Memahami Kamera 360

- Editor

Selasa, 14 Februari 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Antara Kebutuhan Teknis dan Kebutuhan Pribadi
Sejatinya, kamera adalah alat yang dibuat manusia untuk merekam imaji untuk dilihat lagi dalam berbagai keperluan. Pada tahap awal adanya fotografi lebih dari 150 tahun lalu, rekaman yang dihasilkan sebuah kamera memang semata menggantikan mata dalam melihat dan menggantikan otak dalam merekam, alias tidak banyak perbedaan dalam “rasa” dan ruang cakupnya.

Dalam ranah optik di fotografi dikenal istilah lensa normal, atau lensa yang merekam dengan hasil foto mendekati pandangan mata manusia. Arti lensa normal adalah lensa yang merekam dengan ruang cakup seluas kemampuan mata mencakup pandangan. Tidak terlalu lebar seperti yang bisa dilakukan lensa lebar, dan tidak terlalu sempit seperti yang dilakukan lensa tele.

Kamera 360
Akhir-akhir ini, di pasaran umum, telah beredar kamera yang disebut bisa merekam 360 derajat, seperti kamera 360 berbentuk bola yang dibuat Samsung. Pengertian 360 ini sebenarnya bisa diluaskan menjadi: 360 derajat ke samping dan 360 derajat ke atas bawah. Hasil rekam kamera 360 dari Samsung (dan juga beberapa merek lain) ini bisa dikatakan merekam apa pun yang ada di sekitar kamera tak terkecuali, bahkan tangan/ tripod pemegang kamera pun kadang masih terekam sebagian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perhatikan foto contoh di halaman ini yang menunjukkan bahwa kamera Samsung merekam lebih dari 180 derajat per lensanya. Overlapping terjadi di tepi-tepi fotonya.

Maraknya kamera 360 dengan harga cuma setara sebuah telepon genggam kelas menengah ini tentu kontras dengan peralatan 360 derajat yang dipakai dalam Google Map. Google Map memakai sebuah kamera yang terdiri dari 10 subkamera berlensa normal, sementara kamera-kamera 360 untuk umum seperti Samsung ini hanya dua lensa. Bagaimana bisa?

Sebenarnya, hasil pemotretan dengan kamera Google seperti yang saya saksikan di Kamboja pada tahun 2012 juga akan “dijahit dengan perangkat lunak khusus. Sementara kamera 360 seperti Samsung itu, proses “penjahitan” foto jauh lebih rumit karena kesalahan optis yang terjadi sangatlah besar.

Hal terpenting dalam sebuah kamera 360, rekamannya adalah rekaman untuk guna tertentu. Oleh Google, rekaman 360 yang dihasilkan kameranya dipakai sebagai sarana navigasi. Pemakaian lensa normal pada pemotretannya untuk membantu pengamat agar realitas yang dihasilkan tidak terlalu menyimpang dengan kenyataan.

Akan halnya rekaman dengan kamera 360 dua lensa, pemahaman akan imaji yang dilakukannya haruslah disertai pemahaman bahwa imaji yang terlihat mengalami distorsi pada batas tertentu.

Satu hal terpenting dalam memakai kamera 360 adalah usahakan agar kedua lensa berada dalam kondisi yang sejajar alias kamera betul-betul terletak pada alas mendatar dengan kemiringan 0 derajat. Pertanyaan berikutnya adalah berapa ketinggian yang ideal untuk memotret 360 derajat?

Google memakai kamera 360 setinggi sekitar 250 sentimeter untuk mengatasi halangan padangan dari manusia di sekitar kamera. Ketinggian itu diharapkan memberi pandangan “terbuka”, tetapi tidak terlalu “menukik” untuk mendapatkan rasa wajar pada Google Map-nya.

Untuk umum, kamera 360 umumnya memang dipakai untuk imaji ekstrem. Posisi kamera yang tidak mendatar, juga ketinggian yang tidak terbatas, akan menghasilkan imaji tidak biasa yang memang digemari penggemar fotografi saat ini. Kebutuhan teknis dan kebutuhan kesenangan memang berbeda.
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Februari 2017, di halaman 25 dengan judul “Memahami Kamera 360”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 19 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB