Dalam mitologi Romawi kuno, Juno adalah ratunya para dewa dan dewi, saudara sekaligus istri dari Jupiter, raja para dewa yang bersemayam di Olympus.
Orang Yunani menyebutnya Hera dan Jupiter dikenal sebagai Zeus. Sebenarnya sama saja, karena kisah mitologi Romawi kuno itu diadaptasi dari mitologi Yunani kuno yang nama-nama tokohnya diubah oleh orang Romawi.
Kali ini nama Juno disematkan kepada sebuah wahana antariksa milik NASA yang diluncurkan sejak lima tahun lalu untuk menemui suami -eh- planet Jupiter, planet paling besar di tata surya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setelah lima tahun menempuh perjalanan sejauh 2,9 miliar kilometer, wahana antariksa Juno akhirnya tiba di orbit Jupiter.
Semakin dekat Juno kepada Jupiter gravitasi planet itu akan mengakselerasi kecepatannya jadi 264.000 km/jam, menjadikannya benda paling kencang yang pernah dibuat manusia.
Tak lama setelah itu Juno akan mengaktifkan mesin utamanya selama 35 menit untuk memperlambat laju agar bisa memasuki orbit sekitar Jupiter.
Selama 20 bulan ke depan Juno akan mengorbit Jupiter sebanyak 37 kali. Dalam misi ini Juno akan merendahkan ketinggiannya sampai hanya sekitar 4.160 km di atas permukaan Jupiter.
Wahana ini akan ini akan mempelajari atmosfer planet raksasa itu, medan magnet, struktur terdalam yang selama ini terselubungi lautan gas, dan beberapa aspek lainnya.
Kedatangan Juno yang dikembangkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu dirayakan oleh ilmuwan di seluruh dunia.
Wajar. Banyak wahana telah melewati Jupiter tetapi Juno merupakan wahana kedua setelah Galileo yang secara khusus didedikasikan untuk menyelidiki planet gas raksasa di Tata Surya itu.
Juno digadang-gadang mampu menelanjangi Jupiter dan mengungkap identitasnya, persis seperti Juno sang dewi dalam mitologi Yunani dan Romawi mengintip karakter pasangannya – Jupiter – yang menyelimuti diri dengan awan.
Planet Raksasa yang Baik Hati
Punya diameter hampir 143.000 kilometer pada ekuator, Jupiter menjadi planet terbesar di Tata Surya. Bumi hanya akan menjadi bola yang mengisi lapisan awan tebal bila ditaruh di Jupiter.
Jupiter layak disebut monster baik yang menyelamatkan Bumi. Bukan hanya karena ukuran raksasanya, tetapi juga karakternya yang memicu kekacauan di Tata Surya.
Tata Surya awal merupakan dunia yang dipenuhi batu-batu besar yang saling bertumbukan. Fisikawan Michio Kaku, seorang pemerhati masa depan dan penulis buku “The Physics of the Future” mengatakan, Jupiter merupakan pembersih vakum.
Dahulu, Jupiter seolah-olah menyedot dan membersihkan Tata Surya dari batu-batu besar yang berpotensi mengacaukan. Ulah Jupiter memungkinkan kehidupan di Bumi yang lebih aman.
“Tanpa Jupiter yang membersihkan Tata Surya awal, Bumi akan dipenuhi bekas tumbukan meteor. Kita akan sengsara karena adanya tumbukan meteor setiap hari,” kata Kaku dalam tulisannya di CNN, Selasa (5/7/2016).
Banyak misterinya yang belum terungkap
Manusia bisa melihat Jupiter setiap malam hampir sepanjang tahun. Planet itu akan terlihat sebagai titik putih yang cukup besar untuk dilihat dengan mata telanjang.
Meski demikian, masih banyak yang belum diketahui tentang planet yang seolah-olah memiliki Tata Surya sendiri karena memiliki setidaknya 67 bulan.
Jupiter diselimuti oleh medan magnet yang jutaan kali lebih kuat dari medan magnet Bumi. Medan magnet itu mampu menjebak partikel apapun dan memutarnya dengan kecepatan tinggi.
Tak terbayangkan bila manusia terdampak medan magnet Jupiter. Kematian dengan cara tragis akan menjadi hal yang tak terhindarkan.
Bagaimana Jupiter bisa memiliki medan magnet yang begitu kuat? Itu masih menjadi pertanyaan. Dengan Juno, ilmuwan bermaksud memetakan medan magnet, gravitasi, serta mengungkap struktur dalam Jupiter.
Jupiter kaya akan awan amonia. Namun demikian, ada pula awan yang terdiri atas air. Hingga kini belum terungkap jumlah air di planet tersebut.
Dengan Juno, ilmuwan akan mengungkap keberadaan air di atmosfer Jupiter untuk mengonfirmasi pemahaman selama ini tentang asal-usul planet tersebut.
Secara umum, misi Juno berusaha mengungkap asal-usul dan evolusi Jupiter sehingga bisa memahami struktur serta perannya di masa awal Tata Surya.
Radiometer Gelombang Mikro
Salah satu instrumen ampuh yang disematkan pada Juno adalah radiometer gelombang mikro. Instrumen ini berbentuk serupa teleskop radio dengan enam antena.
Radiometer gelombang mikro akan lingkungan kedalaman 500 kilometer dari permukaan Jupiter dan mendeteksi uap air, spesifiknya oksigen.
Astronom percaya, Jupiter tidak lahir di tempatnya berada sekarang. Tempat kelahiran Jupiter bisa diketahui dengan melihat kemelimpahan oksigen di lingkungannya saat ini.
Kandungan oksigen dipengaruhi oleh jarak lokasi kelahiran Jupiter dengan Matahari. Makin jauh, maka kandungan oksigennya makin tergolong sedikit.
Data yang dihasilkan dari deteksi radiometer gelombang mikro akan dianalisis oleh tim ilmuwan di Bumi dengan bantuan Very Large Array Radio Telescope di New Mexico.
Misi Juno juga secara tidak langsung akan mengungkap asal-usul dan evolusi Bumi, utamanya bagaimana Bumi bisa berada di tempatnya saat ini dan memiliki kehidupan.
George Musser, komunikator astronomi, dalam tulisannya di Scientific American, Rabu (6/7/2016), mengatakan bahwa misi Juno juga punya manfaat langsung.
Instrumen radiometer gelombang mikro yang sebelumnya dikembangkan secara khusus untuk Juno kini bisa dipakai untuk meneliti atmosfer Bumi.
“Brian Drouin dari JPL (Jet Propulsion Lab, NASA) sedang melakukannya, mengukur pengaruh suhu dan tekanan pada sifat radiasi upa air di Bumi, yang kemudian akan memengaruhi perambatan sinyal GPS,” katanya. (mfs/kom)
By mochsardi
kabarin.co – on Juli 9, 2016
————————-
Wahana Antariksa NASA Juno Tiba Di Jupiter Pada 4 Juli 2016
Wahana antariksa NASA Juno dijadwalkan tiba di Jupiter setelah melakukan perjalanan lima tahun. Diluncurkan pada tanggal 5 Agustus 2011, Juno akan masuk ke dalam orbit polar di sekitar planet raksasa ini pada 4 Juli 2016. Dari orbit, pesawat ruang angkasa ini akan mempelajari atmosfer Jupiter dan medan magnet. Juno akan tetap di orbit Jupiter sampai Oktober 2017, ketika pesawat ruang angkasa akan melakukan aksi bunuh diri dan terjun ke atmosfer Jupiter.
Sumber: luarangkasa.id, January 4, 2016
————————–
Wahana Antariksa Juno Telah Memasuki Tarikan Gravitasi Jupiter
Juno merupakan misi terbaru Lembaga Antariksa AS (NASA) yang bakal meneliti Jupiter dari orbitnya. Diluncurkan pada 5 Agustus 2011, kini Juno telah meninggalkan ruang antarplanet dan telah memasuki tarikan gravitasi Jupiter. Ia siap untuk tiba di orbit Jupiter pada 4 Juli 2016.
Juno membutuhkan lima tahun perjalanan ke Jupiter, wahana antariksa tersebut melakukan perjalanan dengan jarak lebih dari 2,8 miliar kilometer. Nantinya, setelah tiba di Jupiter, Juno akan mengorbit Jupiter sekitar 33 kali selama satu tahun Bumi.
Persiapan Juno untuk tiba di Jupiter telah dilakukan sejak bulan Agustus 2016, Juno telah melakukan penyisipan orbit bakar untuk memperlambat kecepatannya agar memungkinkan penangkapan ke orbit polar di sekitar Jupiter selama 11 hari. Setelah Juno masuk ke orbit Jupiter, instrumen inframerah dan gelombang mikronya akan dihidupkan dan mulai mengukur radiasi termal yang berasal dari dalam atmosfer Jupiter.
Observasi ini akan melengkapi penelitian Jupiter sebelumnya tentang komposisinya dengan menilai kelimpahan distribusi air, dan oksigen. Dengan mengisi bagian yang hilang dari teka-teki komposisi Jupiter, data ini juga akan memberikan wawasan asal-muasal pembentukan Jupiter. Juno juga akan menyelidiki konveksi yang mendorong pola sirkulasi umum di atmosfer Jupiter.
Instrumen lainnya di Juno akan mengumpulkan data tentang medan gravitasi dan magnetosfer kutub Jupiter. Juno telah dijadwalkan untuk mengakhiri misinya pada Oktober 2017, setelah menyelesaikan 33 orbit mengelilingi Jupiter, ia akan di dekatkan ke atmosfer atas Jupiter dan terbakar.
Riza Miftah Muharram
Info Astronomy – 6/03/2016
——————-
7 Langkah Juno Menguak Rahasia Jupiter
Wahana antariksa Juno akan segera meluncur ke Jupiter, menempuh jarak setidaknya 800 juta kilometer. Beberapa tugas penting diemban wahana antariksa itu, mulai menentukan kadar air dan komposisi atmosfer planet itu, memetakan medan magnet dan medan gravitasinya serta mengeksplorasi magnetosfer di kutubnya.
Untuk mencapai targetnya, ada beberapa langkah penting yang harud dilalui Juno, mulai dari peluncuran hingga proses pengiriman data hasil observasi nantinya. Berikut beberapa langkah penting itu.
1. Peluncuran
Sejauh ini, peluncuran masih tentatif. Paling cepat, Juno akan diluncurkan pada 5 Agustus 2011 dan paling lambat 26 agustus 2011. Jika pada 5 agustus memungkinkan, maka rencananya Juno akan diluncurkan antara pukul 11.34 – 12.33 EDT. Juno akan diterbangkan dengan roket United Launch Alliance Atlas V dari Kennedy Space Center di Florida, Amerika Serikat.
2. Satu Kali Melintas Bumi
Setelah peluncuran, Juno akan memulai perjalanan ke Jupiter yang jaraknya sekitar 800 juta kilometer. Perjalanan diperkirakan akan membutuhkan waktu 5 tahun. Dalam perjalanannya, tepatnya tahun 2013, Juno akan melintasi Bumi sekali untuk membantu mempercepat perjalanannya. dalam perjalanan, Juno akan memperoleh daya dari energi matahari.
3. “Hidup” di Jupiter
Sampai di Jupiter, Juno akan menghadapi lingkungan yang sangat berbeda. Jupiter hanya menerima 25 persen cahaya Matahari yang diterima Bumi. Untuk bisa bertahan hidup dan melaksanakan misi, Juno telah dilengkapi dengan panel surya selebar 20 meter yang akan mengakumulasi seluruh cahaya Matahari yang diterima dalam perjalanannya. daya dari sumber itulah yang akan digunakan untuk hidup. 4. Memulai Dari Kutub
Orbit Juno yang berbentuk eliptikal membantunya lebih dekat ke Jupiter daripada wahana antariksa sebelumnya. Juno takkan memulai petualangannya di Jupiter dari bagian ekuator, tapi bagian kutub. Juno akan melewati kutub utara dan selatan Jupiter dan mengobservasi aurora di planet terbesar di tata Surya itu, sekaligus mengukur partikel bermuatan dan arus yang berkaitan dengannya.
5. Mengorbit Selama Setahun
Juno akan mengorbit Jupiter sebanyak 33 kali atau selama setahun. Dengan magnetometer kembar yang dimiliki, Juno akan memetakan medan magnet Jupiter. Steven Levin dari Jet propulsion Laboratory NASA di Pasadena mengatakan, “Memetakan medan magnet Jupiter adalah satu dari beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mempelajari struktur internal Jupiter.” Levin menambahkan bahwa Jupiter adalah tempat terbaik di Tata Surya untuk mempelajari bagaimana medan magnet dibangkitkan. 6. Mempelajari Dinamo Jupiter
Tak seperti Bumi, Jupiter adalah planet gas. Ini menawarkan kesempatan untuk mempelajari inti planet tersebut. Selama mengorbit, Juno juga akan mempelajarinya. “Ini adalah propspek yang menarik sebab benar-benar akan meningkatkan kemampuan kita mendefinisikan apa yang sebenarnya terjadi di sana,” ungkap Jack Connerney dari Goddard Space Center NASA, deputi pimpinan investigasi Juno.
Jupiter diketahui didominassi gas hidrogen. semakin mendekati inti, gas semakin mampat dan akhirnya terdapat hidrogen dalam bentuk cair, disebut hidrogen metalik. Apakah hidrogen metalik ini adalah sumber medan magnet Jupiter? Ataukah ada bagian inti Jupiter yang berwujud padat? Juno akan memecahkannya. 7. Menentukan Kadar Air di Atmosfer
Juno dilengkapi dengan Microwave Radiometer yang akan membantu mengukur kadar air yang ada di atmosfer upiter. Dengan demikian, bisa diketahui pula kandungan oksigen yang ada. Sementara itu, dengan JunoCam, wahana antariksa ini akan menangkap citra close-up Jupiter, memungkinkan untuk analisis lebih lanjut.
Menyambut langkah awal misi Juno, Rabu (3/8/2011), akan digelar konferensi pers yang dihadiri oleh ilmuwan NASA yang terlibat proyek Juno. Sementara, pada tanggal 5 Agustus, televisi NASA akan menayangkan secara khusus pemberitaan tentang peluncuran Juno mulai jam 9.00 EDT. Selanjutnya, kejutan dari penemuan Juno menanti.
Editor : Glori K. Wadrianto
Sumber :
KOMPAS.com – Selasa, 2 Agustus 2011