori dari 18 kategori yang ada. Setiap karya membutuhkan suara untuk masuk ke lima perolehan suara tertinggi yang lalu dinilai tim ahli untuk mendapatkan 1 juara pertama dan 4 juara kedua per kategori. Total 463 karya yang masuk dari beberapa negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dua karya Indonesia masuk ke kategori pertama, yaitu Peran Pemerintah dan Pihak Terkait dalam Mempromosikan Pengembangan TIK (The role of governments and all stakeholders in the promotion of ICTs for development). Karya berasal dari Universitas Gadjah Mada, yaitu Knowledge Building toward Indonesian Digital Society. Karya satunya lagi dari Siberkreasi, yaitu National Movement on Digital Literacy #Siberkreasi.
ELSA EMIRIA LEBA UNTUK KOMPAS–Konferensi Pers bertajuk ”Vote 17 Inisiatif Unggulan TIK Indonesia” pada Anugerah WSIS Prizes 2018 dari PBB oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Sabtu (3/2).
Kategori kedua adalah Infrastruktur Informasi dan Komunikasi: Fondasi Esensial bagi Komunitas Informasi (Information and communication infrastructure: An essential foundation for the Information Society). Karya Indonesia yang masuk adalah dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), yakni BTS for Rural, Remote and Border Area of Indonesia dan Indonesia Broadband Internet Access with A Strong Focus on Affirmative Policy.
Untuk kategori ketiga Akses Informasi dan Pengetahuan (Access to information and knowledge). Karya Indonesia yang masuk adalah Pusat Pemberdayaan Informatika dan Pedesaaan (Puspindes) Kabupaten Pemalang dan Democratizing Decision Support: PetaBencana.id Platform for Equitable Disaster Resilience dari PetaBencana.id.
Kategori lain yang masuk adalah kategori keempat, yakni Pembangunan Kapasitas (capacity building). Karya Indonesia yang lolos adalah Relawan TIK Goes to School (diakses melalui regos.web.id) dan INCAKAP atau Internet Smart-Creative–Productive (diakses melalui incakap.id).
Pada kategori 10, yaitu Aplikasi TIK: e-Kesehatan (ICT App: e-Health), aplikasi Lacak Malaria untuk melaporkan malaria di daerah terpencil dari Halmahera Selatan, Maluku Utara, dan MedUp, platform pelayanan kesehatan dengan kecerdasan buatan, masuk dalam nominasi. Selain itu, Qiwii, sistem antrean virtual dalam pelayanan pusat kesehatan, juga masuk.
Karya Indonesia juga masuk dalam kategori 11, Aplikasi TIK: e-Ketenagakerjaan (ICT App: e-Employment). Karya itu adalah dari kerjabilitas.com, yang menjadi portal pencarian kerja bagi orang dengan disabilitas. Dalam kategori 13, yakni Aplikasi TIK: e-Agrikultur (ICT App: e-Agriculture), karya Indonesia yang lolos adalah lisa.id, penyedia sistem informasi bagi petani.
Terakhir, kategori ke-16 adalah Media. Karya Indonesia dalam kategori itu adalah Enhancement of disaster risk reduction capacities utilizing community radios dari jrki.or.id, Government Portal for Viral-able Public Policy Communication dari indonesiabaik.id, Selasar.com dan Tambo News Media Using Intelligent Positive Content Generator dari tambo.co.id.
”Keuntungan Indonesia adalah negeri ini semakin percaya diri dengan kemampuan anak bangsa,” ujar Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo Semuel A Pangerapan, dalam konferensi pers bertajuk Vote 17 Inisiatif Unggulan TIK Indonesia pada Anugerah WSIS (WSIS Prizes 2018 dari PBB, di Jakarta, Sabtu (3/2).
Ia menambahkan, kompetisi dapat menjadi ajang untuk mengukur kemampuan dan potensi diri. Masuknya 17 karya Indonesia sebagai nomine juga menunjukkan bahwa karya Indonesia setara dengan negara lain yang ada di dunia.
Selain itu, ujarnya, investor dapat semakin tertarik untuk melakukan investasi kepada perusahaan rintisan Indonesia. Selama ini, perusahaan rintisan Indonesia memiliki ide menarik, tetapi terkendala dana. Apalagi, bisnis digital tidak dapat mendapatkan investasi dengan cara yang konvensional, seperti melalui pinjaman bank.
Semuel menyatakan, sektor digital yang sementara berkembang secara umum berada di sektor pariwisata dan agrikultur. Namun, Indonesia memiliki wilayah yang luas dan banyak komunitas sehingga sektor lain yang juga sebenarnya sedang berkembang. ”Intinya, ide jangan dihambat,” katanya.
Tenaga Ahli Menteri Bidang Literasi Digital dan Tata Kelola Internet Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Donny Budi Utoyo mengatakan, ada tiga nomine dari Indonesia yang menghasilkan satu pemenang untuk juara kedua pada WSIS Prizes 2016. Dalam WSIS Prizes 2017 terdapat 18 inisiatif Indonesia yang menghasilkan satu pemenang untuk juara pertama dan empat pemenang untuk juara kedua.
”Pesaing terbesar Indonesia berasal dari Mesir, China, dan India,” ujar Donny. Tahapan pada Anugerah WSIS 2018 adalah pendaftaran, penentuan nomine, pemungutan suara secara global untuk menentukan lima pemenang untuk juara kedua per kategori, dan pemilihan satu pemenang untuk juara pertama per kategori.
Pemungutan suara secara daring melalui situs http://s.id/pilihindonesia dengan batas waktu hingga 18 Februari 2018. Pemungutan hanya akan dihitung setelah memilih karya dari seluruh 18 kategori yang ada. Prosesi upacara penyerahan penghargaan bagi akan dilaksanakan pada Sidang WSIS Forum 2018 di Geneva pada 19-23 Maret 2018. (DD13)
Sumber: Kompas, 3 Februari 2018