PADA Jumat (10/11), Kompas berkesempatan berdialog dengan sosok yang berjasa dalam bidang teknologi informasi. Berkat gebrakannya, ponsel yang kita gunakan saat ini dapat terhubung dengan internet. Dia adalah Susan M Armstrong, yang akrab dipanggil Susie.
T: Bagaimana Anda memulai perjalanan Anda di dunia digital?
J: Bermula saat saya bekerja di suatu perusahaan sebelum Qualcomm pada 1982-1986. Pada rentang waktu itu, internet baru saja dikenalkan. Dalam perusahaan itu, saya turut berperan dalam membuat driver atau program yang mengontrol perangkat serta peranti lunak atau software untuk ethernet pertama kalinya. Inilah awal saya menjadi ahli dalam komputerisasi dan komunikasi data.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada 1997, saya diminta membuat suatu perangkat yang memungkinkan pengiriman paket data dengan internet, tetapi melalui ponsel. Voila! Setelah bekerja sama dalam tim, kami dapat meluncurkan sistem jaringan yang dikenal dengan Wideband Code Division Multiple Access atau WCDMA.
T: Setelah Anda menemukan WCDMA dan melihat perkembangan jaringan internet saat ini, apa yang Anda pikirkan?
J: Luar biasa. Sebelumnya tidak pernah terpikirkan bahwa ponsel dapat membuka halaman web serta mengunduh dan menjalankan aplikasi dan seperti saat ini. Saya semakin bertanya-tanya, seberapa jauh perkembangan teknologi saat ini.
T: Penelitian serta pengembangan apa yang pernah dan tengah Anda kerjakan?
J: Sebelumnya saya meneliti dan mengembangkan protokol data komunikasi. Ini merupakan standar yang mengatur berpindahnya suatu informasi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Sekarang saya sedang terlibat dalam pengembangan Internet of Things (IoT). Misalnya, mengembangkan teknologi IoT untuk diterapkan dalam perawatan kesehatan dan kota pintar.
Selain itu, saya juga tertarik pada teknologi pengenalan gambar atau image recognition. Teknologi ini berupa kemampuan kamera dalam mengenali obyek fotonya, seperti manusia dan pepohonan. Dalam pengembangannya, inovasi ini membutuhkan pembelajaran mesin (machine learning) dan kumpulan data.
T: Saya dengar jaringan 5G menjadi salah satu proyek yang Anda kerjakan. Boleh ceritakan seperti apa nantinya jaringan ini?
J: Berbicara soal 5G, ini lebih dari sekadar, ’Oh, unduh video jadi lebih cepat!’. Tentu jauh lebih cepat dibandingkan 4G. Namun, kita harus memaknainya lebih dalam lagi. Kita dapat bertukar data dan informasi dengan efisiensi tinggi pada perangkat. Baterai perangkat pun lebih awet. Pertukaran data dalam jumlah besar dan waktu singkat memungkinkan analasis data yang dapat memunculkan inovasi lainnya.
T: Dengan kemampuan demikian, inovasi apa yang ada dalam Snapdragon (produk Qualcomm yang berupa cip prosesor perangkat, termasuk ponsel)?
J: Setiap generasi Snapdragon, kami menfokuskan untuk mengurangi konsumsi daya. Semakin rendah daya yang digunakan, semakin optimal kinerja perangkat untuk mendukung IoT dan jaringan 5G.
Tidak hanya itu, Snapdragon akan dikembangkan untuk lebih cepat lagi memproses dan menjalankan program-program pada perangkat.
T: Tentu kita segera ingin mencoba jaringan 5G! Kapan kira-kira akan dikomersialkan?
J: Kira-kira pada 2019, ponsel-ponsel dengan prosesor jaringan 5G sudah diluncurkan secara global. Saat ini kami sudah bekerja sama dengan suatu perusahaan ponsel yang menggunakan Snapdragon chipset untuk jaringan 5G. Tahun depan sudah bisa dijalankan dalam rangka uji coba.
T: Mungkin pembaca baru mengetahui bahwa Anda adalah salah satu sosok penting di balik prosesor ponsel saat ini. Ceritakan tentang prosesor Snapdragon.
J: Cip prosesor sekecil ini berfungsi untuk menjalankan sistem operasi, aplikasi, dan peranti lunak lainnya dalam ponsel. Bisa dibilang cip ini berfungsi seperti otak pada manusia. Snapdragon membuat ponsel dapat terhubung dengan jaringan, memotret, memutar video, mendeteksi lokasi dengan GPS, dan lain sebagainya. Kami mencurahkan segala usaha dalam cip berukuran 1 sentimeter (cm) x 1 cm ini.
T: Ponsel apa saja yang telah menggunakan Snapdragon di Indonesia?
J: Asus, Lenovo, Xiaomi, LG, dan Motorolla.
Saya mengalami sendiri betapa menyenangkannya bekerja sama dengan teknisi-teknisi sejumlah pabrik ponsel di Indonesia yang menggunakan Snapdragon sebagai prosesornya. Saat melihat ponsel itu bekerja, saya berefleksi kecanggihan kemampuan perangkat tersebut ternyata membutuhkan kolaborasi. Bekerja sama dengan orang-orang Indonesia yang penuh kreativitas dan inovasi untuk ponsel-ponsel itu merupakan pengalaman yang sangat berkesan.
T: Bagaimana pandangan Anda terhadap Indonesia sebagai pasar IoT?
J: Tingkat penetrasi internet di Indonesia lebih dari 50 persen. Menariknya, Indonesia merupakan negara kepulauan. Tentu mengirimkan data dan informasi antarmasyarakat yang berbeda pulau menjadi kesempatan untuk mengembangkan IoT.
T: Indonesia sejauh ini sudah memiliki teknologi IoT. Adakah yang berkesan?
J: Saya kagum dengan aplikasi Efishery! Ini merupakan inovasi pemuda yang berupa solusi bagi masalah di sekitar mereka. Secara teknologi, saya salut karena aplikasi ini menggunakan cip yang hemat listrik dan dapat memonitor kondisi ikan lewat perangkat.
T: Ceritakan perasaan Anda dalam menekuni teknologi digital dari masa ke masa.
J: Hasrat saya memang tertuju pada komunikasi data. Menurut saya, menyampaikan data dan informasi antarperangkat, baik ponsel, laptop, bahkan kendaraan pada era IoT ini sangat menantang. Dalam mewujudkannya, saya bekerja sama dengan berbagai macam orang yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Susah-senang kami lalui bersama. Ketika kami berhasil, kami dapat menunjukkan kontribusi terhadap kehidupan masyarakat yang lebih baik. Perasaan ini sungguh tidak dapat tergambarkan.
Bagi Susie, teknologi digital memberi ruang baginya untuk mencipta bersama orang lain. Inovasinya memberi manfaat kepada kehidupan bermasyarakat. Karena itu, rasanya tidak berlebihan jika dia disebut pahlawan dalam perkembangan jaringan gawai saat ini. (DD09)
Sumber: Kompas, 11 November 2017