Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligent berpotensi untuk mengganti tenaga kerja manusia yang hanya terpaku dengan tugas harian tetap, terjadwal, dan minim improvisasi. Sebab, robot dengan kecerdasan buatan juga bisa melakukan itu.
Kresna Galuh Herlangga, Chief Executive Officer (CEO) Codepolitan, perusahaan penyedia jasa pendidikan dan kursus keterampilan untuk mencetak teknisi pemrograman komputer, mengatakan, perkembangan teknologi adalah bagian dari revolusi industri dan sesuatu dari revolusi industri dan sesuatu yang tidak bisa dibendung. Dampaknya, selain mempermudah kehidupan manusia, kemampuan teknologi yang sudah dilengkapi dengan kecerdasan buatan juga berpotensi menggantikan tenaga kerja manusia.
”Seperti halnya saat teknologi ATM ditemukan yang mempermudah karena memotong antrean mengambil uang. Namun, dampaknya juga jumlah pegawai teller bank juga berkurang,” ujar Kresna di sela-sela acara Indonesia Developer Summit, Kota Bandung, Selasa (21/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
AFP PHOTO /STR/CHINA OUT–Ke Jie (kiri), pemain Go asal China, tengah menjalani laga pertama duel menghadapi program kecerdasan buatan Google, AlphaGO, di Wuzhen, Provinsi Zhejiang, China, Selasa (23/5) lalu. Laga tiga gim itu berlangsung pada 23-27 Mei.
Kresna menjelaskan, tenaga kerja yang berpotensi hilang adalah yang bekerja sesuai jadwal harian tetap, tugas yang sama setiap hari, dan minim improvisasi. ”Pada prinsipnya robot itu bekerja sesuai dengan penugasan yang diberikan manusia padanya. Robot juga tidak memiliki kelengahan dan kelelahan. Apabila manusia dengan tugas serupa itu tidak meningkatkan dirinya, tentu bisa diambil alih oleh robot,” ujar Kresna.
Galvin Widjaja, Co-Founder Lauretta.io, aplikasi pengguna kecerdasan buatan untuk mendeteksi preferensi belanja konsumen di pusat perbelanjaan Singapura, menjelaskan, di Singapura penggunaan kecerdasan buatan sudah mulai menggantikan tenaga kerja manusia.
Sebuah gedung di Singapura yang tadinya dijaga enam satpam kini dijaga hanya satu satpam, dibantu 20 kamera pengawas dan enam robot otomatis untuk membuka tutup pintu. Di sisi lain, gaji kepala keamanan gedung itu dinaikkan dua kali lipat.
Ia menjelaskan, sebuah gedung di Singapura yang tadinya dijaga enam orang satuan pengamanan (satpam) kini dijaga hanya satu orang satpam dengan dibantu 20 kamera pengawas dan enam robot otomatis untuk membuka tutup pintu. Namun, di sisi lain gaji kepala keamanan gedung itu dinaikkan dua kali lipat.
Kresna mengatakan, manusia masih memiliki keunggulan dibandingkan robot, yakni kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Sebab, pada dasarnya manusialah yang menciptakan robot dan robot hanya bekerja sesuai perintah dan rutinitas serupa yang sama setiap hari.
Membantu manusia
Meski demikian, manusia bisa memanfaatkan robot dengan kecerdasan buatan untuk mempermudah manusia. Penggunaan robot dengan kecerdasan buatan bisa meningkatkan efisiensi kerja manusia, salah satunya seperti yang sudah diterapkan oleh produk robot pemberi pakan budidaya ikan yang ditawarkan E-Fishery.
E-fishery merupakan produk penyedia alat otomatis pemberi pakan ikan, alat otomatis pemberi pakan ikan dan udang untuk budidaya ikan, yang dikembangkan oleh PT Multidaya Teknologi Nusantara (MTN). Alat itu bisa melemparkan pakan ternak sesuai jadwal dengan porsi makan sesuai dengan berat badan ikan sehingga pakan yang diberikan tepat sasaran dan tidak ada pakan ternak yang terbuang sia-sia.
Lead Engineering dari produk E-Fishery Anshori Muslim menjelaskan, dengan robot kecerdasan buatan bikinan perusahaannya bisa meningkatkan efisiensi fish cost ratio menjadi di kisaran 1,1-1,2 dibandingkan dengan pemberian pakan oleh manusia di kisaran 1,4-1,6. Idealnya, semakin mendekati angkat 1, semakin baik nilai FCR itu. FCR di angka satu itu artinya satu kilogram pakan ikan bisa membuat berat ikan menjadi satu kilogram.
”Ada peningkatan efisiensi dan efektivitas pemberian pakan hingga 21 persen,” ujar Anshori. Ia mengatakan, teknologi itu bukan dimaksudkan untuk menghilangkan peran manusia, tetapi membuat manusia bisa fokus kepada pekerjaan lainnya.
Teknologi bukan dimaksudkan untuk menghilangkan peran manusia, tetapi membuat manusia bisa fokus pada pekerjaan lain.–BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Sumber: Kompas, 22 November 2017