Endang Sedyaningsih mungkin tak pernah mengira dirinya akan menduduki jabatan penting di negeri berpenduduk 243 juta jiwa ini. Berawal dari karirnya sebagai dokter, lalu menjadi ilmuwan yang meneliti kesehatan masyarakat tapi nasib membawanya menduduki jabatan Menteri Kesehatan hingga akhir hayatnya.
Memang Menkes Endang sudah mengajukan pengunduran diri sebagai Menteri Kesehatan dengan alasan sakit kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 26 April 2012. Namun karena belum ada serah terima jabatan, Menkes Endang secara definitif belum mengakhiri jabatannya.
Enam hari setelah menyatakan mundur dari jabatannya, Menkes Endang tutup usia pada Rabu 2 Mei 2012 pukul 11.41 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menkes Endang hanya mampu bertahan 1,5 tahun melawan kanker parunya, yang makin lama justru kian parah. Semula hanya dideteksi stadium 3, tapi terakhir kanker parunya naik menjadi stadium 4 dan dokter yang merawatnya pun sulit menjanjikan kesembuhan.
Menkes Endang adalah sosok yang pembawaannya tenang, ramah, suka tersenyum dan punya kemampuan menjelaskan sesuatu dengan jelas.
Ketenangannya yang luar biasa menghadapi masalah memang patut diacungi jempol. Ia tenang saat namanya dipertanyakan banyak pihak kala ditunjuk menjadi Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu II ( (2009-2014) menggantikan Siti Fadilah Supari.
Begitu pula ketika divonis terkena penyakit kanker paru stadium 3 pada Oktober 2010. Dengan tenang, Menkes Endang pun pernah berujar, “Kalau saya diberi kanker, why not? Ini salah satu anugerah yang lain dari Allah”.
Karirnya di bidang penelitian sempat cemerlang setelah ditunjuk mantan Menkes Siti Fadilah Supari menjadi Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi pada 26 Januari 2007 setelah sebelumnya hanya menjadi Peneliti Madya.
Tapi oleh Siti Fadilah Supari juga, jabatannya sebagai Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi dicopot dan ia turun lagi menjadi peneliti Madya pada 24 Juli 2008. Tapi akhirnya naik lagi menjadi Peneliti Utama pada Puslitbang Biro Medis dan Farmasi pada 1 Agustus 2008.
Dan yang lebih mengagetkan dirinya dan juga mungkin beberapa pihak lain adalah saat dirinya yang hanya menjabat Peneliti Utama ditunjuk menjadi Menteri Kesehatan pada Kabinet Indonesia Bersatu II ( (2009-2014) menggantikan mantan bosnya Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada 22 Oktober 2009.
Tapi dokter yang ahli di bidang kesehatan masyarakat ini mampu menunjukkan ke publik bahwa ia memang pantas menjadi Menteri Kesahatan. Hanya dalam hitungan singkat selama 2,5 tahun masa jabatannya ia sudah mempunyai banyak karya.
Beberapa karya monumentalnya adalah seperti mewajibkan pemberian ASI eksklusif yang dikuatkan dalam Peraturan Pemerintah, melarang iklan dan tenaga medis menyebarkan pemberian susu formula, mewajibkan perkantoran untuk membuat ruang menyusui.
Endang juga menggolkan Jampersal (jaminan persalinan) yang membuat ibu melahirkan dari keluarga tak mampu bisa bersalin gratis dengan imbalan mau ikut KB.
Endang juga fokus pada masalah penyakit flu burung yang sewaktu-waktu bisa mewabah lagi di Indonesia. Tenaga medis baik di rumah sakit, bandara maupun pelabuhan dilatih untuk bisa menangani kasus Flu Burung. Rumah sakit utama di daerah kini juga sudah memiliki ruang isolasi Flu Burung.
Penyakit-penyakit dasar rakyat seperti Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Filariasis (kaki gajah), Frambusia juga terus dicarikan akar permasalahnnya, agar Indonesia bisa mencapai target MDG’s. Begitu juga dengan penyakit HIV AIDS dan penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker atau penyakit langka GBS mendapat bantuan untuk pengobatan gratis atau dengan subsidi.
Di forum internasional, Endang berhasil membuat angota WHO menyepakati resolusi virus sharing yang diperjuangkan Indonesia sejak 2007. Dalam sidang WHO yang berlangsung 16 Mei 2011 itu, negara-negara anggota WHO telah menetapkan kerangka kerjasama multilateral dalam mekanisme virus sharing, akses pada vaksin dan manfaat lainnya.
Pengabdiannya ke rakyat saat menjadi menteri memang hanya 2,5 tahun. Tapi jauh sebelum menjadi menteri, ia sudah mengabdikan dirinya ke negeri ini yakni mulai saat menjadi dokter di daerah terpencil di Sikka NTT, menjadi ilmuwan dan peduli pada kesehatan masyarakat.
Selamat jalan, Menkes Endang!
Biodata:
Nama:
dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH
Tempat Tanggal Lahir:
Jakarta, 1 Februari 1955
Suami:
Dr. Reanny Mamahit, SpOG, MM (Direktur RSUD Tangerang)
Anak:
Arinanda Wailan Mamahit
Awandha Raspati Mamahit
Rayinda Raumanen Mamahit
Pendidikan:
– Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Sarjana tahun 1979)
– Gelar Master on Public Health dari Harvard School of Public Health 1992
– Gelar Doktor Kesehatan Masyarakat diperoleh di Harvard University, USA tahun 1997
Karir:
– Tahun 1990, memulai karirnya di Departemen Kesehatan.
– Tahun 2004 sebagai pejabat fungsional dengan pangkat Peneliti Madya.
– Pada 26 Januari 2007 dipercaya oleh Menkes Siti Fadilah Supari sebagai Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi.
– Pada 24 Juli 2008 sebagai peneliti Madya pada Puslitbang Biro Medis dan Farmasi.
– Sejak 1 Agustus 2008 sebagai Peneliti Utama pada Puslitbang Biro Medis dan Farmasi.
– Menteri Kesehatan pada Kabinet Indonesia Bersatu II ( (2009-2014) yang menjabat sejak 22 Oktober 2009, menggantikan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K).
Penghargaan:
– Penulis Artikel terbaik ke-2 Badan Litbangkes tahun 2000
– Presentasi Poster Terbaik ke-3 pada Conferensi Asia Pasifik ke-3 tentang Perjalanan Kesehatan.
Karya:
– Pengembangan Jaringan Virologi dan Epidemiologi Influenza di Indonesia (2007)
– Karakteristik kasus-kasus flu burung di Indonesia (Juli 2005-Mei 2006)
– Kajian penelitian sosial dan perilaku yang berkaitan dengan Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS di Indonesia (1997-2003).
– Lebih dari 50 artikel ditulis dr Endang di jurnal nasional dan internasional. Penghargaan yang pernah diperoleh dokter Endang antara lain Sulianti Award dan APACPH (Asia Pacific Academics of Public Health) Award.
(ir/nrl – Irna Gustia – detikNews)
Sumber: Detik.com, Rabu, 02/05/2012 12:43 WIB