Diabetes melitus tidak hanya menjadi masalah kesehatan masyarakat urban, tetapi juga warga di daerah pedesaan dan terpencil. Oleh karena sejumlah kebiasaan di pedesaan dan daerah terpencil memicu diabetes, untuk itu perlu pendekatan khusus agar kebiasaan berubah dan gaya hidup sehat membudaya.
Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kemitraan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) Diah Saminarsih menyatakan, sebagian besar warga desa mengadopsi gaya hidup perkotaan karena urbanisasi. “Kita menganggap akses membeli rokok susah di desa, ternyata lebih mudah karena bisa beli ketengan (per batang),” ujarnya, di Jakarta, Kamis (28/4), dalam diskusi tentang diabetes.
Direktur Institut Diabetes Indonesia Prof Sidartawan Soegondo memaparkan, meningkatnya kasus diabetes di pedesaan dan daerah terpencil merupakan dampak masuknya pembangunan ke daerah. Misalnya, petani yang dulu berjalan ke sawah kini banyak memakai sepeda motor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Diabetes melitus ialah penyakit metabolisme karena peningkatan kadar glukosa darah di atas normal. Seseorang dinyatakan kena diabetes jika kadar gula darah mencapai 200 miligram per desiliter atau lebih.
Risiko tinggi diabetes di daerah terpencil jadi temuan pada program Pencerah Sehat. Dari data diagnosis 2014 di tujuh puskesmas di daerah penempatan tim, diabetes termasuk 10 besar penyakit di tiga puskesmas, yakni Ogotua (Tolitoli, Sulawesi Tengah), Kelay (Berau, Kalimantan Timur), dan Pakisjaya (Karawang, Jawa Barat).
Menurut Direktur Program Pusat Inisiatif Pembangunan Strategis Indonesia (CISDI) Anindita Sitepu, jumlah penyandang diabetes diprediksi lebih banyak dari itu. “Ini yang ketahuan. Pengalaman di lapangan, tak ada alat tes gula darah ataupun pasien datang saat komplikasi sehingga harus dirujuk,” ujarnya.
Faktor risiko
Hal itu diperkuat fakta hipertensi, termasuk 10 besar penyakit di tujuh puskesmas lokasi program Pencerah Nusantara dikelola CISDI, termasuk Sikakap, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Bahkan, di Puskesmas Tosari, Pasuruan, Jawa Timur, kasus penyakit terbanyak ialah hipertensi, faktor risiko diabetes.
Tim Pencerah Nusantara juga mendapati kebiasaan pemicu diabetes di daerah penempatan. Di Tosari, warga terbiasa minum kopi kental manis 10 cangkir per hari. Di Mentawai, warga harus naik kapal 12 jam untuk beli sayur sehingga makanan tak bergizi seimbang. Jadi, warga daerah terpencil didorong agar mandiri memenuhi gizi seimbang.
Menurut data beban ekonomi Indonesia akibat penyakit tak menular Januari-Juni 2014, diabetes di urutan keempat dengan biaya Rp 313,6 miliar dari 70.584 kasus. Dari Sample Registration Survey 2014, diabetes dengan komplikasi menyebabkan kematian terbanyak ketiga setelah stroke dan sakit jantung. (JOG)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Risiko di Daerah Terpencil Tinggi”.