Hutan ideal untuk pelepasliaran orangutan kalimantan susah diperoleh di Kalimantan Timur. Hingga kini, baru hutan Kehje Sewen yang siap dengan kapasitas terbatas.
Hutan Kehje Sewen di Kutai Timur luasnya 86.450 hektar dan sudah dihuni 55 orangutan yang dilepasliarkan tahun 2012-2016. Kehje Sewen masih bisa menampung 100 orangutan.
Di pusat rehabilitasi-reintroduksi Samboja Lestari di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, 200 orangutan masih “bersekolah”. “Tahun 2017, kami menargetkan melepasliarkan 100 orangutan lagi,” ujar CEO Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Jamartin Sihite, Minggu (8/1). Jumlah itu dari orangutan di Samboja Lestari (Kaltim) dan Nyaru Menteng, Kalteng, yang juga dimiliki BOS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mengacu Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan 2007-2017, target pelepasliaran semua orangutan jatuh akhir 2017. Namun, hampir tak mungkin target dicapai.
Communication Officer Yayasan BOS Nico Hermanu menambahkan, daerah (hutan) yang aman biasanya dilindungi hutan lindung atau taman nasional. “Masalahnya, tak semua tempat memenuhi persyaratan lain, seperti ketersediaan pakan dan populasi satwa liar yang bisa mengancam orangutan,” katanya.
Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III Kaltim Suriawati Halim mengatakan, mencari hutan pelepasliaran orangutan memang susah. Jangan sampai orangutan hasil pelepasliaran malah mati karena salah lokasi.
Pemerhati orangutan yang juga pengajar di Universitas Mulawarman, Samarinda, Yaya Rayadin, mengatakan, orangutan termasuk satwa yang bisa beradaptasi. Orangutan bisa masuk kawasan mana saja yang ada makanan, termasuk kebun sawit dan kebun warga. Di sanalah konflik berada. (PRA)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Januari 2017, di halaman 14 dengan judul “Ketersediaan Hutan Pelepasliaran Sulit Diperoleh”.