Kepulauan Natuna Simpan Jejak Penting

- Editor

Selasa, 19 September 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, dinilai menyimpan fungsi penting dalam sejarah perniagaan di Nusantara, tetapi belum banyak tergali. Kepulauan ini menjadi pintu masuk yang menghubungkan Asia Timur dengan Asia Selatan dan Asia Tenggara, bahkan diduga menjadi salah satu batu loncatan bagi migrasi Austronesia.

“Kepulauan Natuna kaya dengan tinggalan arkeologis, khususnya keramik. Sebagian besar keramik dari China abad ke-9 sampai ke-20. Sebagian lagi dari Vietnam, Thailand, Jepang, bahkan Eropa,” kata Naniek Harkantiningsih, profesor dan ahli keramik dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), di Jakarta, Senin (18/9).

Menurut Naniek, dari variasi tinggalan ini menunjukkan posisi penting kawasan ini sebagai persilangan pelayaran pada masa lalu. “Dari identifikasi keramik bisa disimpulkan bahwa Natuna telah dihuni secara berkesinambungan oleh penduduk yang terhubung dengan perniagaan global. Mereka juga terhubung dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, seperti Sumatera, Jawa, dan Kalimantan,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tidak hanya menjadi persinggahan pelayaran, menurut Naniek, Kepulauan Natuna juga menjadi daerah tujuan karena menjadi sumber penghasil aneka komoditas berharga di masa lalu. Beberapa komoditas itu di antaranya cengkeh, teripang, damar, dan gaharu. Puncak keemasan era perdagangan di Natuna diperkirakan terjadi pada abad ke-13 dan ke-14.

Selain kaya temuan di era sejarah, Kepulauan Natuna juga kaya dengan tinggalan lebih tua. Menurut arkeolog Puslit Arkenas, Sonny C Wibisono, di Kepulauan Natuna banyak ditemukan alat batu dari era neolitik di situs Batu Sindhu. Di Natuna juga ditemukan banyak tinggalan keranda kayu menyerupai perahu lesung yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai bengkong.

Menurut Naniek, kekayaan temuan di Natuna dan mengingat pentingnya kepulauan ini saat ini secara politik, Puslit Arkenas akan melakukan penelitian multidisiplin. “Untuk mencari asal-usul dan migrasi manusianya pada masa lalu, kami akan bekerja sama dengan Lembaga Eijkman,” katanya.

Sementara itu, studi yang dilakukan Aron J Meltzner dari Earth Observatory of Singapore dan dipublikasikan pada jurnal Nature (Februari 2017) menunjukkan, ketinggian perairan Jawa dan Natuna pada masa lalu sangat fluktuatif. Riset geologis berdasarkan pertumbuhan terumbu karang di Pulau Belitung menunjukkan, laut di perairan ini dua kali naik hingga 0,6 meter dalam kurun 6.850-6.500 tahun lalu akibat mencairnya es.

“Penelitian jejak peradaban di Kepulauan Natuna harus memperhitungkan perubahan permukaan laut pada masa lalu. Kemungkinan banyak peradaban yang hilang akibat kenaikan muka air laut di era Holocene (sekitar 10.000 tahun sampai sekarang),” kata Danny Hilman, geolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang turut dalam studi ini. (AIK)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 September 2017, di halaman 10 dengan judul “Kepulauan Natuna Simpan Jejak Penting”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB