Venus, Keelokan dan Kefanaan Kosmik

- Editor

Rabu, 6 Juni 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

”Kita juga mesti menyelidiki atmosfer Venus yang tebal untuk mengerti mengapa efek rumah kaca bisa begitu parah di sana, membuat suhu permukaan melonjak ke 500 derajat celsius” (Neil deGrasse Tyson, Direktur Planetarium Hayden di American Museum of Natural History, Foreign Affairs, Maret-April, 2012)

Rabu (6/6) pagi dan siang ini, sebagian warga Indonesia bisa menonton transit atau perlintasan Planet Venus di depan piringan Matahari (tentu dengan cara yang aman untuk mata karena sinar matahari amat kuat). Prolog peristiwa kosmik ini telah diulas dalam Laporan Iptek pekan lalu. Semangat untuk menyebarluaskan kejadian alam ini pun hidup di kalangan komunitas, seperti Universe Awareness (UNAWE) yang mengamati transit Venus di Atambua.

Sementara itu, pencinta fotografi astronomi juga ingin melihat noktah hitam Venus yang melintas di depan wajah Sang Surya yang keemasan. Apa indahnya Venus yang bak siluet di depan piringan Matahari? Bukankah Venus lebih elok dipandang sebagai benda langit yang cemerlang setelah Matahari tenggelam?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dimensi waktu yang panjang untuk ukuran manusia boleh jadi merupakan salah satu alasan karena pasangan transit sekarang ini (yang pertama terjadi tahun 2004) tidak akan berulang lagi hingga tahun 2117.

Transit Venus yang berawal pukul 22.09 GMT (05.09 WIB) selama hampir tujuh jam ini dengan demikian bagus diamati dari awal di wilayah Indonesia timur.

Untuk riset eksoplanet

Bagi para astronom, transit Venus menjadi satu momen untuk melakukan riset ilmiah. Seperti dikutip oleh situs PhysOrg (5/3), tiga bulan sebelum transit berlangsung, para ilmuwan berkumpul di Observatoire de Paris untuk mematangkan rencana pengamatan.

Dua kesempatan yang diincar oleh ilmuwan dari transit 5-6 Juni 2012 (tanggal 5 Juni untuk sebagian wilayah Amerika) adalah pertama untuk menggunakan Venus sebagai contoh untuk eksoplanet (planet di luar tata surya) yang juga transit di depan bintang induknya. Ilmuwan ingin menggunakan teknik yang mereka kembangkan untuk menganalisis komposisi, struktur, dan dinamika atmosfer eksoplanet. Yang kedua, mereka akan menggunakan secara simultan observasi yang dilakukan di permukaan Bumi dan dari wahana antariksa. Observasi gabungan ini diharapkan bisa memberi gambaran baru tentang lapisan tengah atmosfer Venus yang kompleks, yang menjadi kunci dalam memahami klimatologi planet saudara Bumi ini.

Di sini kita masih melihat adanya peluang untuk menemukan adanya kehidupan cerdas di luar Bumi nun di kejauhan sana.

Masa depan keelokan Venus

Kini Venus—karena keindahannya (lebih tepat karena kecemerlangannya sebab saat paling terang magnitudonya mencapai minus 4,7 sehingga jauh lebih terang dibandingkan dengan planet-planet lain)—dipandang sebagai Sang Dewi. Simbolnya pun mencerminkan karakter wanita, berbeda dengan Mars yang disimbolkan sebagai Dewa Peperangan dengan simbol kejantanan.

Namun, Venus, Bumi, dan anggota tata surya lain—yang dipersepsikan sebagai ”Lautan Keabadian”—ternyata juga ada umurnya. Umur ini ditentukan oleh umur Matahari yang sebagai sebuah bintang memiliki takdir kehidupan. Kini, Matahari—dengan demikian juga planet-planet sebagai anggota tata surya—bisa disebut berumur setengah baya.

Jika selama ini Matahari yang muda amat menopang kehidupan, setelah memasuki umur setengah baya, satu hari nanti Matahari akan berubah memusuhi kehidupan.

Tanda-tanda awal ke arah itu diperkirakan sudah akan mulai terjadi sekitar satu miliar tahun lagi.

Pada saat itu Bumi sudah tidak layak lagi jadi habitat. Tanaman dan hewan sudah tak bisa lagi hidup dalam udara yang sangat panas. Laut akan menguap dan Bumi akan berubah seperti Planet Venus yang elok itu.

Ke mana Venus sendiri? Kalau Planet Merkurius yang paling dekat dengan Matahari sudah ditelan bulat-bulat, paling sedikit Venus sudah digoreng dan Bumi sudah dipanggang. Ada kemungkinan Bumi juga sudah menguap.

Mars yang kini tampak kering kerontang boleh jadi akan mengalami kebangkitan kedua. Es yang terjebak di bawah permukaan karena cuaca dingin boleh jadi akan mencair dan akan menyediakan lahan bagi kehidupan. Bisa jadi, seperti dikisahkan oleh Dr Chris McKay dari NASA Ames Research Center, Mars layak ditinggali meski mungkin hanya 0,5 miliar tahun, berbeda dengan Bumi yang beberapa miliar tahun (dari The Planets, BBC, 2004).

Pada akhirnya, Matahari akan mencapai tahapan kehancuran yang tak ada satu pihak pun bisa mencegahnya dan tidak ada lagi harapan hidup bagi kehidupan di tata surya. Semua ini telah dilihat oleh astronom Vatikan, Angelo Secchi. Melalui teleskop, pada 1868 ia mengamati kematian bintang Gamma Canis Veniticchi yang berjarak 400 tahun cahaya dari Bumi. Beberapa dekade kemudian, muncul astronom Sir Fred Hoyle yang meramalkan masa depan Matahari bahwa eksistensi bintang raksasa merah adalah pertanda akhir sebuah bintang.

Kalau peradaban manusia ingin selamat, jelas manusia harus melakukan migrasi sebelum Bumi meleleh, ujar Dr Carolyn Porco dari Lunar and Planetary Laboratory, Arizona.

”Tata surya akan padam dan berakhir selamanya. Yang ada saat itu adalah malam sepanjang waktu,” ujar Prof Douglas Gough dari Institut Astronomi, Universitas Cambridge, dalam video BBC di atas.

Transit Venus yang diamati hari ini adalah satu babakan dalam riwayat tata surya saat ia masih berjaya di usia paruh baya. (NINOK LEKSONO)

Sumber: Kompas, 6 Juni 2012

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB