Noni Monica (18) baru lulus dari program studi teknologi budidaya perikanan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Ladong, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Sekolah yang setara dengan SMK ini berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Bayangan bekerja di Korea Selatan dengan gaji belasan juta rupiah per bulan melekat kuat di benak Noni. Bekal menjalani pendidikan vokasi di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Ladong dinilainya cukup untuk meniti karier di negeri orang.
“Saya ingin segera bekerja agar bisa membantu ibu dan membiayai sekolah adik,” ujar Noni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Noviani (18), alumnus SUPM Negeri Ladong bidang keahlian teknologi pengolahan hasil perikanan, juga tidak sabar untuk segera berangkat ke Korsel dengan masa kerja lima tahun. Ia belum bisa berangkat karena harus mengikuti pelajaran bahasa Korea terlebih dahulu.
“Kebutuhan dana Rp 5 juta untuk kursus bahasa bisa dipinjam dari bank. Tawaran pekerjaan ini datang dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia,” ucap Noviani yang ayahnya bekerja sebagai nelayan di Kabupaten Pidie Jaya.
Basuki (18) dari Kabupaten Aceh Tenggara juga berencana untuk bekerja di kapal penangkap ikan di Korsel. Namun, ia tidak memiliki uang untuk membiayai persiapan.
“Mungkin saya akan mencoba bekerja dulu untuk mengumpulkan uang sekitar Rp 5 juta,” ujar Basuki yang lulus dari SUPM Negeri Ladong pada pekan lalu.
Saat lulus SMP dulu, Basuki sudah bertekad untuk masuk ke sekolah vokasi bidang kelautan. Tekad tersebut muncul karena mengetahui teman kakaknya sukses bekerja di kapal penangkap ikan di Jepang. SUPM Negeri Ladong dipilihnya karena disubsidi oleh pemerintah sehingga biaya pendidikannya ringan.
Modal usaha
Selain Korsel, negara tujuan para lulusan SUPM ialah Jepang. Syukratul Alhamdi (18) asal Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, yang baru lulus dari SUPM Negeri Pariaman, telah lulus seleksi menjadi anak buah kapal di Jepang. Dia tinggal menjalani persiapan di perusahaan penyalur tenaga kerja di Tangerang, Banten.
“Saya bertekad bekerja ke Jepang supaya bisa memiliki kehidupan lebih baik dari orangtua. Penghasilan di sana akan dipakai untuk modal buka usaha di Indonesia,” kata Syukratul yang ayahnya menjadi petugas satuan pengamanan.
Menurut Syukratul, gaji bekerja di Jepang bisa mencapai Rp 14 juta per bulan. Penghasilan tersebut bisa menjadi modal untuk mengambil sertifikat pelaut yang lebih tinggi.
Dengan memiliki sertifikat pelaut yang lebih tinggi, Syukratul berharap dapat mendulang pendapatan yang bisa lebih baik lagi. Tawaran bekerja di luar negeri juga tetap terbuka lebar.
Potensi luar biasa
Rifky Effendy Hardijanto, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan, potensi laut Indonesia luar biasa, tetapi pertumbuhan sektor ini kalah dari sektor serupa di negara tetangga. Karena itu, sumber daya manusia di sektor kelautan harus disiapkan sebaik mungkin lewat jalur formal ataupun jalur pelatihan yang diperuntukkan bagi masyarakat kelautan dan perikanan.
Penguatan pendidikan vokasi kelautan dan perikanan, menurut Rifky, ditempuh Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan membuka 9 SUPM, 3 politeknik, dan 1 sekolah tinggi perikanan. Jumlah politeknik akan ditambah sehingga ada 10 politeknik di seluruh Indonesia.
“Keberpihakan juga diberikan kepada anak pelaku utama kelautan dan perikanan sehingga kesejahteraan mereka dapat ditingkatkan lewat pendidikan. Anak-anak nelayan harus bisa menjadi nelayan dan wirausaha modern,” kata Rifky.
Jalur pendidikan vokasi ternyata tetap bisa memberikan pilihan yang cukup luas bagi para lulusannya. Mereka bisa segera terjun di dunia kerja, tidak hanya di perusahaan dalam negeri, tetapi juga perusahaan di luar negeri. Bahkan, perusahaan asing cukup aktif memburu lulusan vokasi dari Indonesia, baik pendidikan menengah maupun tinggi.
Setiap tahun, tawaran untuk magang dan bekerja di luar negeri bagi lulusan pendidikan vokasi menengah, terutama bidang kelautan dan perikanan, datang dari Korea Selatan, Jepang, Malaysia, serta negara-negara Eropa. Bagi lulusan pendidikan vokasi yang hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, kesempatan juga tetap terbuka buat mereka.(ESTER LINCE NAPITUPULU)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Juni 2016, di halaman 12 dengan judul “Bekerja di Luar Negeri dan Kumpulkan Modal”.