Menristek dan Dikti Muhammad Nasir menawarkan rancangan kapal pelat datar berbahan baja hasil inovasi Universitas Indonesia untuk program penyediaan 3.500 kapal nelayan oleh pemerintah. Saat ini, kapal pelat datar menunggu proses sertifikasi sebelum bisa diproduksi massal.
“Saat pembicaraan, Bu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti) sangat setuju. Tinggal sertifikasinya,” kata Nasir di Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (15/1), saat kunjungan kerja ke kawasan pabrik Gunung Steel Group, produsen baja yang membangun purwarupa kapal pelat datar.
Pemerintah Kabinet Kerja menargetkan penyediaan 3.500 kapal ikan dan akan dibagikan ke nelayan yang tergabung dalam koperasi. Direncanakan, kapal berbahan kaca serat. Melihat kelemahan kaca serat, direkomendasi kapal baja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kapal baja bisa lebih murah jika baja tak lewat proses pelengkungan. Itu dimungkinkan dengan rancangan kapal pelat datar yang dikenalkan dosen Teknik Perkapalan UI, Hadi Tresno Wibowo. “Ini bukti kapal baja bisa lebih murah,” ujar Nasir.
Tim peneliti mendaftarkan paten desain kapal, 7 November 2016, dengan judul invensi “Kapal dengan Lambung Pelat Datar”. Kapal memiliki haluan lambung berbentuk kapak, terinspirasi paten Axe Bow Concept milik Damen (galangan Belanda).
Rancangan dikombinasi desain semi-trimaran pada lambung belakang membentuk huruf W terbalik, terinspirasi mainan pesawat kertas yang melayang.
KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA–Purwarupa kapal pelat datar di PT Gunung Steel Construction, Gunung Steel Group, di Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (15/1). Kapal pelat datar hasil penelitian di Universitas Indonesia memungkinkan kapal baja dibuat lebih murah, karena menghilangkan proses pelengkungan pelat baja.
Itu bermanfaat ganda. Pertama, ujung kapal layaknya kapak membelah gelombang sehingga kapal stabil. Kedua, desain semi-trimaran mengalirkan gelombang menuju baling-baling kapal, membantu menambah daya dorong sehingga hemat energi.
Selain itu, karena menghilangkan proses pelengkungan pelat, produksi lebih cepat 30 persen, lebih murah 25 persen dibanding kapal baja umumnya. Pelat datar pun lebih kompetitif dibanding kapal kayu dan kaca serat.
Nasir menyebut, untuk kelas kapal tonase kotor (GT) 10, harga kapal pelat datar berkisar Rp 270 juta-Rp 275 juta, kapal kayu Rp 350 juta, dan kapal kaca serat Rp 420 juta. Baja kapal pelat datar pun dapat didaur ulang.
Kerja sama
PT Juragan Kapal, perusahaan pemula bidang desain dan produksi kapal pelat datar binaan Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis UI, bekerja sama dengan Gunung Steel Group yang bakal memproduksi pelat dan rangka baja kapal, guna persiapan produksi massal tahun ini. PT Gunung Steel Construction, bagian dari Gunung Steel Group, antara lain terlibat mengerjakan Jembatan Merah Putih di Ambon.
Kemarin, Nasir meninjau kemajuan purwarupa kapal pelat datar yang dibangun di PT Gunung Steel Construction. Kapal GT 10 itu panjangnya 13,5 meter, dapat mengangkut 2,5 ton ikan dengan tujuh awak jika untuk penangkapan ikan, atau 25 orang jika untuk kapal penumpang. Purwarupa mencapai 50 persen.
Menurut CEO PT Juragan Kapal Adi Lingson, kapal pelat datar yang disiapkan produksi massal adalah generasi keenam, yang terbaru. Bentuk haluan lambung pelat datar yang lebih halus dan penerapan desain semi-trimaran jadi pembeda.
Kapal pelat datar diklaim bertahan di tinggi gelombang 2-3 meter. Pengujian akan jadi bukti, dilakukan di Teluk Bintuni, Papua Barat. “Bupati Teluk Bintuni mengingatkan, meski teluk, arus bawah laut kencang,” ucapnya.
Menurut Ken Pangestu, Direktur Utama PT Gunung Steel Construction, kerja sama akan menghasilkan produk karya anak bangsa, dari proses riset hingga produksinya. (JOG)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Januari 2017, di halaman 14 dengan judul “Menteri Nasir Tawarkan Kapal Pelat Datar”.