Baru Unand, Unsyiah, dan Unhas, PTN di Luar Jawa yang Berakreditasi A
Status fungsional dan kapasitas akademis dosen berperan penting dalam menentukan akreditasi perguruan tinggi. Hal tersebut masih merupakan kendala besar bagi perguruan-perguruan tinggi di luar Pulau Jawa sehingga penggenjotan prestasi dosen harus segera dilaksanakan.
Hal itu mengemuka dalam paparan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Kamis (31/3). Pada acara bertajuk “Peningkatan Daya Saing Perguruan Tinggi (PT) di Wilayah Timur Indonesia” ini, Nasir mengungkapkan tiga permasalahan utama, yaitu banyak dosen yang pendidikan minimalnya belum mencapai strata 2; banyak yang berstatus dosen tanpa jabatan akademis, yakni yang baru diangkat dan masih berstatus calon pegawai negeri sipil; serta minimnya publikasi jurnal internasional dan hak kekayaan intelektual.
Nasir mengatakan, di luar Pulau Jawa, baru Universitas Andalas (Padang), Universitas Syiah Kuala (Banda Aceh), dan Universitas Hasanuddin (Makassar) yang berakreditasi A. Ditargetkan, dalam satu tahun ini ada 12 PT negeri berakreditasi B yang bisa dipacu menjadi A.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut data Kemristek dan Dikti tahun 2015, dari 230.633 dosen di Indonesia, baru 26.199 orang yang sudah berkualifikasi doktor. Mayoritas, yaitu 134.522 orang, berkualifikasi magister. Sisanya masih sarjana/D-4. Bahkan, dosen berjabatan lektor dan lektor kepala pun belum berpendidikan doktor.
Target pencapaian Kemristek dan Dikti tahun 2015-2019 adalah mengubah PT dari agen pendidikan menjadi agen penyalur pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Pemerintah memberikan beasiswa bagi para dosen untuk melanjutkan pendidikan.
Pemerintah menargetkan pada 2016 paling sedikit ada 1.000 dosen yang meraih jenjang S-3. Rektor UNG Syamsu Qamar Badu menerangkan, ada 200 lektor dan lektor kepala UNG yang tengah menjalani kuliah S-3. Posisi mereka sebagai pengajar untuk sementara digantikan dosen kontrak dan dosen luar biasa.
Mobilisasi dosen
Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemristek dan Dikti Ali Gufron Mukti menjabarkan, salah satu strategi mendongkrak mutu dosen ialah dengan mobilisasi dosen-dosen dari luar negeri yang bertaraf global. Mereka didatangkan ke Indonesia atas biaya pemerintah atau PT yang mengundang.
“Selama tiga bulan hingga satu semester, dosen-dosen asing itu bertugas membina dosen Indonesia untuk meningkatkan keahlian menulis di jurnal internasional,” kata Ali Gufron.
Sejauh ini, Kemristek dan Dikti menilai kelemahan dosen Nusantara ialah kurangnya kemampuan berbahasa Inggris, penelitian yang kurang berbobot, dan kecenderungan sebagian dosen untuk menyambi melakukan proyek sambil meneliti. (DNE)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 April 2016, di halaman 11 dengan judul “Genjot Prestasi Dosen”.