Kompetisi Makin Sengit, Pelaku Semakin Inovatif

- Editor

Senin, 28 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Memanfaatkan media sosial, sejumlah wirausaha muda telah mampu mengembangkan usaha mereka. Namun, mereka menyatakan pentingnya inovasi produk dan pemasaran karena banyaknya kompetitor yang menjual produk serupa.

Malika Rizqi Anindita (23) awalnya berjualan sepatu dan pakaian melalui media sosial Instagram pada 2013. Namun, ia mengubah komoditas jualannya menjadi tas ransel.

“Sudah terlalu banyak yang menjual baju sehingga diferensiasi produknya kurang. Apalagi, saya belum produksi baju sendiri,” ujarnya, Sabtu (26/3). Melalui media sosial pula, kompetisi penjual baju bisa diketahui.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Alasannya untuk berjualan tas adalah karena produknya yang bagus dan berkualitas serta pasar yang masih luas karena belum terlalu banyak saingan. Mulai 2014, ia memulai label Urbanions yang khusus menjual ransel dengan harga Rp 200.000-Rp 300.000. Saat ini, Urbanions sudah memiliki sekitar 14.700 pengikut di Instagram.

“Saya berjualan dengan sistem dropship yang tidak memerlukan modal banyak. Caranya adalah memajang foto-foto barang pemasok di Instagram, lalu ketika ada konsumen, saya menghubungi pemasok. Nanti dia yang mengirimkan barang ke konsumen atas nama Urbanions,” tutur Malika.

Hekal Prihandana (24) memiliki usaha buku tulis yang ia rintis sejak dua tahun lalu. “Dulu, setiap ke toko buku, saya melihat buku tulis yang desainnya bagus selalu buatan Korea atau Tiongkok. Lalu terpikir, mengapa tidak kita saja yang membuatnya?” ujarnya, Sabtu (26/3).

Produknya yang berlabel Buddy Books didesain sesuai dengan permintaan konsumen. Sasaran utamanya adalah untuk kado sehingga desainnya pun personal. Misalnya, buku tulis untuk koki didesain dengan gambar peralatan masak, sayur-mayur, dan sebagainya.

Sistem yang ia gunakan adalah membuat buku tulis sesuai dengan pesanan konsumen. “Dengan sistem itu, modalnya tidak besar. Akan tetapi, sekarang saya juga sedang berencana untuk membuat produk yang siap stok,” katanya. Kini, akun @buddybooks di Instagram telah memiliki lebih dari 45.000 pengikut.

Rizky Hamdani (25) menuturkan, pada mulanya ia bersama lima teman kuliahnya di STT Telkom, Bandung, yang tertarik dengan dunia pemrograman mendirikan sebuah perusahaan bernama Wijaya Vision. Perusahaan tersebut bergerak di bidang pengembang aplikasi berbasis situs web, Android, dan iOs. Bahkan, sejak November 2015, perusahaan tersebut telah memiliki badan hukum sendiri.

“Sejak kuliah saya sudah terlibat dalam pembuatan laman e-dagang. Dari teman satu angkatan di STT Telkom, hanya sekitar 20 persen yang bisa membuat aplikasi. Lulusan sarjana kebanyakan diajarkan tentang teori, bukan praktik langsung,” tutur Rizky.

Saat ini, perusahaan tersebut belum mengembangkan aplikasi sendiri, tetapi masih menerima proyek pembuatan aplikasi dari perusahaan lain.

Leo Wijaya bersama dengan empat temannya membuka restoran MyThai di Palmerah, Jakarta Barat. Restoran tersebut berdiri sejak 4 November 2013. Ia memilih membuka usaha di bidang makanan Thailand karena sebelumnya pernah bekerja di restoran sejenis di Yogyakarta. Selain itu, menurut Leo, restoran Thailand di Jakarta masih terbilang sedikit sehingga potensi pasar masih besar. (C01/C09)

—————-

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Maret 2016, di halaman 19 dengan judul “Kompetisi Makin Sengit, Pelaku Semakin Inovatif”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB