Pengembangan riset jadi syarat mutlak bagi Indonesia untuk menjawab tantangan di era globalisasi berbasis inovasi dan teknologi. Selama ini, pengembangan riset Indonesia terkendala tidak adanya perpaduan antara kebijakan pemerintah dan kebutuhan industri.
”Sejumlah riset kami tak ditindaklanjuti jadi produk industri. Inisiatif itu harus mulai digalakkan,” ujar Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Rofi Munawar, seusai pertemuan dengan Kementerian Pendidikan dan Riset Swedia di Stockholm, Swedia, Rabu (6/12), seperti dilaporkan wartawan Kompas, Muhammad Ikhsan Mahar.
Padahal, riset dan inovasi jadi tulang punggung dalam persaingan antarnegara. Jadi, pemerintah perlu memberi perhatian lebih untuk pengembangan riset dan inovasi melalui penambahan anggaran berkala dan menggandeng sektor swasta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi hanya mengalokasikan Rp 1,8 triliun dari jumlah anggaran Rp 41,3 triliun untuk riset. Angka itu di bawah 1 persen dari total APBN, dan di bawah negara tetangga, seperti Singapura (2 persen) dan Malaysia (1,1 persen).
Christian Hansen, peneliti Divisi Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Riset Swedia, mengatakan, Pemerintah Swedia menganggarkan 3,7 persen APBN untuk riset dan inovasi. Dana tahun ini 3,8 miliar euro (Rp 60,7 triliun). ”Riset dan inovasi didorong menjawab kebutuhan industri,” ujarnya.
Sandra Olivera, tim ahli Divisi Inovasi, Analisis, dan Hubungan Internasional Kementerian Firma dan Inovasi Swedia, menyebut lima program kemitraan inovasi dikembangkan Swedia. Lima program itu antara lain transportasi, kota pintar, bioekonomi, sains kehidupan, serta industri terkoneksi dan bahan baru.
Menurut Manajer Program Divisi Kolaborasi Internasional Vinnova Henrik Friden, dari 136,6 miliar krona Swedia (Rp 219 triliun) untuk riset setahun terakhir, Pemerintah Swedia menyumbang 34,4 miliar krona Swedia (Rp 55,3 triliun). ”Swasta mendominasi riset dan inovasi. Pemerintah membentuk badan khusus jadi penghubung pemerintah dan swasta,” ujarnya.
Sumber: Kompas, 9 Desember 2017