Perguruan Tinggi Belum Tanggap Zaman

- Editor

Minggu, 12 November 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengembangan program studi di perguruan tinggi, baik yang akademik maupun vokasi, belum tanggap terhadap perkembangan zaman terkait pesatnya teknologi digital. Birokrasi masih terlalu kaku untuk memberi ruang pembukaan program studi yang relevan dengan era disrupsi.

Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah III Jakarta Illah Sailah dalam seminar Pengembangan Program Studi dalam Rangka Menyambut Generasi Emas 2030, Kamis (9/11), di Jakarta, mengatakan, permintaan Presiden Joko Widodo agar perguruan tinggi (PT) responsif terhadap kebutuhan tenaga ahli untuk industri serta bidang yang spesifik terkait perubahan hidup dan bisnis di era digital sebenarnya berpotensi dijawab lewat PT vokasi. Sayangnya, pengajuan izin pembukaan prodi baru sering ditolak dengan alasan tidak sesuai nomenklatur. Itu diperburuk dengan tak tersedianya tenaga dosen untuk prodi yang baru.

Menurut Illah, urusan administrasi dan birokrasi dalam pengajuan izin prodi yang kaku membuat pengajuan sejumlah PT swasta yang responsif menjawab kebutuhan industri terhambat. Terkait pemenuhan dosen yang mensyaratkan magister (S-2), misalnya, bisa dengan kerja sama PT di luar negeri atau penyetaraan praktisi yang andal di bidangnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagai contoh, prodi teknik transportasi dibutuhkan untuk memenuhi tenaga kerja sejalan berkembangnya transportasi massal cepat (MRT) dan kereta ringan (LRT) di Indonesia. Demikian untuk kebutuhan aktuaris yang sementara ini baru dua PT yang punya.

“Untuk mendukung perkembangan prodi yang menjawab kebutuhan pembangunan bangsa dan perkembangan zaman, birokrasi jangan rumit dan kaku. PT hendaknya didorong untuk jeli mengikuti dinamika kebutuhan dunia kerja,” katanya.

Menurut Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia Asep Saefuddin, pendidikan di PT harus berubah jika hendak menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan zaman. Secara umum, soft skills mahasiswa harus disiapkan dalam aspek kepemimpinan, komunikasi, keterampilan menulis, kepedulian, dan membangun jaringan. Terkait dengan penguasaan hard skill, ujar Asep, bidang apa pun harus menguasai TIK, kemampuan menganalisis big data, berpola pikir digital, dan berbahasa asing.

Staf Ahli Menristek dan Dikti Bidang Akademik Paulina Pannen mengatakan, PT ditantang memenuhi ketersediaan tenaga ahli untuk mendukung pembangunan nasional. PT juga harus antisipatif terhadap kebutuhan tenaga kerja dengan kompetensi baru. (ELN)

Sumber: Kompas, 10 November 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB