Kehadiran Perguruan Tinggi Asing Harus Berguna bagi Bangsa

- Editor

Minggu, 4 Februari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perguruan tinggi asing yang akan masuk ke Indonesia diharapkan membuka program studi bidang sains, teknologi, engineering (teknik), dan matematika atau STEM yang memang masih jarang ditemukan.

Kehadiran perguruan tinggi asing harus memberikan manfaat dan nilai lebih bagi perkembangan pendidikan bangsa.

Pemerintah berencana mengizinkan 5-10 perguruan tinggi asing membuka cabangnya di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek dan Dikti) sedang mengatur peraturan menteri yang meliputi jenis program studi yang dibuka, program pelayanan sosial, jumlah pengajar, dan lokasi kampus.

ELSA EMIRIA LEBA UNTUK KOMPAS–Konferensi Pers Ikatan Alumni Program Habibie (Iabie) bertema ”Polemik Masuknya Perguruan Tinggi Asing ke Indonesia: Pro-Kontra dan Alternatifnya” di Jakarta, Jumat (2/2).

Pemerintah telah menetapkan perguruan tinggi asing dapat berinvestasi hingga 67 persen, sisanya bagi PT dalam negeri.

PT diatur dalam Undang-Undang Pendidikan Tinggi Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Permen Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Dosen Program Doktoral Universitas Bina Nusantara, Jarot S Suroso, mengatakan, masuknya perguruan tinggi asing ke Indonesia merupakan suatu keniscayaan di era digital.

Pemerintah perlu membuat regulasi dengan cermat dan saksama terkait program studi yang akan dibuka PT asing di Indonesia nanti.

Namun, pemerintah perlu membuat regulasi dengan cermat dan saksama terkait program studi yang akan dibuka oleh perguruan tinggi asing di Indonesia nanti.

”Pemerintah sebaiknya tidak mengizinkan semua prodi masuk. Sebaiknya prodi bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika atau STEM saja yang dibolehkan,” kata Jarot, dalam Konferensi Pers Ikatan Alumni Program Habibie bertema ”Polemik Masuknya Perguruan Tinggi Asing ke Indonesia: Pro-Kontra dan Alternatifnya” di Jakarta, Jumat (2/2).

Ia menilai prodi seperti di bidang sosial belum diperlukan karena kualitas dan kuantitas penelitian di bidang STEM di Indonesia masih memprihatinkan. Pembangunan laboratorim yang lengkap membutuhkan biaya besar.

Belum lagi, universitas juga harus mempersiapkan peralatan dan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai. Dari sisi ini, kedatangan perguruan tinggi asing dinilai dapat membantu.

Selain pembukaan prodi bidang STEM, keputusan pemerintah menerima perguruan tinggi asing akan ditanggapi dengan antusias asalkan memenuhi beberapa syarat.

Beberapa di antaranya terkait jenis universitas, waktu masuk, kurikulum, dan penggunaan sumber daya manusia (SDM) lokal.

Jarot mengatakan, universitas yang masuk harus merupakan universitas terkemuka. Kehadiran universitas juga tidak boleh dalam jumlah yang banyak dalam waktu bersamaan.

”Perguruan tinggi asing juga harus menggunakan kurikulum nasional, seperti mewajibkan mata kuliah Pancasila agar jati diri mahasiswa sebagai orang Indonesia tidak hilang,” ujar Jarot. Ia juga menyatakan, perguruan tinggi asing harus mengakomodasi pengajar dari dalam negeri dengan rasio perbandingan 50 : 50.

Perguruan tinggi asing juga harus menggunakan kurikulum nasional, seperti mewajibkan mata kuliah Pancasila agar jati diri mahasiswa sebagai orang Indonesia tidak hilang.

Dosen Fakultas Teknik Program Studi Desain Produk Universitas Podomoro, Nurul Primayanti, menambahkan masih belum banyak prodi, seperti desain produk, kewirausahaan, dan ilmu komputer terapan, di Indonesia. Padahal, prodi seperti itu memiliki prospek bagus dan mulai dibutuhkan.

”Kedatangan perguruan tinggi asing harus mendatangkan value benefit. Hal ini agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar bagi universitas asing,” ujar Nurul.

Menurut Nurul, kedatangan perguruan tinggi asing dapat menjadi berkah atau kutukan bagi universitas negeri dan swasta yang ada. Ketika ditanggapi dengan baik, yaitu dengan mensyaratkan perguruan tinggi asing membantu membangun laboratorium bersama universitas nasional, kedatangan tersebut akan menjadi berkah.

Perguruan tinggi asing, katanya, dapat mentransfer informasi dan teknologi yang canggih yang dimiliki. Perguruan tinggi negeri dan swasta dapat belajar dan meningkatkan sumber daya manusia Indonesia di bidang STEM dan perbaikan sistem pengajaran.

ELSA EMIRIA LEBA UNTUK KOMPAS–Konferensi Pers Ikatan Alumni Program Habibie bertema ”Polemik Masuknya Perguruan Tinggi Asing ke Indonesia: Pro-Kontra dan Alternatifnya” di Jakarta, Jumat (2/2).

Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek dan Dikti Muhammad Dimyati yang dihubungi secara terpisah menyatakan, pemerintah masih mempertimbangkan bidang prodi apa saja yang akan diizinkan. Tidak menutup kemungkinan prodi lain, di luar STEM, untuk dibuka.

Dimyati mengatakan, alasannya adalah karena publikasi dan sitasi nasional dalam berbagai bidang masih rendah selama beberapa tahun terakhir.

”Tetapi, kami menerima masukan dari berbagai pihak. Kami masih menentukan prodi apa yang bagus,” katanya.

Menurut Dimyati, Indonesia juga masih membutuhkan lulusan di bidang perdagangan, kewirausahaan, dan neurologi.

Penyebab
Jarot menilai ada beberapa alasan penyebab wacana perguruan tinggi asing ke Indonesia muncul. Dunia telah memasuki era globalisasi dan pertumbuhan teknologi digital membuat dunia seolah tanpa batas (borderless).

Setelah revolusi industri 1.0 pada industri agrikultur, revolusi industri 2.0 pada industri teknologi level rendah, revolusi industri 3.0 pada industri teknologi berat, dunia memasuki revolusi industri 4.0.

Ada beberapa alasan penyebab wacana perguruan tinggi asing ke Indonesia muncul. Dunia telah memasuki era globalisasi dan pertumbuhan teknologi digital membuat dunia seolah tanpa batas.

Revolusi industri 4.0 adalah transformasi digital yang mengombinasikan kecerdasan buatan, data raksasa, komputasi awan, serba internet, robotik, dan cetak tiga dimensi.

Regulasi suatu negara juga menjadi pertimbangan. Beberapa negara ada yang memberi kemudahan perguruan tinggi asing masuk, ada juga yang tidak.

Selain itu, permintaan atas perguruan tinggi berkualitas juga meningkat. Apalagi, negara maju, seperti di Amerika dan Eropa, memiliki angka kelahiran yang lebih rendah daripada negara berkembang.

Angka calon mahasiswa dan mahasiswi sebagai akibatnya juga ikut menurun. Perguruan tinggi luar negeri pun memilih melakukan ekspansi ke negara lain.

”Namun, mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi asing di Indonesia belum tentu memiliki pengalaman budaya, yaitu suka duka di negeri orang,” katanya.

Dimyati menyatakan, kehadiran perguruan tinggi asing diharapkan dapat memacu pertumbuhan kualitas pendidikan Indonesia.

Dari aspek publikasi dan sitasi, Indonesia berada di peringkat yang jauh lebih rendah daripada Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Berdasarkan data dari Kemenristek dan Dikti tahun 2016, tren publikasi ilmiah berada sedikit 15.000 publikasi, tetapi masih di bawah Malaysia dan Singapura.

Untuk situasi atau rujukan tulisan, Indonesia berada di bawah Laos, Filipina, dan Thailand.

Pada periode 2007-2011 Indonesia berada pada poin 0,94 dan 2012-2017 menjadi 0,83. Poin rata-rata dunia adalah pada poin 1.

Ia mencontohkan, Malaysia sejak 2007 telah menerima perguruan tinggi asing untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Begitu pula dengan Thailand. Saat ini tingkat publikasi dan sitasi kedua negara berada di atas Indonesia.

Keberadaan perguruan tinggi asing dapat membuat interaksi antara pengajar luar negeri dan lokal lebih berkualitas dan tidak membutuhkan banyak biaya.

”Kita perlu bekerja sama dengan negara lain. Lebih bagus jika mereka di sini daripada kita yang harus keluar untuk meneliti,” katanya.

Dimyati mengatakan, keberadaan perguruan tinggi asing dapat membuat interaksi antara pengajar luar negeri dan lokal lebih berkualitas dan tidak membutuhkan banyak biaya.

Ia mengungkapkan, telah banyak universitas yang melakukan pendekatan kepada pemerintah, tetapi belum ada yang meregistrasi.

Pemerintah menurut rencana memilih perguruan tinggi asing yang masuk dalam peringkat 100 universitas terbaik dunia. (DD13)

Sumber: Kompas, 3 Februari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB