Gunakan Peta Mutu Pendidikan

- Editor

Sabtu, 16 Desember 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Otonomi Pendidikan Belum Optimal
Pemetaan mutu pendidikan lewat akreditasi sekolah ataupun ujian nasional setidaknya menggambarkan persoalan dasar pendidikan yang seharusnya serius diatasi pemerintah. Otoritas diminta memanfaatkan potret mutu pendidikan dalam menata sistem pendidikan.

Hasil akreditasi yang dilakukan Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah (BAN S/M) pada 2012-2017 yang memetakan pemenuhan delapan standar pendidikan di sekolah menunjukkan bahwa standar pendidik dan tenaga kependidikan serta sarana/prasarana tertinggal dibandingkan enam standar lainnya. Pemenuhan standar sarana/prasarana untuk mendukung proses pembelajaran cenderung menurun atau stangnan.

Direktur Riset Paramadina Public Policy Institute Totok Amin Soefijanto di Jakarta, Jumat (15/12), mengatakan, ketika ujian nasional (UN) lebih dikedepankan dalam memotret mutu standar kompetensi lulusan yang juga terkait standar lainnya, seperti guru, sarana dan prasarana, isi, proses, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian, seharusnya birokrasi sudah bisa memetik pelajaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Terlihat birokrasi pendidikan kita ini sibuk merekam data. Asesmen selalu dilakukan, tetapi tak ada upaya serius merefleksikan apa yang bisa dilakukan secara tepat agar anggaran, kebijakan, dan program yang dilakukan bisa benar-benar membereskan persoalan yang muncul,” ujarnya.

Totok mencontohkan dalam penanganan masalah guru. Pemerintah memang melakukan kebijakan dan program, tetapi belum membawa perubahan signifikan. ”Program peningkatan mutu guru lewat pelatihan belum seperti diharapkan. Lebih banyak sifatnya sosialisasi yang teoretis. Padahal, guru butuh pelatihan yang bisa diterapkan dan didampingi. Setelah itu, perlu dievaluasi hasilnya,” kata Totok.

Otonomi belum optimal
Terkait dengan peran pemerintah daerah, Totok mengatakan, Kemdikbud sudah punya instrumen Neraca Pendidikan Daerah (NPD). Neraca ini memotret anggaran pendidikan di daerah dan kaitannya terhadap pemenuhan standar pendidikan serta pencapaiannya.

”Kita melihat otonomi pendidikan belum optimal di banyak daerah untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah itu. Ini terkait juga dengan ada tidaknya komitmen pemda pada pendidikan. Seharusnya, instrumen NPD ini bisa jadi teguran. Selain itu, Kemdikbud perlu terus mengajak pemda peduli membangun pendidikan di daerahnya dari fakta-fakta kelemahan pendidikan yang ada,” ujar Totok.

Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan Bambang Suryadi mengatakan, pendidikan di Indonesia berbasis standar. Hal ini bukan untuk menyeragamkan, melainkan untuk memberi arahan dan petunjuk. Peta mutu pendidikan di Indonesia bisa dilihat dari akreditasi sekolah (yang menilai sekolah) dan UN (menilai individu). Seharusnya dua pengukuran mutu ini saling berkorelasi. ”Akreditasi jangan sekadar mengejar administrasi. Namun, instrumennya harus bisa menggambarkan kualitas,” katanya.

Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Dadang Sudiyarto mengatakan, hasil akreditasi ini jadi big data untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan. (ELN)

Sumber: Kompas, 16 Desember 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB