Denyut inovasi untuk internet of things (IoT) tidak hanya tentang jaringan. Sumber daya manusia justru merupakan jantungnya. Ada juga aspek lain seperti pasar hingga peraturan perundangan yang tak boleh luput. Elemen-elemen itu berkaitan dan turut mengalir dalam nadi revolusi teknologi.
Menurut Senior Vice President Engineering Qualcomm Susie Amstrong, sumber daya manusia yang tertarik dalam sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) merupakan kunci keberhasilan IoT suatu negara. ”Akan tetapi, masih ada paradigma bahwa STEM itu membosankan,” kata penemu terobosan pengiriman paket data internet pada 1997 itu.
Melihat seberapa pesat perkembangan pengiriman data melalui ponsel karena gebrakannya, Susie merasa takjub. ”Kini saya bertanya-tanya, akan sampai ke mana perkembangan inovasi ini,” lanjut perempuan yang tengah ambil andil dalam penelitian jaringan 5G itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, Susie melihat potensi pemuda di Indonesia dengan ide-ide kreatifnya dan semangatnya. Menurut dia, ide-ide itu bersifat orisinal karena berupa solusi atas masalah yang ada di sekitarnya.
Gagasan-gagasan yang mendobrak adalah buah pikiran manusia. ”Solusi yang diwujudkan dengan IoT tidak melulu tentang internet, aplikasi, atau kecanggihan. Yang terpenting adalah terhubung antara satu sama lain,” ujarnya.
Internet hanya salah satu contoh jaringan. Gelombang radio, inframerah, dan bluetooth pun dapat dimanfaatkan untuk IoT.
Selama ini, pemikiran terhadap jaringan IoT hanya terkait internet, padahal tidak sesempit itu. Susie mengatakan, internet hanya salah satu contoh jaringan. Gelombang radio, inframerah, dan bluetooth pun dapat dimanfaatkan untuk IoT.
Pemacu inovasi
Ada tiga pilar utama untuk mewujudkan suatu lingkungan yang memacu gagasan-gagasan segar sarat inovasi dalam IoT. Trio tonggak itu meliputi penelitian dan pengembangan (litbang), kebijakan, serta pasar. Direktur Program Magister Manajemen Universitas Indonesia Harryadin Mahardika merangkum ketiganya dalam piramida inovasi.
Harryadin memaparkan, saat ini tantangan Indonesia dalam berinovasi dalam IoT terdapat pada litbang dan kebijakan. Pada aspek litbang, sejumlah inovasi belum menjawab kebutuhan masyarakat. Selain itu, beberapa wujud inovasi pun tidak mudah digunakan oleh awam.
Dari segi kebijakan, masih ada regulasi yang memberatkan suatu inovasi dapat digunakan oleh masyarakat. Harryadin mengambil konflik aturan transportasi dalam jaringan (daring) sebagai contoh. ”Beberapa regulasi jangan sampai mempersulit pelaku-pelaku inovasi IoT,” katanya.
Pemerintah perlu melindungi kami sebagai pengusaha lokal. Perlu ada regulasi yang tidak melarang permainan dari asing, tetapi tetap memprioritaskan tumbuh kembang usaha kreatif kami.
Regulasi diharapkan melindungi pelaku-pelaku usaha lokal dalam persaingan pasar. Co-Founder Agate Studio Shieny Aprilia, yang bergerak dalam bidang usaha permainan digital, meresahkan keadaan pasar saat ini. Dia menyebutkan, permainan ponsel yang paling banyak beredar berasal dari negara lain. ”Pemerintah perlu melindungi kami sebagai pengusaha lokal. Perlu ada regulasi yang tidak melarang permainan dari asing, tetapi tetap memprioritaskan tumbuh kembang usaha kreatif kami,” ucapnya.
Paten dan regulasi
Ihwal regulasi, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) membuat sejumlah buku panduan pengembangan usaha untuk pelaku-pelaku inovasi yang dapat diunduh di laman Bekraf. Usaha IoT seperti permainan dan aplikasi digital pun ada buku panduannya. Dalam panduan tersebut juga dijelaskan beberapa aturan terkait.
Deputi Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Regulasi Ari Juliano Gema mengatakan, pihaknya telah meluncurkan aplikasi Biima. Aplikasi ini berisi penjelasan terkait paten dan perlindungan hukum bagi pelaku usaha.
Bekraf tengah berencana untuk menggratiskan paten bagi usaha-usaha mikro dan kecil.
Selain itu, Bekraf tengah berencana untuk menggratiskan paten bagi usaha-usaha mikro dan kecil. ”Aset mereka paling besar berkisar Rp 50 juta. Tentu sulit menyediakan dana untuk mendapatkan paten,” ujar Ari.
Direktur Center for Advanced Wireless Technologies Universitas Telkom Khoirul Anwar berpendapat, wujud nyata ide yang dipatenkan biasanya bersifat tidak terpikirkan oleh orang lain, memiliki hasil signifikan, serta mudah diterapkan dan digunakan. Dia telah membuktikannya dengan mematenkan penemuan jaringan 4G yang dia teliti sendiri.
Berinti pada manusia
Jelas sudah bahwa kekayaan intelektual manusia tak ternilai harganya. Kepedulian pada buah pikiran manusia membuat Susie membentuk Thinkabit Lab melalui Qualcomm untuk anak-anak berusia 10-13 tahun.
Thinkabit Lab bertujuan mendekatkan STEM pada anak sejak dini. Menurut Susie, interaksi antara manusia dan STEM melahirkan inovasi dalam IoT. ”Jika ada pihak dari Indonesia yang tertarik untuk bekerja sama, kami akan membuka Thinkabit Lab di sini,” katanya.
Sains, teknologi, teknik, dan matematika memberikan kesempatan kepada saya untuk mencipta dan membuat suatu pergerakan bagi sekitar saya. Ada kepuasan yang tak bisa saya gambarkan ketika melihat karya inovasi saya.
Sains, teknologi, teknik, dan matematika memiliki arti penting dalam hidup Susie. ”Sains, teknologi, teknik, dan matematika memberikan kesempatan kepada saya untuk mencipta dan membuat suatu pergerakan bagi sekitar saya. Ada kepuasan yang tak bisa saya gambarkan ketika melihat karya inovasi saya,” tuturnya.
Tidak dapat disangkal, masih ada orang-orang yang menghamba pada teknologi. Padahal, selayaknya sudah muncul kesadaran bahwa manusia merupakan insan yang punya kendali penuh atas inovasi teknologi, termasuk IoT. (DD09)
Sumber: Kompas, 9 November 2017