Untuk Matematika, Ada Soal dengan Jawaban Isian Sederhana
Pelaksanaan ujian nasional tahun depan tetap didorong untuk dilaksanakan berbasis komputer. Namun, berbeda dengan pelaksanaan UN tahun ini, pada UN tahun depan untuk mata pelajaran Matematika mulai diperkenalkan soal dengan jawaban isian singkat selain pilihan ganda.
“Tujuannya agar siswa mulai belajar untuk aktif mencari jawaban dengan memaparkannya di jawaban,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Totok Suprayitno di Jakarta, Sabtu (9/12).
Secara terpisah, Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang Suryadi dalam kegiatan validasi soal UN SMP dan SMA/SMK beberapa waktu lalu mengatakan, kebijakan baru UN 2018 dengan memberikan soal isian singkat di pelajaran Matematika tersebut dimaksudkan untuk mengukur kemampuan peserta didik melalui soal yang bersifat higher order thinking skills (kemampuan berpikir tingkat tinggi).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Totok mengatakan, untuk UN tingkat SMP, mata pelajaran yang diujikan meliputi Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Adapun tingkat SMA, disediakan pula mata pelajaran ciri khas tiap program pendidikan yang bisa dipilih oleh siswa selain mata pelajaran UN wajib, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika.
Peserta UN dari program IPA dapat memilih salah satu mata pelajaran UN pilihan, yakni Fisika, Kimia, atau Biologi. Adapun dari program IPS, peserta UN memilih salah satu dari mata pelajaran khas, yakni Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi. Untuk peserta program Bahasa, pilihannya Sastra Indonesia, Antropologi, dan bahasa asing.
Ujian sekolah
Totok mengatakan, dalam evaluasi akhir siswa SMP dan SMA/SMK sederajat, mulai tahun lalu dilaksanakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Jika tahun lalu USBN hanya meliputi beberapa mata pelajaran, pada USBN 2018 mencakup semua mata pelajaran.
“Meski di tingkat SMA peserta hanya mengikuti salah satu mata pelajaran dari program khas program tersebut, pelajaran yang lainnya tetap diikuti di USBN. Justru USBN ini penting karena sebagai salah satu pertimbangan kelulusan siswa,” kata Totok.
Pembuatan soal USBN, katanya, diserahkan ke tingkat sekolah yang bisa dikoordinasikan daerah atau lewat musyawarah guru mata pelajaran. Soal ujian dapat dipakai secara bersama-sama dalam satu kelompok sekolah.
Pemerintah pusat memberikan soal jangkar sekitar 25 persen dalam setiap mata pelajaran USBN. Selain itu, sekitar 10 persen dari soal harus ada uraian atau esai. “Kita harus memacu siswa untuk aktif berargumentasi atau mencapai tahap reasoning dari proses belajar. Untuk dapat menggali kemampuan siswa mengungkapkan alasan dari sebuah jawaban, ya, dengan esai,” ujar Totok.
Evaluasi akhir, kata Totok, penting untuk memastikan siswa menguasai kompetensi yang seharusnya didapat selama pembelajaran. “Karena itu, kami mendorong agar evaluasi selama pembelajaran juga tak kalah penting dilakukan oleh guru. Jika assessment yang baik dan benar sudah dilakukan secara berkualitas oleh guru, evaluasi akhir UN atau USBN tak lagi mengkhawatirkan buat siswa,” kata Totok.
Pelaksanaan UN berbasis komputer, menurut Totok, untuk tingkat SMA/SMK sederajat ditargetkan mencapai 100 persen sekolah, sedangkan di tingkat SMP ditargetkan sekitar 80 persen sekolah. (ELN)
Sumber: Kompas, 11 Desember 2017