Pemotongan anggaran terkait penghematan pengeluaran negara di antaranya menyasar program pembangunan science techno park atau STP yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, 2 tahun lalu. Besarnya pemotongan anggaran program di bawah binaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi itu 50-70 persen.
“Itu sangat besar,” ucap Deputi Kepala Bidang Pengkajian Kebijakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tatang Taufik, Rabu (17/8), di Jakarta. Sebagai contoh, anggaran STP Pelalawan dari rencana Rp 12 miliar hanya diberikan Rp 2 miliar. STP Pekalongan dari Rp 8 miliar diberikan Rp 1,8 miliar.
Besarnya pemotongan anggaran itu juga diungkapkan Kepala BPPT Unggul Priyanto pada Refleksi BPPT Tahun 2016 di Jakarta, Senin lalu. Acara dihadiri sejumlah anggota Komisi VII DPR, pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, dan kementerian terkait, seperti Kemristek dan Dikti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Unggul, kebijakan itu akan berdampak pada penundaan kegiatan STP hingga pengunduran waktu program lebih lama. Pelaksanaan proyek STP direncanakan hingga 2019 dengan target mengembangkan sumber daya manusia lokal dan industri daerah berbasis inovasi iptek, serta meningkatkan ekonomi masyarakatnya.
Pada tahun kedua ini, dana STP diperlukan untuk proses transfer teknologi, peningkatan kemampuan sumber daya manusia, perencanaan detail, serta pembangunan fisik. “Tahun pertama program STP sebatas perencanaan awal,” kata Tatang.
Menurut Satya Widyayudha, anggota Komisi VII DPR, keputusan memotong anggaran harus melalui konsultasi dengan DPR. Sebab, dana untuk program itu sudah disediakan sesuai rencana anggaran yang diajukan. “Bila dilakukan pengurangan dan pengalihan ke pos lain, itu menyalahi aturan,” kata Satya.
Mengenai pencapaian inovasi, dipaparkan pencapaian BPPT dalam pengkajian dan penerapan teknologi dan komersialisasi produk, serta kerja sama dengan industri. Pendapatan royalti para perekayasa BPPT terus meningkat dari industri yang memanfaatkannya.
Di bidang pangan antara lain dikembangkan sistem budidaya ikan Nila Salina dan beras analog mendukung diversifikasi pangan. Dari pemanfaatan karya inovasi para perekayasa BPPT oleh industri dan juga layanan jasa teknologi, BPPT telah meraih pendapatan dari royalti. “Sekitar 200 miliar rupiah,” ujar Unggul.(YUN)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Agustus 2016, di halaman 14 dengan judul “”Science Techno Park” Dipangkas 70 Persen”.