Bambu Keunguan dari Pulau Sumba

- Editor

Selasa, 27 Desember 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ribuan pulau Nusantara terentang luas, membuat banyak jenis flora dan fauna belum tersibak Ekspedisi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pertengahan 2016, mendapati jenis baru bambu di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, dengan keunikan punya daun pelepah rebung berwarna keunguan.

Bambu itu dinamai Schizostachyum purpureum. Hasil identifikasi menunjukkan, bambu dari marga Schizostachyum dan nama spesies purpureum dari bahasa latin, purpurea, berarti ungu.

S purpureum dikoleksi peneliti LIPI melalui Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) tahun ini menyasar Pulau Sumba, Mei lalu. ”Bambu itu ada lama, mungkin penduduk sana menggunakan bertahun-tahun lalu. Namun, secara ilmiah belum terungkap,” kata periset bambu di Pusat Penelitian Biologi LIPI, I Putu Gede P Damayanto, Senin (26/12), saat dihubungi dari Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Gede yang juga ikut ke Sumba pada E-WIN 2016 menulis publikasi jenis baru ini dan diterbitkan pada Kamis (22/12) di jumal intemasional yang dikelola LIPI, Reindwardtia. Ia menulis dalam bahasa Inggis bersama pakar taksonomi bambu LIPI, Elizabeth Widjaja.

Elizabeth pergi ke Sumba pada 2003 mendata keanekaragaman hayati bambu. Bersama Karsono, ia menulis data itu pada 2005 di jurnal Biodiversitas. Saat itu, ada 10 jenis bambu di Sumba, tetapi salah satu jenis bambu merambat hanya diketahui marganya, tak diketahui nama spesiesnya sehingga disebut Dinochloa sp.

Gede menargetkan mendapat spesimen Dinochloa sp itu. Namun, yang didapatnya malah jenis baru dari marga lain di Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti, Sumba Timur, di jalan menuju Danau Laputi. S purpureum jadi jenis baru mikroorganisme pertama dari E-WIN 2016 yang terkonfirmasi. Ada juga kandidat jenis baru, yakni dua jenis lalat buah Drosophila dan satu jenis tikus Rattus yang berbulu halus.

Rebung S purpureum berwarna hijau keunguan dengan rambut miang putih. Itu berbeda dengan dua jenis bambu dari marga Schizostachyum yang dicatat Elizabeth di Sumba, yakni S Iima dan S Brachycladum.

Sangat jarang
”Warna keunguan jarang ditemukan di genus itu. Biasanya hijau pekat,” kata Gede. S purpureum paling mirip S bamban yang habitatnya di Sumatera. Kini, S purpureum endemis di Sumba.

Batang S purpureum berwarna hijau dengan miang warna putih hingga coklat muda pada buku, tegak dengan ujung melengkung. Tinggi batang 5-6 meter, diameter 4-5 centimeter, jarak antar ruas 50-65 cm, berdinding tipis, di buku ada lilin putih melingkar. Habitatnya ialah hutan primer dan pinggirannya di ketinggian 525 meter di atas permukaan laut. Nama lokal bambu itu au tamiang, warga setempat memakai untuk membuat gedek (anyaman bambu) dan seruling.

Elizabeth menuturkan, publikasi S purpureum menandakan banyak jenis nambu Tanah Air tak terekam ilmiah, terutama di luar Jawa. Data terakhir, ada 162 jenis bambu di Indonesia, dari total 1.439 jenis di dunia, 124 jenis di antaranya asli Indonesia dan 88 jenis endemis.(JOG)

Sumber: Kompas, 27 Desember 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 31 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB