Penggabungan Perguruan Tinggi Terganjal

- Editor

Rabu, 5 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Langkah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk menggabung perguruan tinggi berakreditasi C terkendala persoalan pajak. Para pengelola perguruan tinggi khawatir dengan pajak yang membengkak setelah asetnya digabung.

Menteri Riset, Teknologi, dan, Pendidikan Tinggi M Nasir seusai pengukuhan mahasiswa baru Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Jawa Timur, Senin (4/9), mengatakan, sejak 2016 pihaknya mendorong perguruan tinggi (PT) yang berakreditasi institusi C digabung. Tujuannya agar mutu PT lebih baik dengan pengelolaan lebih efisien dan layanannya membaik.

Namun, penggabungan PT ini masih terkendala pajak yang harus ditanggung pengelola. Jika dua PT digabung, otomatis aset akan bertambah sehingga pajak yang ditanggung meningkat. Padahal, mereka yang didorong melakukan penggabungan mayoritas adalah perguruan tinggi dengan keuangan yang tidak sehat karena memiliki mahasiswa kurang dari 1.000 orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kami meminta Kementerian Keuangan memberikan insentif kepada PT yang digabung agar program penggabungan bisa lancar karena urusan pajak menjadi kewenangan Kemenkeu,” kata Nasir. Jika PT yang digabung memiliki akreditasi berbeda, status akreditasi akan mengikuti PT yang akreditasinya lebih tinggi.

Prioritas akreditasi C
Hingga 1 Agustus 2017, dari 4.730 PT di Indonesia, ada 4.300 PT berakreditasi C, 375 PT berakreditasi B, dan 55 PT berakreditasi A. Kemenristek dan Dikti mendorong penggabungan PT yang berakreditasi C.

Penggabungan bisa dilakukan PT atau yayasan yang memiliki beberapa kampus. Penggabungan juga bisa dilakukan lebih dari satu yayasan yang memiliki kesamaan visi. Alternatif ketiga, penggabungan antara perguruan tinggi besar dan kecil. “Targetnya, PT akan dikurangi menjadi sekitar 3.500 saja,” kata Nasir.

Dia meminta PT yang sudah berakreditasi B segera meningkatkan akreditasi menjadi A. Pada 2019 ditargetkan ada 90 PT yang berakreditasi A agar memiliki daya saing kuat dan menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Rektor Unusa Achmad Jazidie mengatakan, Unusa saat ini berusia empat tahun dan sudah mendapat akreditasi B. Ditargetkan dalam lima tahun, universitas itu akan mendapat akreditasi A. Hal itu diraih antara lain dengan menambah dosen tingkat doktor, memperbaiki tata kelola, serta melengkapi sarana dan prasarana perkuliahan.

“Untuk program studi yang belum terakreditasi akan segera diajukan akreditasi guna mendorong peningkatan akreditasi institusi,” katanya. (SYA)
———–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 September 2017, di halaman 12 dengan judul “Penggabungan Perguruan Tinggi Terganjal”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB