Jumlah Ahli Kardiovaskular Belum Memadai

- Editor

Minggu, 19 November 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jumlah dokter spesialis kardiovaskular di Indonesia masih jauh dari memadai. Terbatasnya jumlah dokter ini menyebabkan pasien harus antre lama demi mendapatkan tindakan. Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN, kekosongan itu berpotensi diisi dokter dari negara tetangga.

Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) Ismoyo Sunu mengatakan, Perki kini menaungi sekitar 1.000 dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Rasio antara ahli kardiovaskular dan jumlah penduduk Indonesia adalah 1:250.000, sementara di Malaysia rasionya mencapai 1:90.000.

“Makanya, yang menjadi tantangan ke depan yaitu memproduksi dokter spesialis kardiovaskular yang jumlahnya memadai dan berkualitas,” ujar Ismoyo dalam jumpa pers peringatan Hari Ulang Tahun Ke-60 Perki, Jumat (17/11), di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal lain yang menjadi prioritas adalah dari 14 rumah sakit rujukan nasional, hanya ada beberapa yang bisa melakukan pembedahan jantung dan pembuluh darah. Kondisi tersebut membuat waktu tunggu bagi pasien penyakit jantung yang harus mendapatkan tindakan medis menjadi berlarut-larut. Merujuk pada pusat nasional penyakit jantung, penderita penyakit jantung pada anak-anak harus menunggu selama dua tahun untuk bisa mendapat penanganan dokter.

Berkaca dari fakta tersebut, Ismoyo menilai peluang bagi ahli kardiovaskular dari luar negeri untuk menginvasi Indonesia teramat besar. Terlebih di era Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memungkinkan dokter-dokter asing berpraktik di Indonesia.

Ismoyo mengatakan telah menyiapkan sejumlah strategi agar tidak sembarang ahli kardiovaskular dari luar negeri bisa beroperasi di Indonesia. Pihaknya menunggu terbentuknya tim akreditasi dokter kardiovaskular guna merumuskan regulasi yang memungkinkan dokter Indonesia dan luar negeri bersaing secara elegan.

Wakil Sekretaris Jenderal PP Perki Ario Soeryo Kuncoro mengatakan, dari segi kapabilitas, dokter kardiovaskular Indonesia sesungguhnya tak tertinggal jauh dari dokter kardiovaskular di negara ASEAN. Kekurangannya, menurut dia, di jumlah publikasi ilmiah. “Dari nilai publikasi di Asia Tenggara kita yang paling rendah,” ujarnya. (DD10)

Sumber: Kompas, 18 November 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB