Uni Telekomunikasi Internasional (ITU) dalam riset Indikator Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (ICT) 2015 menyebutkan, lebih dari 50 juta warga Indonesia teratur menggunakan aplikasi internet.
Riset Analysys Mason bertajuk “Aplikasi dan Konten Daring di Indonesia” (Mei 2016) menyebutkan, nilai konsumsi warga terhadap konten internet diperkirakan Rp 89 triliun pada akhir 2015. Dari jumlah itu, sekitar Rp 48 triliun dibayarkan warga ke operator telekomunikasi untuk akses internet.
Selain bermanfaat mendukung kebutuhan warga, Analysys Mason mengungkapkan, keberadaan konten internet memberikan nilai tambah bagi operator telekomunikasi yang menjual jasa akses internet. Analysys Mason mencatat, pendapatan data Telkomsel, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata naik hingga 29 persen per tahun selama periode 2010-2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Diprediksi, total nilai ekonomi konten internet dari warga langsung dan operator mencapai Rp 140 triliun pada 2020. Saat itu, pengguna internet Indonesia diproyeksikan 125 juta orang.
Salah satu penggunaan konten internet adalah untuk media sosial. Country Business Head Twitter untuk Indonesia Roy Simangunsong, pekan lalu, mengatakan, di Indonesia daya tarik Twitter masih tinggi. Salah satu indikator tecermin melalui peluncuran akun @ramadhan pada 6 Juni 2016. Dalam sepekan, jejak sudah terkumpul 530.000 unit.
Twitter Indonesia berkolaborasi dengan akun @pulkam, komunitas anak muda yang hanya aktif seminggu sebelum dan sesudah Idul Fitri. Bersama komunitas yang dirintis sejak 2009 itu, Twitter Indonesia siap berkicau soal cerita, foto, dan video pulang kampung. Per 20 Juni 2016, pengikut @ramadhan tercatat 5.564 dan @pulkam 23.700 orang.
Keberadaan teknologi digital tidak dapat dilepaskan dari ekonomi kreatif. Indonesia dapat berbangga karena ikut berpacu dalam skala internasional di dalam penciptaan konten. Namun, untuk itu dibutuhkan infrastruktur teknologi seluler dan digital yang memadai.
Vice President Corporate Communications Telkomsel Adita Irawati mengemukakan, perkembangan teknologi seluler yang pesat mendorong konsumsi masyarakat naik, terutama adopsi ponsel pintar dan paket data.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Petugas memantau kualitas jaringan lalu lintas data dan suara di ruangan Network Operation Centre Telkomsel, Jakarta, Selasa (21/6). Untuk menghindari kepadatan lalu lintas komunikasi dan data selama bulan puasa dan Lebaran, operator telepon seluler tersebut telah menyiapkan infrastruktur jaringan di seluruh wilayah Indonesia.
Telkomsel berkomitmen menjadi pemimpin industri digital. Strategi perluasan jaringan terus dilakukan dengan mengandalkan efisiensi. Saat ini, Telkomsel memiliki 116.000 unit pemancar, 57 persen di antaranya merupakan pemancar 3G dan 4G.
Untuk model bisnis konten internet, Adita menyampaikan, Telkomsel akan lebih menitikberatkan pada pengembangan platform daripada jenis konten.
Sementara itu, Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli mengatakan, Indosat Ooredoo telah mempersiapkan diri sejak satu dekade lalu. Tahun ini, Indosat Wireless Innovation Contest genap berusia 10 tahun.
Kompetisi usaha rintisan untuk konten internet tersebut tahun ini diperuntukkan bagi anak-anak dan perempuan muda. Achmad Zaky, pendiri Bukalapak, adalah satu dari ratusan wirausaha di bidang teknologi yang lahir dari kompetisi itu.
Ada juga Ideabox. Program akselerator atau pengembangan dan pembinaan usaha rintisan lokal ini merupakan hasil kerja sama PT Indosat Tbk dan Mountain Kejora Ventures. Program yang dimulai sejak 10 Oktober 2012 ini telah memasuki angkatan keempat. Indosat Ooredoo pun menggandeng perusahaan modal ventura SoftBank untuk pendanaan lanjutan.
Adapun perihal kemitraan dengan konten internet non-binaan, perusahaan menjadi mitra penjual layanan musik aliran langsung milik Spotify.
Peran pemerintah
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dalam beberapa kali perbincangan di forum teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK), menyebutkan, visi pemerintah mendorong perekonomian negara yang bersumber dari industri digital. Gerakan Nasional 1.000 Start Up, misalnya, bertujuan mengajak lebih banyak wirausaha di bidang teknologi. Dia mengimbau pelaku usaha TIK memberikan masukan soal kurikulum kode pemrograman sekolah menengah kejuruan yang sedang disiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Langkah ini memang sewajarnya dilakukan sebab pemanfaatan konten internet semakin luas. Konten internet berbentuk jasa e-dagang, misalnya, semakin diminati masyarakat. Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, nilai transaksi e-dagang sekitar 12 miliar dollar AS pada 2014 dan 20 miliar dollar AS pada akhir 2015. Pemerintah kini tengah menyusun peta jalan khusus e-dagang.
“Bisnis telekomunikasi seluler menunjukkan tidak banyak dinamika. Pertumbuhannya berkisar 8-9 persen per tahun. Lain cerita dengan bisnis konten internet,” ujar Rudiantara dalam sambutan peresmian Gerakan Nasional 1.000 Start Up.
Ada catatan penting Bank Dunia dalam “World Development Report (WDR) 2016: Digital Dividends” menyangkut ketimpangan akses internet di sejumlah negara. Ironi ini terjadi di tengah perkembangan adopsi perangkat teknologi digital. Agar seluruh masyarakat dapat menikmati manfaat internet, pemerataan akses infrastruktur internet merupakan keharusan.
Data dalam “Statistik Telekomunikasi Indonesia 2014” Badan Pusat Statistik, baru sekitar 55.870 desa dan kelurahan atau 67,98 persen dari total desa dan kelurahan yang telah menerima sinyal telekomunikasi kuat. Ini menjadi pekerjaan pemerintah yang harus terjawab melalui Proyek Pembangunan Jaringan Tulang Punggung Palapa Ring serta program desa pita lebar sampai akhir 2019.
Yang tak kalah penting adalah kebijakan terhadap keberadaan konten internet. Kendati digadang-gadang memberikan nilai tambah lebih ke operator maupun masyarakat, model bisnis konten internet belum memiliki regulasi yang jelas.
Misalnya, regulasi soal pajak. Pada April 2016, Kementerian Keuangan mengeluarkan dugaan PT Google Indonesia, PT Yahoo Indonesia, Facebook Singapore PTE LTD, dan Twitter Asia Pacific PTE LTD mengemplang pajak.
Di tengah geliat bisnis teknologi informasi dan telekomunikasi, masih banyak pekerjaan rumah bagi pemerintah. Salah satunya, menciptakan iklim bisnis positif bagi kelangsungan industri telekomunikasi seluler di masa depan. Kemudian, mendorong pemanfaatan yang optimal bagi masyarakat.(MEDIANA)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Juni 2016, di halaman 48 dengan judul “Data Digital Menjadi Kebutuhan”.