SEBUAH kejadian langit yang teramat langka siap datang menyapa kita. Peristiwa tersebut adalah transit Venus, yang bakal terjadi pada Rabu, 6 Juni 2012, sejak pukul 05:10 WIB (kontak I) hingga pukul 11:50 WIB (kontak IV).
Peristiwa ini menjadi transit Venus terakhir sepanjang abad ke-21 dan baru akan terulang kembali 105,5 tahun mendatang, tepatnya pada 11 Desember 2117. Maka tak salah jika transit Venus 2012 dinisbatkan sebagai peristiwa langit yang hanya berlangsung sekali sepanjang hayat manusia masa kini.
Bagi kita di Indonesia, transit Venus 2012 sekaligus menjadi bagian dari kemeriahan pesta langit seiring berlangsungnya awal musim gerhana 2012 (SM, 28/05/2012).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Segaris Lurus
Transit Venus adalah terminologi astronomis bagi segaris lurusnya matahari, Venus dan bumi ditinjau dalam segenap arah (syzygy). Pada saat itu, matahari dan Venus menempati koordinat lintang ekliptika dan bujur ekliptika yang sama, sehingga kita di bumi akan menyaksikan Venus berimpit dengan matahari. Konfigurasi ini sama persis dengan konfigurasi gerhana matahari, sehingga kadangkala transit Venus juga dijuluki sebagai gerhana Venus.
Namun demikian, walaupun Venus adalah benda langit yang diameternya 3,5 kali lipat lebih besar dibanding bulan, namun jarak terdekatnya ke bumi adalah 108 kali lipat lebih jauh ketimbang jarak bulan ke bumi. Akibatnya, diameter tampak Venus hanyalah sepertiga puluh matahari. Dengan demikian, saat transit Venus terjadi, kita hanya menyaksikan bundaran kecil hitam bergerak melintasi cakram matahari nan terang menyilaukan. Berbeda dari bulan yang diameter tampaknya bisa menyamai matahari, sehingga kala gerhana matahari, cakram bulan dapat menutupi sebagian besar cakram matahari (sebagai gerhana matahari cincin), ataupun seluruhnya (sebagai gerhana matahari total).
Amat Jarang
Venus adalah planet terdekat kedua ke matahari dan juga adalah planet tetangga terdekat bagi bumi. Massa, diameter, struktur, komposisi dan topografi Venus tak jauh berbeda dari bumi, sehingga bumi dan Venus kerap disebut sistem planet kembar. Venus beredar pada jarak rata-rata 108,2 juta km dengan periode revolusi 224,7 hari. Dengan kemiringan orbit 3,39 derajat terhadap ekliptika (bidang edar bumi mengelilingi matahari), maka setiap 583,9 hari sekali, Venus menempati garis bujur ekliptika yang sama dengan matahari. Kita menyebutnya konjungsi Venus-Matahari, yang terbagi ke dalam konjungsi bawah (inferior) dan konjungsi atas (superior). Transit Venus selalu terjadi pada saat konjungsi bawah.
Transit Venus disebabkan oleh resonansi orbital bumi dan Venus sebesar 8 : 13 dan 243 : 395. Artinya, setiap bumi telah tepat 8 kali mengelilingi matahari, maka Venus telah 13 kali melakukan hal serupa. Demikian pula bila Venus tepat 395 kali mengelilingi matahari, maka Bumi telah tepat 243 kali melakukan hal yang sama.
Resonansi orbital membuat transit Venus menjadi peristiwa langit teramat jarang, yakni berselisih 243 tahun untuk kejadian dengan serial transit yang sama. Sebagai pembanding, dua gerhana matahari dengan seri gerhana (seri Saros) yang sama hanya berselisih 18,3 tahun.
Sejak tahun 1518, transit Venus mengikuti pola 8 + 105,5 + 8 + 121,5. Maksudnya, dengan mengacu Transit Venus 2004, transit Venus kedua akan terjadi 8 tahun kemudian (yakni 2012), sementara transit Venus ketiga terjadi 105,5 tahun kemudian (yakni 2117). Sedangkan transit Venus keempat terjadi 8 tahun kemudian (yakni 2125) dan transit Venus kelima akan terjadi 121,5 tahun kemudian (yakni 2247).
Dengan demikian, rata-rata setiap dua abad hanya terjadi dua peristiwa transit Venus. Kekerapan ini jauh lebih jarang dibanding gerhana matahari, yang minimal terjadi 2 kali dalam setiap tahunnya.
Demikian jarangnya ,sehingga tak mengherankan bila sejak peradaban manusia bermula, kita hanya sempat mengamati 8 transit Venus. Transit Venus pertama teramati (secara tidak disengaja) oleh Ibn Sina pada 24 Mei 1032 saat menyadari adanya bintik hitam bulat yang kecil di cakram matahari kala terbenam. Sejak masa Galileo hingga kini, hanya ada 6 transit Venus yang telah dijumpai dan didokumentasikan oleh manusia.(24)
Muh Ma’rufin Sudibyo, ahli falak, tingal di Kebumen.
Sumber: Suara Merdeka, 4 Juni 2012
—————
Cara Aman Mengamati
SEBAGAI peristiwa langit teramat langka, transit Venus 2012 tak dibiarkan berlalu begitu saja tanpa diamati. Di mancanegara, persiapan pengamatan transit Venus 2012 bahkan telah digencarkan sejak bertahun silam melalui edukasi publik, partisipasi observasi, kemeriahan kegiatan komunal hingga aktivitas terkait.
Prinsip dasar pengamatan transit Venus sama dengan gerhana matahari, yakni mengurangi sebanyak mungkin cahaya matahari yang memasuki mata hingga tinggal 0,002 % dari semula. Dengan demikian, komponen cahaya ultraviolet beta matahari, yang bisa menyebabkan kebutaan permanen bila berlebihan memasuki mata, dapat ditekan serendah mungkin. Pengamatan dilakukan dengan memfilter cahaya matahari ataupun memproyeksikannya ke bidang tertentu yang terang namun tidak mengkilap. Ini dapat diterapkan pada alat optik seperti binokuler, teleskop dan kamera digital ataupun tidak.
Filter matahari adalah cara yang termurah. Hanya dibutuhkan 1 rol negatif film hitam putih yang mengandung perak dan kertas karton. Negatif film dibentangkan dibawah cahaya matahari, kemudian dicuci di studio foto. Lantas potong tiga lembar, rekatkan jadi satu dan tempelkan pada kertas karton yang telah dilubangi sedemikian rupa sehingga pas dengan kedua mata kita. Maka filter matahari siap digunakan untuk mengamati transit Venus 2012 dengan prinsip 1 : 1. Maksudnya, tiap kali kita menatap matahari dengan filter ini selama 1 menit, maka berikan kesempatan 1 menit berikutnya bagi mata untuk beristirahat.
—————
Indonesia Termasuk Beruntung
Meski amat jarang terjadi, transit Venus mempunyai nilai ilmiah sangat penting yang menjadikannya amat tercatat dalam sejarah ilmu pengetahuan. Salah satunya untuk menentukan jarak bumi-matahari yang lebih akurat.
Transit Venus juga menjadi embrio studi atmosfer planet tata surya. Berkas cahaya matahari dibiaskan atmosfer Venus sedemikian rupa sehingga terjadi absorpsi yang membuat komposisi atmosfer dapat dipelajari melalui spektroskopi.
Hal serupa juga berlaku bagi planet-planet lainnya, khususnya saat berimpit dengan bintang jauh (okultasi).
Dan transit Venus 2004 menjadi arena uji coba teknologi deteksi planet seukuran bumi di luar tata surya kita. Teknologi itu lantas dicangkokkan dalam satelit Kepler dan telah berhasil menemukan puluhan planet seukuran bumi di luar sana dengan beberapa di antaranya mempunyai lingkungan mirip Bumi.
Transit Venus 2012 terdiri atas lima tahap: kontak I (05:10 WIB), kontak II (05:28 WIB), puncak (08:30 WIB), kontak III (11:32 WIB) dan kontak IV (11:50 WIB). Indonesia termasuk beruntung karena mampu menyaksikan peristiwa amat langka ini, meski harus terbagi ke dalam dua kawasan berbeda.
Kawasan pertama (full area) mampu menjumpai tahap kontak I hingga IV secara utuh, meliputi pulau Sulawesi, Irian serta kepulauan Maluku dan (sebagian) Nusatenggara. Sementara kawasan kedua (partial area) tidak mengalami tahap kontak I atau II karena saat itu matahari belum terbit di ufuk timur. Kawasan ini meliputi pulau Sumatra, Jawa, Bali, (sebagian besar) Kalimantan dan (sebagian) kepulauan Nusatenggara.
Dengan demikian, Jawa Tengah termasuk partial area Transit Venus 2012. Saat Matahari terbit pada 6 Juni 2012 dari sekitar azimuth 70 derajat (antara timur dan timur laut) untuk Jawa Tengah, Transit Venus 2012 telah terjadi.
Transit Venus terus berlangsung hingga matahari meninggi dan baru berakhir ketika matahari mendekati perlintasannya dengan meridian setempat. (Muh Ma’rufin Sudibyo-24)
—–
Mengukur Jarak Bumi – Matahari
JARAK Bumi-matahari merupakan komponen fundamental dalam upaya memahami ukuran dan cara kerja tata surya. Upaya pengukuran telah dilangsungkan sejak masa Aristarchus (23 abad silam) dengan mengamati kedudukan bulan, namun saat itu hanya menghasilkan angka 2,96 juta km. Pengukuran Claudius Ptolomeus juga tak jauh berbeda, yakni 7,97 juta km atau setara 21 kali lipat jarak bumi-bulan saja.
Ini tergolong ”dekat” dalam skala astronomi. Ptolomeus pun bersikukuh menggagas teori matahari mengelilingi bumi (geosentris), karena baginya tak ada bedanya dengan gerak bulan mengelilingi bumi.
Berabad kemudian, disadari pengukuran Aristarchus tidaklah akurat, demikian juga teori Ptolomeus.
Transit Venus menyediakan salah satu peluang untuk mengetahui jarak bumi-matahari yang lebih teliti. Sebab pengamatan tahap-tahap transit Venus dari minimal dua lokasi berbeda akan menyajikan selisih waktu-waktu kontak, sehingga paralaks matahari bisa diketahui.
Karena kita telah mengetahui diameter bumi, paralaks matahari pun bisa dikonversi menjadi jarak bumi-matahari lewat prinsip trigonometri sederhana.
Maka pada transit Venus 1761 dan 1769, jarak bumi -matahari yang lebih akurat mulai dihitung, dengan salah satu datanya berasal dari pengamatan Batavia (kini Jakarta, Indonesia).
Pada Transit Venus 1874 dan 1882 lebih banyak data diperoleh, dengan kesimpulan jarak bumi-matahari adalah 149,59 juta km, hampir 19 kali lipat lebih besar dibanding angka Ptolomeus. Keberhasilan ini menggugurkan teori Ptolomeus sekaligus mendefinisikan nilai Satuan Astronomi (SA) yang amat berguna dalam skala jarak di alam semesta.